Rabu (13/4) malam sekitar pukul 20.00 wita, Fita didampingi pengacaranya, Chasman A, SH bercerita banyak “tragedy” penggerebekan Brigadir Eb...
Rabu (13/4) malam sekitar pukul 20.00 wita, Fita didampingi pengacaranya, Chasman A, SH bercerita banyak “tragedy” penggerebekan Brigadir Eban W (suaminya) saat bersama Selvy Anggota DPRD Kota Bima di rumah Selvy di Perumahan Sonco Tengge Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima-NTB. Katanya, beberapa menit setelah menggerebek suaminya, Fita mengaku menemui Hj. Marlina, atau Umi Yani (Ibunya Selvy) saat berada di Lawata, dan saat itu Fita memberitahukan kepada Umi Yani bahwa ia baru “manangkap” basah suaminya tengah berada di rumah Selvy berduan.
KOTA BIMA, KS.- Bagaimana jawaban Umi Yani saat itu ?. Menurut pengakuan Fita bahwa saat diberitahukan bahwa anaknya Selvy tengah berduaan dengan Eban suaminya, dengan singkat Umi Yani menjawab, “Rahmah (ajudannya), urus itu. Mungkin maksud mengurus masalah itu oleh Umi Yani terhadap ajudannya, agar mencari tahu kebenaran dari laporan Fita tersebut, atau dibicarakan secara baik-baik, mengingat baru laporan sepihak dari Fita, sementara keterangan dari Selvy sendiri belum tahu.
Setelah mendengar pengaduan dari Fita tersebut, saat itu juga Umi Yani bersama suaminya (Walikota Bima) menjalankan mobilnya, dan menuju perumahan Sonco Tengge.”Saat saya balik dari Lawata, saya melihat mobil yang digunakan Umi Yani tadi keluar dari perumahan Soncotengge, sementara mobil Selvy saat itu saya lihat dikemudikan oleh seorang anggota Pol-PP. Sedangkan suami saya (Eban,red) sudah pulang lebih dulu menggonceng ibunya yang saya telpon untuk datang ke rumah itu sebelum masuk dalam rumah Selvy,” tutur Fita dengan nada sedih.
Fita juga mengaku saat dalam rumah waktu itu, hanya berada empat orang yaitu, dirinya, Ibunya Eban, Selvy dan Eban. Ia pun lari keluar di belakang rumah, karena takut ada apa-apa dalam rumah tersebut, apalagi baju bagian lehernya sempat ditarik oleh Selvy sambil mengatakan “Jangan Macam-Macam Kamu”.
“Waktu Selvy menarik kerah baju saya, Eban memegang saya dari belakang, sehingga saya tidak bisa memberikan perlawanan terhadap Selvy waktu itu. Nah, disitulah saya berpikir bahwa saya takut diapa-apain dalam rumah itu, sehingga saya loncat pagar belakang setinggi dua meter itu,” ungkapnya.
Sementara Pengacara Fita, Chasman A, SH mengaku siap mendampingi kliennya untuk menuntaskan kasus tersebut, baik menyangkut hukum maupun soal dugaan amoral Selvy ke lembaga dewan Kota Bima.”Nanti saya juga akan lapor resmi Selvy tembus Partai Demokrat, Mabes Polri, dan pihak-pihak lain ke Badan Kehormatan Dewan Kota Bima,” kata Chasman serius.
Ia berharap agar kasus ini polisi jeli menanganinya.”Kasihan Fita dan anak-anaknya. Makannya saya harus memberikan bantuan hukum secara gratis untuk Fita dan anak-anaknya,” tandasnya.
Chasman juga mempertanyakansikap polisi yang hanya melakukan tes urine terhadap Eban, sementara Selvy tidak dilakukan tes urine.”Apa kepentingan polisi, kalau hanya Eban yang dites urine. Selvy juga harus dites urine dong, biar public tau bahwa polisi adil dalam menangani kasus tersebut,” ujarnya.(KS-R01)
KOTA BIMA, KS.- Bagaimana jawaban Umi Yani saat itu ?. Menurut pengakuan Fita bahwa saat diberitahukan bahwa anaknya Selvy tengah berduaan dengan Eban suaminya, dengan singkat Umi Yani menjawab, “Rahmah (ajudannya), urus itu. Mungkin maksud mengurus masalah itu oleh Umi Yani terhadap ajudannya, agar mencari tahu kebenaran dari laporan Fita tersebut, atau dibicarakan secara baik-baik, mengingat baru laporan sepihak dari Fita, sementara keterangan dari Selvy sendiri belum tahu.
Setelah mendengar pengaduan dari Fita tersebut, saat itu juga Umi Yani bersama suaminya (Walikota Bima) menjalankan mobilnya, dan menuju perumahan Sonco Tengge.”Saat saya balik dari Lawata, saya melihat mobil yang digunakan Umi Yani tadi keluar dari perumahan Soncotengge, sementara mobil Selvy saat itu saya lihat dikemudikan oleh seorang anggota Pol-PP. Sedangkan suami saya (Eban,red) sudah pulang lebih dulu menggonceng ibunya yang saya telpon untuk datang ke rumah itu sebelum masuk dalam rumah Selvy,” tutur Fita dengan nada sedih.
Fita juga mengaku saat dalam rumah waktu itu, hanya berada empat orang yaitu, dirinya, Ibunya Eban, Selvy dan Eban. Ia pun lari keluar di belakang rumah, karena takut ada apa-apa dalam rumah tersebut, apalagi baju bagian lehernya sempat ditarik oleh Selvy sambil mengatakan “Jangan Macam-Macam Kamu”.
“Waktu Selvy menarik kerah baju saya, Eban memegang saya dari belakang, sehingga saya tidak bisa memberikan perlawanan terhadap Selvy waktu itu. Nah, disitulah saya berpikir bahwa saya takut diapa-apain dalam rumah itu, sehingga saya loncat pagar belakang setinggi dua meter itu,” ungkapnya.
Sementara Pengacara Fita, Chasman A, SH mengaku siap mendampingi kliennya untuk menuntaskan kasus tersebut, baik menyangkut hukum maupun soal dugaan amoral Selvy ke lembaga dewan Kota Bima.”Nanti saya juga akan lapor resmi Selvy tembus Partai Demokrat, Mabes Polri, dan pihak-pihak lain ke Badan Kehormatan Dewan Kota Bima,” kata Chasman serius.
Ia berharap agar kasus ini polisi jeli menanganinya.”Kasihan Fita dan anak-anaknya. Makannya saya harus memberikan bantuan hukum secara gratis untuk Fita dan anak-anaknya,” tandasnya.
Chasman juga mempertanyakansikap polisi yang hanya melakukan tes urine terhadap Eban, sementara Selvy tidak dilakukan tes urine.”Apa kepentingan polisi, kalau hanya Eban yang dites urine. Selvy juga harus dites urine dong, biar public tau bahwa polisi adil dalam menangani kasus tersebut,” ujarnya.(KS-R01)
COMMENTS