Masalahnya, belum ada upaya islah (perdamaian) secara menyeluruh pasca bentrokan terjadi. Akibatnya, kedua warga kampung tersebut masih belum leluasan menjalankan aktivitas sehari-hari.
Bentrokan antar dua warga kampung bertetangga, Dara dengan Tanjung beberapa waktu lalu hingga saat ini masih menyisakan efek sosial di masyarakat. Masalahnya, belum ada upaya islah (perdamaian) secara menyeluruh pasca bentrokan terjadi. Akibatnya, kedua warga kampung tersebut masih belum leluasan menjalankan aktivitas sehari-hari.
Sebab ada kekuatiran masing-masing pihak tersimpan dendam akibat konflik yang menewaskan salah seorang warga tersebut. Pemerintah Kota Bima pun diminta tidak tinggal diam dan didesak segera menggelar rekonsiliasi, mempertemukan kedua kampung. Hal itu bertujuan agar kedua belah pihak bisa kembali akur dan nyaman menjalankan aktivitas.
“Kami minta Pemeritah Kota Bima segera pikirkan upaya islah Dara dengan Tanjung. Kita sekarang masih was-was dan terbatas menjalankan aktivitas. Karena rencana islah yang didengungkan usai bentrokan tak kunjung dilakukan,” kata Tokoh Pemuda Kelurahan Dara, Efendi, kemarin kepada wartawan.
Efendi menyesalkan lambannya sikap yang diambil Pemerintah Kota Bima. Padahal, bentrokan telah berlalu cukup lama. Seharusnya menurut dia, pemerintah tidak membiarkan suasana tidak harmonis seperti saat ini terus terjadi. Sebab dampaknya sangat dirasakan kedua belah pihak warga. “Kondisi tidak nyaman seperti ini dirasakan semua warga, bukan hanya saya. Jadi kami mohon, segera diadakan islah agar kita kembali rukun,” pintanya.
Menanggapi desakan itu, Wakil Ketua DPRD Kota Bima, M. Syafei juga berpendapat sama. Ia sangat memahami ketidaknyaman kedua pihak pasca bentrokan yang terjadi. Memang seharusnya tindaklanjut pertemuan untuk perdamaian segera dilakukan Pemerintah Kota Bima. Tentunya tanpa mengesampingkan proses hukum dalam persoalan tersebut.
“Kita juga mendorong pemerintah segera fasilitasi perdamaian kedua kampung. Jangan dibiarkan seperti ini, kasihan warga tidak leluasa beraktivitas karena kuatir terjadi hal yang tidak diinginkan lagi,” tandasnya di Kantor DPRD Kota Bima, kemarin. (KS-13)
Sebab ada kekuatiran masing-masing pihak tersimpan dendam akibat konflik yang menewaskan salah seorang warga tersebut. Pemerintah Kota Bima pun diminta tidak tinggal diam dan didesak segera menggelar rekonsiliasi, mempertemukan kedua kampung. Hal itu bertujuan agar kedua belah pihak bisa kembali akur dan nyaman menjalankan aktivitas.
“Kami minta Pemeritah Kota Bima segera pikirkan upaya islah Dara dengan Tanjung. Kita sekarang masih was-was dan terbatas menjalankan aktivitas. Karena rencana islah yang didengungkan usai bentrokan tak kunjung dilakukan,” kata Tokoh Pemuda Kelurahan Dara, Efendi, kemarin kepada wartawan.
Efendi menyesalkan lambannya sikap yang diambil Pemerintah Kota Bima. Padahal, bentrokan telah berlalu cukup lama. Seharusnya menurut dia, pemerintah tidak membiarkan suasana tidak harmonis seperti saat ini terus terjadi. Sebab dampaknya sangat dirasakan kedua belah pihak warga. “Kondisi tidak nyaman seperti ini dirasakan semua warga, bukan hanya saya. Jadi kami mohon, segera diadakan islah agar kita kembali rukun,” pintanya.
Menanggapi desakan itu, Wakil Ketua DPRD Kota Bima, M. Syafei juga berpendapat sama. Ia sangat memahami ketidaknyaman kedua pihak pasca bentrokan yang terjadi. Memang seharusnya tindaklanjut pertemuan untuk perdamaian segera dilakukan Pemerintah Kota Bima. Tentunya tanpa mengesampingkan proses hukum dalam persoalan tersebut.
“Kita juga mendorong pemerintah segera fasilitasi perdamaian kedua kampung. Jangan dibiarkan seperti ini, kasihan warga tidak leluasa beraktivitas karena kuatir terjadi hal yang tidak diinginkan lagi,” tandasnya di Kantor DPRD Kota Bima, kemarin. (KS-13)
COMMENTS