Peristiwa melawan rezim orde baru di Tahun 1972 oleh seluruh warga Kecamatan Donggo, hingga sekarang menjadi sejarah yang tak akan pernah te...
Peristiwa melawan rezim orde baru di Tahun 1972 oleh seluruh warga Kecamatan Donggo, hingga sekarang menjadi sejarah yang tak akan pernah terlupakan. Lima orang tokoh donggo yang dipercaya untuk memperjuangkan aspirasi rakyat menuntut keadilan pembangunan di era itu, saat ini hanya tersisa satu orang yang masih hidup yakni H.Abas Saoya, sementara empat orang lainnya telah wafat lebih dulu.
BIMA, KS.- H.Abas Saoya hadir dalam acara Musyawarah Besar (Mubes) Paguyuban Donggo Soromandi yang digelar di Aula Pertemuan SMAN 2 Kota Bima Minggu (16/9) pagi kemarin. Pada kesempatan itu, H.Abas sedikit mengulas kembali tentang peristiwa itu terjadi Tahun 72. Katanya, satu-satunya warga yang tidak mau membayar pajak saat rezim itu hanyalah masyarakat Donggo. Kenapa ?. Karena saat itu rezim pemerintah tidak pernah peduli dengan kepentingan dan kebutuhan rakyat Donggo, terutama soal pembangunan yang sama sekali tidak menyentuh di donggo.
Namun, setelah diberikan perlawanan dengan melakukan demonstrasi besar-besaran oleh warga Donggo di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Tingkat Dua Bima waktu itu, ketika itu pula pembanguna di Donggo mulai masuk.
Artinya, orang Donggo jangan pernah mau dengan penindasan dan penjajahan yang dilakukan oleh pemerintah. Bila melihat pemerintah itu tidak menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, maka lawan dan tuntutlah keadilan untuk kepentingan masyarakat banyak.
“Ingat, orang donggo jangan mau ditindas dan dijajah. Bla didepan matamu ada kezholiman yang tidak berani diungkap oleh orang lain, maka majulah menjadi warga Negara yang memperjuangkan nasib orang banyak, meski harus dengan jiwa ragamu,” ujarnya.
Di era rezim saat itu, TNI dan Polri dikerahkan untuk membubarkan massa yang turun dari Donggo, tapi sejengkalpun warga Donggo tidak mundur. Karena yang dituntut warga Donggo saat itu adalah pembangunan yang merata kebenaran itu diatas segala-galanya.”Sekali lagi, saya pesankan kepada seluruh warga Donggo juga soromandi sekarang agar tidak takut akan kebenaran. Lawan sampai titik darah penghabisan, karena kebathilan itu akan tetap terkalahkan oleh kebenaran,” paparnya.
Pada kesempatan itu, H.Abas juga meminta kepada seluruh warga Donggo Soromandi agar tidak berpecah belah, dan bersatulah untuk membangun organisasi paguyuban agar jauh lebih baik dan berkembang dari sebelumnya.”Siapa lagi generasi bangsa yang bisa menjaga dan membawa nama donggo, kalau bukan generasi sekarang dan ke depannya,” pungkasnya.
Dan kepada Ketua serta pengurus baru paguyuban Donggo Soromandi agar bahu membahu membangun organisasi dengan baik.”Bangunlah dari ketiduran untuk membangun dan menjaga nama baik Daerah ini, khususnya nama baik donggo. Jangan pernah takut dengan kebenaran, teruslah berjuang untuk kemashalatan orang banyak,” pintanya.(KS-R01)
Ilustrasi |
BIMA, KS.- H.Abas Saoya hadir dalam acara Musyawarah Besar (Mubes) Paguyuban Donggo Soromandi yang digelar di Aula Pertemuan SMAN 2 Kota Bima Minggu (16/9) pagi kemarin. Pada kesempatan itu, H.Abas sedikit mengulas kembali tentang peristiwa itu terjadi Tahun 72. Katanya, satu-satunya warga yang tidak mau membayar pajak saat rezim itu hanyalah masyarakat Donggo. Kenapa ?. Karena saat itu rezim pemerintah tidak pernah peduli dengan kepentingan dan kebutuhan rakyat Donggo, terutama soal pembangunan yang sama sekali tidak menyentuh di donggo.
Namun, setelah diberikan perlawanan dengan melakukan demonstrasi besar-besaran oleh warga Donggo di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Tingkat Dua Bima waktu itu, ketika itu pula pembanguna di Donggo mulai masuk.
Artinya, orang Donggo jangan pernah mau dengan penindasan dan penjajahan yang dilakukan oleh pemerintah. Bila melihat pemerintah itu tidak menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, maka lawan dan tuntutlah keadilan untuk kepentingan masyarakat banyak.
“Ingat, orang donggo jangan mau ditindas dan dijajah. Bla didepan matamu ada kezholiman yang tidak berani diungkap oleh orang lain, maka majulah menjadi warga Negara yang memperjuangkan nasib orang banyak, meski harus dengan jiwa ragamu,” ujarnya.
Di era rezim saat itu, TNI dan Polri dikerahkan untuk membubarkan massa yang turun dari Donggo, tapi sejengkalpun warga Donggo tidak mundur. Karena yang dituntut warga Donggo saat itu adalah pembangunan yang merata kebenaran itu diatas segala-galanya.”Sekali lagi, saya pesankan kepada seluruh warga Donggo juga soromandi sekarang agar tidak takut akan kebenaran. Lawan sampai titik darah penghabisan, karena kebathilan itu akan tetap terkalahkan oleh kebenaran,” paparnya.
Pada kesempatan itu, H.Abas juga meminta kepada seluruh warga Donggo Soromandi agar tidak berpecah belah, dan bersatulah untuk membangun organisasi paguyuban agar jauh lebih baik dan berkembang dari sebelumnya.”Siapa lagi generasi bangsa yang bisa menjaga dan membawa nama donggo, kalau bukan generasi sekarang dan ke depannya,” pungkasnya.
Dan kepada Ketua serta pengurus baru paguyuban Donggo Soromandi agar bahu membahu membangun organisasi dengan baik.”Bangunlah dari ketiduran untuk membangun dan menjaga nama baik Daerah ini, khususnya nama baik donggo. Jangan pernah takut dengan kebenaran, teruslah berjuang untuk kemashalatan orang banyak,” pintanya.(KS-R01)
COMMENTS