Kendati, banyak pihak yang berteriak lantang dalam memberantas praktek Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dan atau sejenisnya. Hingga bahkan Ne...
Kendati, banyak pihak yang berteriak lantang dalam memberantas praktek Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dan atau sejenisnya. Hingga bahkan Negara telah membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun, praktek semacam itu seolah bukan menurun apalagi dapat diberantas. Namun, justru berkembang bak jamur di musim hujan, tidak saja di Pusat tapi hingga bahkan ke tingkat Daerah. Ada yang menyebut pemberantasan korupsi terkendala soal anggaran, waktu dan proses termasuk hukuman bagi koruptor. Tapi berbeda dengan Ketua Makhkamah Konstitusi (MK) Indonesia, Anwar Usman, pemberantasan korupsi tergantung niat dan kemauan serta karakter juga akhlak.
“Semuanya tergantung niat dan kemauan, termasuk soal pemberantasan praktek korupsi.Soal itu, kita kembalikan ke pribadi, karakter dan akhlak kita masing-masing. Kalau karakter buruk ditambah lagi tidak ada akhlak, maka pemberantasan korupsi tidak bakal terwujud,” kata Anwar Usman seperti yang dikutip saat menjadi Narasumber Metro TV Selasa (22/5) malam.
Artinya, bukan karena anggaran atau hukuman, tapi lebih pada niat, kemauan, karakter dan akhlak. Percuma besar anggaran, hukuman berat atau hukuman mati, bila tidak memiliki kemauan ditambah lagi tidak memiliki akhlak. Sehingga, tak heran apabila praktek korupsi dan sejenisnya hingga saat ini belum mampu diberantas.
”Allah SWT akan melaknat siapapun pelaku suap menyuap, baik yang memberi maupun yang menerima. Artinya, hukuman bagi pelaku kejahatan tersebut bukan hanya di Dunia tapi juga Akhirat. Jadi untuk selamat dari hukuman itu, sangat dibutuhkan akhlak mulia. Sejatinya, akhlak dapat mencegah sekaligus menjadi senjata dalam mewujudkan niat, kemauan dan impian dalam memberantas praktek korupsi,” ujar Putra asal Sila Bolo tersebut.
Ditempat terpisah, Rafidin, S.Sos Ketua PWI menyampaikan, pendidikan pada dasarnya adalah upaya meningkatkan kemampuan dan Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga, memiliki karakter dan bisa mandiri. Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak dilakukan dan tidak dapat ditunda. Hal itu mesti tertanam mulai dari lingkungan Rumah Tangga, Sekolah dan Masyarakat. Karakter yang harus ditanamkan, adalah Cinta kepada Allah SWT, Alam semesta beserta isinya, tanggungjawab, disiplin, jujur, hormat dan santun, kasih saya,menghargai dan menghormati satu sama lain termasuk soal kepemimpinan.
“Akhlak mulia tergantung sungguh dari watak, karakter atau kebiasaan manusia. Saya sangat sepakat dengan beliau Anwar Usman, kunci dari segala hal adalah akhlak mulia yang terbentuk dari watak, karakter yang luhur.Begitupun, dalam memberantas praktek korupsi dan atau sejenisnya,” terang Rafidin,S.Sos, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bima. (KS-Anh)
 |
| Ilustrasi |
“Semuanya tergantung niat dan kemauan, termasuk soal pemberantasan praktek korupsi.Soal itu, kita kembalikan ke pribadi, karakter dan akhlak kita masing-masing. Kalau karakter buruk ditambah lagi tidak ada akhlak, maka pemberantasan korupsi tidak bakal terwujud,” kata Anwar Usman seperti yang dikutip saat menjadi Narasumber Metro TV Selasa (22/5) malam.
Artinya, bukan karena anggaran atau hukuman, tapi lebih pada niat, kemauan, karakter dan akhlak. Percuma besar anggaran, hukuman berat atau hukuman mati, bila tidak memiliki kemauan ditambah lagi tidak memiliki akhlak. Sehingga, tak heran apabila praktek korupsi dan sejenisnya hingga saat ini belum mampu diberantas.
”Allah SWT akan melaknat siapapun pelaku suap menyuap, baik yang memberi maupun yang menerima. Artinya, hukuman bagi pelaku kejahatan tersebut bukan hanya di Dunia tapi juga Akhirat. Jadi untuk selamat dari hukuman itu, sangat dibutuhkan akhlak mulia. Sejatinya, akhlak dapat mencegah sekaligus menjadi senjata dalam mewujudkan niat, kemauan dan impian dalam memberantas praktek korupsi,” ujar Putra asal Sila Bolo tersebut.
Ditempat terpisah, Rafidin, S.Sos Ketua PWI menyampaikan, pendidikan pada dasarnya adalah upaya meningkatkan kemampuan dan Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga, memiliki karakter dan bisa mandiri. Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak dilakukan dan tidak dapat ditunda. Hal itu mesti tertanam mulai dari lingkungan Rumah Tangga, Sekolah dan Masyarakat. Karakter yang harus ditanamkan, adalah Cinta kepada Allah SWT, Alam semesta beserta isinya, tanggungjawab, disiplin, jujur, hormat dan santun, kasih saya,menghargai dan menghormati satu sama lain termasuk soal kepemimpinan.
“Akhlak mulia tergantung sungguh dari watak, karakter atau kebiasaan manusia. Saya sangat sepakat dengan beliau Anwar Usman, kunci dari segala hal adalah akhlak mulia yang terbentuk dari watak, karakter yang luhur.Begitupun, dalam memberantas praktek korupsi dan atau sejenisnya,” terang Rafidin,S.Sos, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bima. (KS-Anh)
COMMENTS