Dinamika menggelinding seputaran proses pelelangan Pembangunan Gelanggang Olah Raga (GOR) Panda yang memiliki Pagu anggaran Rp 11 Miliar leb...
Dinamika menggelinding seputaran proses pelelangan Pembangunan Gelanggang Olah Raga (GOR) Panda yang memiliki Pagu anggaran Rp 11 Miliar lebih itu, semakin meruncing saja. Perdebatan sejumlah pihak terkait termasuk di media sosial pun tidan terbendung lagi. Warga angkat bicara, GOR harus tetap terbangun, jangan biarkan anggaran sebesar itu lenyap dan kembali diambil pemerintah pusat.
Bima,KS.- Menyikapi dinamika dan prahara yang terjadi seputar proses pelelangan GOR Panda Kabupaten Bima dibawah kendali Kelompok Kerja (Pokja) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga setempat yang meruncing akibat mengemukanya keluhan yang berbau pengaduan di Kejati NTB oleh PT Lingkar Persada, sebagai peserta lelang via on line ULP Bagian APP Setda Kabupaten Bima.
Tidak saja ditanggapi miring oleh perusahaan peserta lelang itu, anggota DPRD setempat pun ikut berbicara, menilai tatakelola dan proses yang dilalui hingga berujung pembatalan atas proses tender, sebagai bentuk konspirasi jahat.
Tidak ingin permasalah semakin berlarut, salah seorang warga Bima, Dedy MT, angakt bicara, menyuarakan rasa kekhawatirannya atas mega proyek yang pada saatnya nanti menjadi icon diwilayah Kabupaten Bima khususnya dan Pulau Sumbawa pada umumnya.
Calon legislatif di Kabupaten Bima terpilih ini, sangat menyayangkan tender GOR Panda yang dibatalkan oleh pemerintah. Padahal untuk mendatangkan anggaran sebanyak itu, apalagi untuk membangun sebuah gedung yang monumental dan sebagai wadah peningkatan prestasi dibidang olahraga, tentu membutuhkan tenaga dan kekuatan loby.
Mestinya kata calon legislatif terpilih dari Dpartai Demokrat ini, anggaran yang datang dari pusat itu mesti pergunakan semaksimal mungkin, bukan justeru dipermainkan, apalagi akan ditunda hingga dibatalkan.
“Setahu saya hanya Kabupaten Bima dan Lombok Tengah yang mendapatkan alokasi anggaran untuk pembangunan GOR itu. Jadi sayang kalau tidak bisa dimanfaatkan,” sesalnya.
Kalau penyebabnya, sambung Dedy, menyangkut perusahaan peserta yang tunggal, sehingga dianggap tidak memenuhi syarat dan ketentuan dalam dokumen lelang, pemerintah sebagi pemilik pekerjaan, membuka proses pelelangan baru.“Kalau tidak dikerjakan tahun ini jelas anggarannya dikembalikan, kan sayang. Belum tentu di tahun berikutnya bisa dapat lagi,” ujarnya.
Kata dia, untuk mendapatkan anggaran pembangunan GOR sebesar Rp 10 miliar lebih itu butuh kerja keras. Sebagai warga Bima, dirinya sangat menyayangkan jika tidak jadi dibangun di Kabupaten Bima. Sebab, masyarakat Bima sangat membutuhkan arena olahraga berkelas dan berkualitas.“Kalau ada GOR, jelas perkembangan olahraga di Bima juga akan semakin meningkat,”tutupnya.(KS-Aris)
Dedy MT |
Bima,KS.- Menyikapi dinamika dan prahara yang terjadi seputar proses pelelangan GOR Panda Kabupaten Bima dibawah kendali Kelompok Kerja (Pokja) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga setempat yang meruncing akibat mengemukanya keluhan yang berbau pengaduan di Kejati NTB oleh PT Lingkar Persada, sebagai peserta lelang via on line ULP Bagian APP Setda Kabupaten Bima.
Tidak saja ditanggapi miring oleh perusahaan peserta lelang itu, anggota DPRD setempat pun ikut berbicara, menilai tatakelola dan proses yang dilalui hingga berujung pembatalan atas proses tender, sebagai bentuk konspirasi jahat.
Tidak ingin permasalah semakin berlarut, salah seorang warga Bima, Dedy MT, angakt bicara, menyuarakan rasa kekhawatirannya atas mega proyek yang pada saatnya nanti menjadi icon diwilayah Kabupaten Bima khususnya dan Pulau Sumbawa pada umumnya.
Calon legislatif di Kabupaten Bima terpilih ini, sangat menyayangkan tender GOR Panda yang dibatalkan oleh pemerintah. Padahal untuk mendatangkan anggaran sebanyak itu, apalagi untuk membangun sebuah gedung yang monumental dan sebagai wadah peningkatan prestasi dibidang olahraga, tentu membutuhkan tenaga dan kekuatan loby.
Mestinya kata calon legislatif terpilih dari Dpartai Demokrat ini, anggaran yang datang dari pusat itu mesti pergunakan semaksimal mungkin, bukan justeru dipermainkan, apalagi akan ditunda hingga dibatalkan.
“Setahu saya hanya Kabupaten Bima dan Lombok Tengah yang mendapatkan alokasi anggaran untuk pembangunan GOR itu. Jadi sayang kalau tidak bisa dimanfaatkan,” sesalnya.
Kalau penyebabnya, sambung Dedy, menyangkut perusahaan peserta yang tunggal, sehingga dianggap tidak memenuhi syarat dan ketentuan dalam dokumen lelang, pemerintah sebagi pemilik pekerjaan, membuka proses pelelangan baru.“Kalau tidak dikerjakan tahun ini jelas anggarannya dikembalikan, kan sayang. Belum tentu di tahun berikutnya bisa dapat lagi,” ujarnya.
Kata dia, untuk mendapatkan anggaran pembangunan GOR sebesar Rp 10 miliar lebih itu butuh kerja keras. Sebagai warga Bima, dirinya sangat menyayangkan jika tidak jadi dibangun di Kabupaten Bima. Sebab, masyarakat Bima sangat membutuhkan arena olahraga berkelas dan berkualitas.“Kalau ada GOR, jelas perkembangan olahraga di Bima juga akan semakin meningkat,”tutupnya.(KS-Aris)
COMMENTS