Perilaku premanisme yang diperlihatkan oleh warga Desa Risa Kecamatan Woha Kabupaten Bima, tak hanya saling bertikai dengan warga Desa tetan...
Perilaku premanisme yang diperlihatkan oleh warga Desa Risa Kecamatan Woha Kabupaten Bima, tak hanya saling bertikai dengan warga Desa tetangga yaitu warga Desa Dadibou, tapi juga memalak sejumlah pengecer bawang merah asal Desa Sampungu dan warga Desa Sai Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima. Sejumlah oknum warga yang menganggap diri sebagai preman di desa tersebut memaksa meminta uang masing-masing Rp.500Ribu untuk tiap mobil yang datang menjual bawang di beberapa bos bawang di Desa Risa.
BIMA, KS.- Perilaku pemerasan itu terjadi, Senin (13/11) sore, dimana yang menjadi korban adalah H.Muchdar dan Ijman asal Desa Sampungu Kecamatan Soromandi, kedua warga tersebut mengaku telah menyerahkan uang Rp.500Ribu kepada seorang warga yang diketahui bernama Imam, sementara yang menahan mobil bernama Fauja adiknya Juhri pedagang bawang di Desa setempat. Kedua pemuda (Imam dan Fauja) itu mengaku meminta uang permobil pick-up tersebut untuk memeli peluru.
Sikap dan prilaku premanisme yang dipertontonkan oleh sejumlah oknum warga Desa Risa, tidak hanya melakukan perang kampung dengan warga Desa Dadibou, tapi juga yang menjadi korban kejahatan mereka adalah warga Desa Sampungu Kecamatan Soromandi, yang datang ke Desa setempat untuk menjual bawang para petani di Desa terpencil di bagian utara Kecamatan Soromandi tersebut.
Parahnya, oknum warga Desa Risa bernama Imam dan Fauja itu tak tanggung-tanggung mematok nilai uang yang harus diserahkan ke mereka, dengan alasan uang hasil malaknya itu untuk membeli peluru, juga kebutuhan beli nasi bungkus dan rokok bagi aparat yang menjaga kedua desa bertikai tersebut.
“Alasannya, uang itu dikumpul untuk beli peluru, rokok, dan nasi bagi aparat yang menjaga Desa Risa sekarang. Satu mobil pick up diminta uang Rp.500Ribu oleh mereka (Imam dan Fauza). Sementara kami ini hanya datang membantu petani menjualkan bawang petani, belum lagi harga bawang sekarang sangat rendah, sementara pengeluaran petani jauh lebih banyak selama proses tanam. Kalau diminta Rp.500Ribu, berarti pertain harus mengikhlaskan bawangnya hampir 100KG,” kata salah seorang pengecer bawang asal Desa Sampungu, Ijman Hasan kepada Wartawan Koran Stabilitas, Senin malam kemarin.
Ijma mengaku sempat ditegur oleh seorang anggota Polisi yang diketahuinya berrnama Ilyas, namun uang sudah terlanjur di serahkan. Selain itu, Ijman juga menyampaikan ke anggota polri tersebut, bahwa penyerahan uang terhadap Imam dan Fauza itu sebagai bentuk penyelamatan dirinya juga teman-teman lain. Masalahnya, jika tidak diserahkan uang, maka bisa mengakibatkan dirinya babak belur ditangan preman Desa Risa.
“Lebih baik saya serahkan uang, daripada saya dipukul, apalagi saya dan teman-teman saya diancam akan ditembak oleh oknum warga Risa tersebut,” tuturnya.
Pihak Kepolisian Bima Kabupaten yang hendak dimintai tanggapannya terkait dugaan pemerasan terhadap petani Desa Desa Sampungu oleh sejumlah oknum warga Desa Risa tersebut, belum berhasil dikonfirmasi. Namun, melalui komunikasi WhatsaPP bersama Kasat Intelkam setempat, meminta kepada yang merasa menjadi korban dugaan pemerasan tersebut agar melaporkannya ke pihak berwajib.”Lapor saja ke polisi kalau merasa dirugikan atas ulah oknum warga Risa tersebut,”sarannya.(KS-IB02)
Ilustrasi |
BIMA, KS.- Perilaku pemerasan itu terjadi, Senin (13/11) sore, dimana yang menjadi korban adalah H.Muchdar dan Ijman asal Desa Sampungu Kecamatan Soromandi, kedua warga tersebut mengaku telah menyerahkan uang Rp.500Ribu kepada seorang warga yang diketahui bernama Imam, sementara yang menahan mobil bernama Fauja adiknya Juhri pedagang bawang di Desa setempat. Kedua pemuda (Imam dan Fauja) itu mengaku meminta uang permobil pick-up tersebut untuk memeli peluru.
Sikap dan prilaku premanisme yang dipertontonkan oleh sejumlah oknum warga Desa Risa, tidak hanya melakukan perang kampung dengan warga Desa Dadibou, tapi juga yang menjadi korban kejahatan mereka adalah warga Desa Sampungu Kecamatan Soromandi, yang datang ke Desa setempat untuk menjual bawang para petani di Desa terpencil di bagian utara Kecamatan Soromandi tersebut.
Parahnya, oknum warga Desa Risa bernama Imam dan Fauja itu tak tanggung-tanggung mematok nilai uang yang harus diserahkan ke mereka, dengan alasan uang hasil malaknya itu untuk membeli peluru, juga kebutuhan beli nasi bungkus dan rokok bagi aparat yang menjaga kedua desa bertikai tersebut.
“Alasannya, uang itu dikumpul untuk beli peluru, rokok, dan nasi bagi aparat yang menjaga Desa Risa sekarang. Satu mobil pick up diminta uang Rp.500Ribu oleh mereka (Imam dan Fauza). Sementara kami ini hanya datang membantu petani menjualkan bawang petani, belum lagi harga bawang sekarang sangat rendah, sementara pengeluaran petani jauh lebih banyak selama proses tanam. Kalau diminta Rp.500Ribu, berarti pertain harus mengikhlaskan bawangnya hampir 100KG,” kata salah seorang pengecer bawang asal Desa Sampungu, Ijman Hasan kepada Wartawan Koran Stabilitas, Senin malam kemarin.
Ijma mengaku sempat ditegur oleh seorang anggota Polisi yang diketahuinya berrnama Ilyas, namun uang sudah terlanjur di serahkan. Selain itu, Ijman juga menyampaikan ke anggota polri tersebut, bahwa penyerahan uang terhadap Imam dan Fauza itu sebagai bentuk penyelamatan dirinya juga teman-teman lain. Masalahnya, jika tidak diserahkan uang, maka bisa mengakibatkan dirinya babak belur ditangan preman Desa Risa.
“Lebih baik saya serahkan uang, daripada saya dipukul, apalagi saya dan teman-teman saya diancam akan ditembak oleh oknum warga Risa tersebut,” tuturnya.
Pihak Kepolisian Bima Kabupaten yang hendak dimintai tanggapannya terkait dugaan pemerasan terhadap petani Desa Desa Sampungu oleh sejumlah oknum warga Desa Risa tersebut, belum berhasil dikonfirmasi. Namun, melalui komunikasi WhatsaPP bersama Kasat Intelkam setempat, meminta kepada yang merasa menjadi korban dugaan pemerasan tersebut agar melaporkannya ke pihak berwajib.”Lapor saja ke polisi kalau merasa dirugikan atas ulah oknum warga Risa tersebut,”sarannya.(KS-IB02)
COMMENTS