Tukang Batu Amir, Warga Lingkungan Tolotando Kelurahan Matakando Kota Bima, yang mengerjakan rumah milik Fajrin Pegaweai Badan Kepagawaian D...
Tukang Batu Amir, Warga Lingkungan Tolotando Kelurahan Matakando Kota Bima, yang mengerjakan rumah milik Fajrin Pegaweai Badan Kepagawaian Daerah (BKD) Kabupaten Bima, yang berlokasi di RT 10 Rw 05 Lingkungan Rite Kelurahan Rite Kota Bima, mengeluhkan ulah pemilik rumah yang memutuskan hubungan kerja sepihak tanpa melunasi hak yang menjadi tanggungjawabnya sebagai pemilik rumah.
KOTA BIMA, KS.- Amir, kepada wartawan Koran Stabilitas, Minggu pagi kemarin menceritakan, awealnya pemilik rumah yang diketahui adalah Fajrin pegawai BKD Kabupaten Bima, bersama istrinnya datang di kediamannya, untuk membicarakan pekerjaan lanjuta rumahnya yang berlokasi di Lingkungan Rite Kelurahan Rite. Sebelum menerima tawaran pekerjaan itu, Amir menanyakan dulu, apa saja yang akan dikerjakannya. “Saat itu dijelaskan, pekerjaan yang tersisa adalah pemasangan Keramik, dan pembuatan dapur. Dan saat itu saya jelaskan, pemasangan keramik ongkosnya Rp 45 ribu permeter. Dan mereka menawarkan Rp 40 ribu, dan harga itu disepakati,”jelasnya.
Selanjutnya menurut Amir, selan disepakati harga pemasangan keramik, ia juga menjelaskan bahwa pemasangan keramik di ruangan biasa dengan kamar mandi beda ongkosnya, yang akhirnya belum diputuskan. “nah setelah selesai pemasangan keramik Fajrin menawarkan untuk pembuatan dapur dibelakang. Dan dia menanyakan ongkosnya. Lalu saya tawarkan harga Rp 12 juta, dan Fajrin meminta Rp 10 juta, dan itupun disepakati, dan dapuarnya sudah dikerjakan awalaupun belum selesai,”ungkapnya.
Masih menurut Amir, selang beberapa waktu, dirinya menanyakan kelanjutan pemasangan keramik di kamar mandi, yang sebelumnya belum disepakati. Dari pertanyaan itu, Fajrin mengaku, harga ongkos seharga Rp 10 juta itu, adalah meruapakan ongkos seluruh aitem pekerjaan dirumahnya, mulai dare pemasangan Keramik, baik dikamar mandi maupun pembuatan dapur dan pembuatan pagar.
“Mendengar hal itu, saya kaget, dan saya menjelaskannya hasil pembicaraan awal itu tidak seperti itu, karena setiap aitem pekerjaan berbeda harga. Tapi dia tetap tidak mau mendengarkan penjelasan saya, karena dia menganggap harga Rp 10 juta itu, adalah ongkos seluruh aitem pekerjaan dirumahnya, karena tidak terima dengan penjelasan saya akhiarnya saya diberhentikan untuk melanjutkan pekerjaan,”terangnya.
karena merasa masih memiliki sisa uang, yang diakuinya sebesar Rp 6 juta, akhirnya amir mencoba menghubungi Fajrin melalui telepon genggamnya, dalam pembicaraan telpon itu, terjadi sesuatu yang menyakibatkan, keluar kata-kata yang tidak baik dan kasar. “masa saya dilangnya pemeras, padahal saya meminta hak saya sesuai dengan volume pekerjaan saja. Selain itu dia juga menyuruh saya untuk membongkar yang telah saya kerjakan. Itu artinya tidak ada niat baik untuk membicarakan permasalahan itu dengan baik,”tuturnya.
