HM.Qurais itu tidak menunjukan kedewasaan sebagai seorang pemimpin ratusan lebih rakyat Kota Bima.
Sorotan atas sikap Pemkot saat menanggapi massa aksi Senin (23/02) kemarin tidak hanya dari Abdul Natsir, S.Sos, melainkan juga datang dari Akademisi STISIP, Drs Arif Sukirman, MH. Bahkan akademisi yang dikenal vokal itu, secara tegas menilai sikap HM.Qurais itu tidak menunjukan kedewasaan sebagai seorang pemimpin ratusan lebih rakyat Kota Bima. Pernyataan itu disampaikan kepada Koran Stabilitas Selasa (24/02).
Akademisi STISIP Mbojo Bima, Drs.Arif Sukirman, M.H
Bahkan, dae Moa (sapaan akrabnya) menilai sikap demikian (memutar suara lantunan ayat suci) saat massa aksi menyampaikan aspirasi dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap agama. Sebab, tidak dibenarkan lantunan ayat suci Al-Qur,an digunakan sebagai alat atau tameng untuk menghadapi massa aksi yang menyampaikan opini, pikiran dan aspirasi.”Itu tindakan yang keliru, tidak boleh kalimat-kalimat Allah SWT dijadikan alat. Apalagi, yang demo itu adalah hamba-hamba Allah SWT, mereka datang menuntut kebenaran, keadilan dan transpransi pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan,” ujarnya.
Semestinya, pemimpin di Kota Bima berterimakasih pada pendemo, karenanya harus disikapi dengan arif dan bijak. Dan, seorang pemimpin harus memiliki kepekaan sosial, lagipula aksi terjadi karena ada persoalan yang ingin diklarifikasi. Jadi sewajarnya yang mesti dilakukan pemimpin adalah memanggil sekaligus menerima massa dengan baik. Bukan justeru dihadapi dengan cara seperti itu.”Apa seh sulitnya melakukan hal seperti itu, simple aja kok, cukup dengan air minum satu dus,” tandasnya.
Ia berharap Pemkot tidak alergi, antipati apalagi terusik ketika muncul sorotan, hujatan, dan penyampaian apsirasi oleh para aktivis. Mengingat tu merupakan salah satu cara bagi mereka untuk menyuarakan sejumlah kepentingan masayarakat banyak. Intinya, seorang pemimpin tidak boleh alergi dengan sorotan, jadikan itu pelajaran kedepan untuk memajukan daerah yang lebih baik dari sebelumnya.”Saya berharap, kedepan HM.Qurais tidak mengambil tindakan keliru seperti yang terjadi beberapa hari kemarin,” pintanya. (KS-09)
Akademisi STISIP Mbojo Bima, Drs.Arif Sukirman, M.H
Bahkan, dae Moa (sapaan akrabnya) menilai sikap demikian (memutar suara lantunan ayat suci) saat massa aksi menyampaikan aspirasi dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap agama. Sebab, tidak dibenarkan lantunan ayat suci Al-Qur,an digunakan sebagai alat atau tameng untuk menghadapi massa aksi yang menyampaikan opini, pikiran dan aspirasi.”Itu tindakan yang keliru, tidak boleh kalimat-kalimat Allah SWT dijadikan alat. Apalagi, yang demo itu adalah hamba-hamba Allah SWT, mereka datang menuntut kebenaran, keadilan dan transpransi pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan,” ujarnya.
Semestinya, pemimpin di Kota Bima berterimakasih pada pendemo, karenanya harus disikapi dengan arif dan bijak. Dan, seorang pemimpin harus memiliki kepekaan sosial, lagipula aksi terjadi karena ada persoalan yang ingin diklarifikasi. Jadi sewajarnya yang mesti dilakukan pemimpin adalah memanggil sekaligus menerima massa dengan baik. Bukan justeru dihadapi dengan cara seperti itu.”Apa seh sulitnya melakukan hal seperti itu, simple aja kok, cukup dengan air minum satu dus,” tandasnya.
Ia berharap Pemkot tidak alergi, antipati apalagi terusik ketika muncul sorotan, hujatan, dan penyampaian apsirasi oleh para aktivis. Mengingat tu merupakan salah satu cara bagi mereka untuk menyuarakan sejumlah kepentingan masayarakat banyak. Intinya, seorang pemimpin tidak boleh alergi dengan sorotan, jadikan itu pelajaran kedepan untuk memajukan daerah yang lebih baik dari sebelumnya.”Saya berharap, kedepan HM.Qurais tidak mengambil tindakan keliru seperti yang terjadi beberapa hari kemarin,” pintanya. (KS-09)
COMMENTS