Kesenjangan yang terjadi antara wartawan Bima dengan Kapolres Bima Kota, AKBP Andri Sahri, SIK yang sampai detik ini belum usai, tercatat sebagai sejarah pertama terjadi di Bima.
Kesenjangan yang terjadi antara wartawan Bima dengan Kapolres Bima Kota, AKBP Andri Sahri, SIK yang sampai detik ini belum usai, tercatat sebagai sejarah pertama terjadi di Bima. Peristiwa yang menimpa Pimpinan Redaksi Tabloid New Visioner, Rizal AG, merupakan klimaks dari rangkaian dari peristiwa yang menimpa sejumlah peristiwa lain yang dialami oleh sejumlah Wartawan lainya di Bima.
Persoalan serius tersebut, bukan saja mengundang reaksi keras dari Wartawan Bima. Tetapi, juga disikapi secara tegas oleh kalangan Akademisi. Puket III STISP Mbojo-Bima, Drs. Arief Sukirman, MH, kepada Wartawan berbicara lantang. Menurutnya, kasus yang terjadi antara petinggi Polres Bima itu dengan Wartawan, merupakan ukuran dari kualitas dan kedewasaan seorang pemimpin. “Ya, peristiwa yang terjadi itu, merupakan ukuran yang sesungguhnya tidak boleh terjadi. Masalah itu, jelas menyangkut perilaku. Atas nama Akademisi, kami sangat menyayangkannya. Semoga hal itu adalah yang pertama dan terakhir,” imbuhnya.
Sebab dinilainya, Wartawan dengan Polisi merupakan mitra kerja. Hubungan baik harus terus ditumbuh-kembangkan. Tidak boleh ada kesenjangan dalam aspek apapun. Keterbukaan merupakan hal paling panting yang harus dibangun oleh keduanya. Bukan justeru melahirkan ketersinggungan antara sesama. “Polisi merupoakan simbol Negara. Wartawan adalah pilar Negara. Tidak ada yang beda antara Polisi dengan Wartawan. Keduanya, sama-sama sebagai pengemban amanah publik. Keduanya pun saling membutuhkan demi kepentingan publik, walkhusus soal informasi yang duibutuhkan oleh publik pula,” tegasnya.
Karateristik Bima kata dia, sangat jauh berbeda dengan daerah lain. Bima membutuhkan sentuhan dan komunikasi yang ramah dan berkwalitas, guna mengelinir potensi-potensi konflik yang terjadi. Sebaliknya, justeru akan mempertajam konflik dan bahkan akan berkepanjangan. “Kita butuh keramahan dan jaminan komunikasi yang berkwalitas, berbudaya dan beragama. Ingat, salah satu pemicu terjadi konflik, terletak pada komunikasi yang tidak berkualitas. Harapannya, kedepan agar saran tersebut dapat diterjemahkan. Ini Bima, bukan daerah lain dan semua sudah tahu,” tandasnya.
Upaya menutup infoirmasi termasuk soal rencana informasi satu pintu yang akan diterapkan oleh jajaran Polres Bima Kota, dipahaminya sebagai sesuatu yang sangat keliru. Karena, transparansi jelas-jelas tercatat dalam aturan yang berlaku, khususnya pasca reformasi bergulir.
“Publik butuh tranparansi dalam setiapperkembangan kinberja apparat Kepolisian. Jadi, tidak harus ada ketertutupan informasi termasuk pola informasi satu pintu. Sebaliknya, itu sangatlah aneh. Karena keterbukaan, itu mutlak dilaksanakan,” timpalnya.
Menjawab pertanyaan tentang adanya permintaan sejumlah pihak agar Andri Sahri hengkang dari Kota Bima atas kisruh yang diciptakannya dengan Wartawan, mantan aktivis senior ini, mengaku enggan masuk dalam wilayah itu. “Tetapi, saya menegaskan sekaligus menekankan agar terjadi perubahan sikap dan perilaku. Kedewasaan, keramahan perilaku dan komunikasi yang paling berkualitas, itu mutlak diterjemahkan dalam membangun hubungan siapapun termasuk dengan Wartawan. Pun, Wartawan harus memiliki hal yang sama,”desaknya. (KS-05)
Persoalan serius tersebut, bukan saja mengundang reaksi keras dari Wartawan Bima. Tetapi, juga disikapi secara tegas oleh kalangan Akademisi. Puket III STISP Mbojo-Bima, Drs. Arief Sukirman, MH, kepada Wartawan berbicara lantang. Menurutnya, kasus yang terjadi antara petinggi Polres Bima itu dengan Wartawan, merupakan ukuran dari kualitas dan kedewasaan seorang pemimpin. “Ya, peristiwa yang terjadi itu, merupakan ukuran yang sesungguhnya tidak boleh terjadi. Masalah itu, jelas menyangkut perilaku. Atas nama Akademisi, kami sangat menyayangkannya. Semoga hal itu adalah yang pertama dan terakhir,” imbuhnya.
Sebab dinilainya, Wartawan dengan Polisi merupakan mitra kerja. Hubungan baik harus terus ditumbuh-kembangkan. Tidak boleh ada kesenjangan dalam aspek apapun. Keterbukaan merupakan hal paling panting yang harus dibangun oleh keduanya. Bukan justeru melahirkan ketersinggungan antara sesama. “Polisi merupoakan simbol Negara. Wartawan adalah pilar Negara. Tidak ada yang beda antara Polisi dengan Wartawan. Keduanya, sama-sama sebagai pengemban amanah publik. Keduanya pun saling membutuhkan demi kepentingan publik, walkhusus soal informasi yang duibutuhkan oleh publik pula,” tegasnya.
Karateristik Bima kata dia, sangat jauh berbeda dengan daerah lain. Bima membutuhkan sentuhan dan komunikasi yang ramah dan berkwalitas, guna mengelinir potensi-potensi konflik yang terjadi. Sebaliknya, justeru akan mempertajam konflik dan bahkan akan berkepanjangan. “Kita butuh keramahan dan jaminan komunikasi yang berkwalitas, berbudaya dan beragama. Ingat, salah satu pemicu terjadi konflik, terletak pada komunikasi yang tidak berkualitas. Harapannya, kedepan agar saran tersebut dapat diterjemahkan. Ini Bima, bukan daerah lain dan semua sudah tahu,” tandasnya.
Upaya menutup infoirmasi termasuk soal rencana informasi satu pintu yang akan diterapkan oleh jajaran Polres Bima Kota, dipahaminya sebagai sesuatu yang sangat keliru. Karena, transparansi jelas-jelas tercatat dalam aturan yang berlaku, khususnya pasca reformasi bergulir.
“Publik butuh tranparansi dalam setiapperkembangan kinberja apparat Kepolisian. Jadi, tidak harus ada ketertutupan informasi termasuk pola informasi satu pintu. Sebaliknya, itu sangatlah aneh. Karena keterbukaan, itu mutlak dilaksanakan,” timpalnya.
Menjawab pertanyaan tentang adanya permintaan sejumlah pihak agar Andri Sahri hengkang dari Kota Bima atas kisruh yang diciptakannya dengan Wartawan, mantan aktivis senior ini, mengaku enggan masuk dalam wilayah itu. “Tetapi, saya menegaskan sekaligus menekankan agar terjadi perubahan sikap dan perilaku. Kedewasaan, keramahan perilaku dan komunikasi yang paling berkualitas, itu mutlak diterjemahkan dalam membangun hubungan siapapun termasuk dengan Wartawan. Pun, Wartawan harus memiliki hal yang sama,”desaknya. (KS-05)
COMMENTS