Sementara itu Fajrin yang ditemui dirumahnya, di lingkungan Rire Rt 10 Rw 05 Kelurahan Rite Kota Bima, didampingi istrinya memilih tidak menanggapi apa yang menjadi keluahan pekerejanya. Dan mereka mengaku tidak ada kaitannya dengan wartawan terkait dengan pekerjaan rumahnya. “kami tidak mau bicara, karena ini masalah kami dengan pak Amir, dan ini tidak ada kitannya dengan Koran, dan intinya kami tidak mau menanggapi hal itu,”pungkasnya. (KS-MUL)
Ilustrasi |
KOTA BIMA, KS.- Amir, kepada wartawan Koran Stabilitas, Minggu pagi kemarin menceritakan, awealnya pemilik rumah yang diketahui adalah Fajrin pegawai BKD Kabupaten Bima, bersama istrinnya datang di kediamannya, untuk membicarakan pekerjaan lanjuta rumahnya yang berlokasi di Lingkungan Rite Kelurahan Rite. Sebelum menerima tawaran pekerjaan itu, Amir menanyakan dulu, apa saja yang akan dikerjakannya. “Saat itu dijelaskan, pekerjaan yang tersisa adalah pemasangan Keramik, dan pembuatan dapur. Dan saat itu saya jelaskan, pemasangan keramik ongkosnya Rp 45 ribu permeter. Dan mereka menawarkan Rp 40 ribu, dan harga itu disepakati,”jelasnya.
Selanjutnya menurut Amir, selan disepakati harga pemasangan keramik, ia juga menjelaskan bahwa pemasangan keramik di ruangan biasa dengan kamar mandi beda ongkosnya, yang akhirnya belum diputuskan. “nah setelah selesai pemasangan keramik Fajrin menawarkan untuk pembuatan dapur dibelakang. Dan dia menanyakan ongkosnya. Lalu saya tawarkan harga Rp 12 juta, dan Fajrin meminta Rp 10 juta, dan itupun disepakati, dan dapuarnya sudah dikerjakan awalaupun belum selesai,”ungkapnya.
Masih menurut Amir, selang beberapa waktu, dirinya menanyakan kelanjutan pemasangan keramik di kamar mandi, yang sebelumnya belum disepakati. Dari pertanyaan itu, Fajrin mengaku, harga ongkos seharga Rp 10 juta itu, adalah meruapakan ongkos seluruh aitem pekerjaan dirumahnya, mulai dare pemasangan Keramik, baik dikamar mandi maupun pembuatan dapur dan pembuatan pagar.
“Mendengar hal itu, saya kaget, dan saya menjelaskannya hasil pembicaraan awal itu tidak seperti itu, karena setiap aitem pekerjaan berbeda harga. Tapi dia tetap tidak mau mendengarkan penjelasan saya, karena dia menganggap harga Rp 10 juta itu, adalah ongkos seluruh aitem pekerjaan dirumahnya, karena tidak terima dengan penjelasan saya akhiarnya saya diberhentikan untuk melanjutkan pekerjaan,”terangnya.
karena merasa masih memiliki sisa uang, yang diakuinya sebesar Rp 6 juta, akhirnya amir mencoba menghubungi Fajrin melalui telepon genggamnya, dalam pembicaraan telpon itu, terjadi sesuatu yang menyakibatkan, keluar kata-kata yang tidak baik dan kasar. “masa saya dilangnya pemeras, padahal saya meminta hak saya sesuai dengan volume pekerjaan saja. Selain itu dia juga menyuruh saya untuk membongkar yang telah saya kerjakan. Itu artinya tidak ada niat baik untuk membicarakan permasalahan itu dengan baik,”tuturnya.
Sementara itu Fajrin yang ditemui dirumahnya, di lingkungan Rire Rt 10 Rw 05 Kelurahan Rite Kota Bima, didampingi istrinya memilih tidak menanggapi apa yang menjadi keluahan pekerejanya. Dan mereka mengaku tidak ada kaitannya dengan wartawan terkait dengan pekerjaan rumahnya. “kami tidak mau bicara, karena ini masalah kami dengan pak Amir, dan ini tidak ada kitannya dengan Koran, dan intinya kami tidak mau menanggapi hal itu,”pungkasnya. (KS-MUL)
COMMENTS