Doktor Syamsudin adalah satu satu dari lima Calon sekda Kota Bima yang sekarang masih mengikuti proses seleksi selanjutnya dari Panitia Sele...
Doktor Syamsudin adalah satu satu dari lima Calon sekda Kota Bima yang sekarang masih mengikuti proses seleksi selanjutnya dari Panitia Seleksi (Pansel). Namun, disaat pansel hendak mengumumkan tiga nama dari lima yang tersisa itu, terungkap dugaan kebohongan kenaikan pangkat yang dilakukan oleh Doktor Syamsudin selama menjadi Pejabat di Kota Bima. Bentuk dugaan pembohongan publik itu yakni yang bersangkutan hingga sekarang masih pangkat/golongan III C di Unram NTB, sementara di Pemerintah Kota Bima saat ini golongan IV C.
KOTA BIMA, KS.- Menanggapi dugaan penyimpangan administrasi Doktor Syamsudin tersebut, Anggota DPRD Kota Bima, M. Irfan,M.Ap mempertanyakan kinerja pansel tersebut. Pasalnya, kelolosan administrasi Doktor Syamsudin yang terindikasi melakukan penyimpangan dalam proses kenaikan pangkat dan golongan itu, mestinya dijadikan dasar dan pertimbangan oleh pansel dalam mengambil keputusan.
”Cukuplah beberapa tahapan telah dilewati oleh doktor Syamsudin selama mengikuti tes oleh pansel selama ini. Tapi, jangan sampai pansel ceroboh mengambil keputusan selanjutnya, yaitu mengetahui adanya pelanggaran kenaikan pangkat, tapi oleh pansel meloloskan doktor Syamsudin ke tiga nama berikutnya. Jika itu dilakukan oleh pansel, berarti ada nepotisme di dalam kubu pansel tersebut,”kata duta PKB Kota Bima itu.
Sebenarnya kata Irfan, dugaan penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah terkait penentunan nama-nama Ketua dan Anggota Pansel telah dilakukan sejak awal. Yaitu, ketika ditetakan Drs.H.Maryono Nasiman,MM sebagai Ketua Pansel, sementara mantan Sekda Kota Bima itu salah satu dari unsur pimpinan Partai Demokrat Kota Bima, sedangkan hubungan emosional antara Ketua Pansel dengan Doktor Syamsudin itu melekat.
“Saya menduga kuat bahwa ada kepentingan oknum pansel dibalik lolosnya administrasi doktor Syamsudin itu,”duganya.
Irfan juga menilai terjadi beberapa kepentingan yang berbeda sejumlah pihak terkait penyeleksian Sekda Kota Bima sekarang. Ia berharap agar sejak sekarang doktor Syamsudin dioutkan dari lima nama yang tersisa itu. Bila dilanjutkan, maka imbasnya bisa ke pidana, dan hasil tes sekda Kota Bima cacat demi hukum.
”Pansel harus menghindari hal itu, dan pilihlah tiga nama dari empat yang ada, minus doktor Syamsudin. Masalahnya, kenaikan pangkat yang bersangkutan tidak melewati prosedur, melainkan dilewati melanggar aturan yang berlaku,”tegasnya.(KS-R01)
M. Irfan, M.Ap |
”Cukuplah beberapa tahapan telah dilewati oleh doktor Syamsudin selama mengikuti tes oleh pansel selama ini. Tapi, jangan sampai pansel ceroboh mengambil keputusan selanjutnya, yaitu mengetahui adanya pelanggaran kenaikan pangkat, tapi oleh pansel meloloskan doktor Syamsudin ke tiga nama berikutnya. Jika itu dilakukan oleh pansel, berarti ada nepotisme di dalam kubu pansel tersebut,”kata duta PKB Kota Bima itu.
Sebenarnya kata Irfan, dugaan penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah terkait penentunan nama-nama Ketua dan Anggota Pansel telah dilakukan sejak awal. Yaitu, ketika ditetakan Drs.H.Maryono Nasiman,MM sebagai Ketua Pansel, sementara mantan Sekda Kota Bima itu salah satu dari unsur pimpinan Partai Demokrat Kota Bima, sedangkan hubungan emosional antara Ketua Pansel dengan Doktor Syamsudin itu melekat.
“Saya menduga kuat bahwa ada kepentingan oknum pansel dibalik lolosnya administrasi doktor Syamsudin itu,”duganya.
Irfan juga menilai terjadi beberapa kepentingan yang berbeda sejumlah pihak terkait penyeleksian Sekda Kota Bima sekarang. Ia berharap agar sejak sekarang doktor Syamsudin dioutkan dari lima nama yang tersisa itu. Bila dilanjutkan, maka imbasnya bisa ke pidana, dan hasil tes sekda Kota Bima cacat demi hukum.
”Pansel harus menghindari hal itu, dan pilihlah tiga nama dari empat yang ada, minus doktor Syamsudin. Masalahnya, kenaikan pangkat yang bersangkutan tidak melewati prosedur, melainkan dilewati melanggar aturan yang berlaku,”tegasnya.(KS-R01)
tidak perlu cari kesalahan orang lain, jabatan kalo dipaksakan dengan premanisme hasilnya akan berakhir tragis.
BalasHapus