Puluhan tenaga pengajar atau Dosen di STKIP Bima dikeluarkan dari kampus atau tidak lagi mengajar di Kampus tersebut.
Kota Bima, KS.- Puluhan tenaga pengajar atau Dosen di STKIP Bima dikeluarkan dari kampus atau tidak lagi mengajar di Kampus tersebut. Dengan alasan dirumahkan oleh Yayasan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Y-IKIP) Bima.
Dr. Amran Amir, M.Pd
Surat berkoopskan (Y-IKIP) Bima Nomor 0159/PT-04-AK-III/2016 yang ditanda tangani Ketua STKIP Bima Drs. Mustamin, M.Sc tertanggal 07 Maret 2016. Lucunya lagi surat tersebut diterima oleh dosen yang dirumahkan itu Rabu (23/3) lalu.
Salah seorang sumber terpecaya pada wartawan ini Sabtu (26/3) mengatakan, pemecatan dosen tersebut dirasakan tidak manusiawi. Pasalnya, para dosen yang dirumahkan saat berkunjung kekampus untuk mempertanyakan jadwal mata kuliahnya. Akan tetapi oleh pihak STKIP Bima memberikan surat berisikan ucapan terimakasih saja. “Dengan diberikan surat itu, sama halnya saya dan teman-teman dipecat secara tidak terhormat dan tidak beretika yang dilakukan pihak lembaga STKIP Bima,” ujarnya sumber yang dirahasiakan identitasnya.
Tidak hanya itu, lanjut sumber terpecaya ini. Rata-rata dosen yang dirumahkan itu berstatus sebagai dosen asisten ahli dan rata-rata sudah S-2 dikeluarkan pula. Sementara dosen asisten ahli memiliki Nomor Induk Dosen Negara (NIDN), namun NIDN itu dengan sendirinya hilang alias dihapus. Tapi yang jelas pihak lembaga tidak melakukan sosialisasi lebih awal terkait surat edaran UU Ristek No 2 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, permen Ristek Diskti No 44 2015 tentang registrasi pendidikan pada perguruan tinggi yang harus memiliki Nomor NIDN untuk dosen tetap.
Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) untuk dosen kontrak dan NUP untuk dosen tidak tetap, sehingga apabila tidak memiliki nomor tersebut maka tidak bisa melaporkan melalui PD Dikti alias ditolak. Berhubungan dengan nisbah dosen tetap dan jumlah mahasiswa STKIP Bima sudah sesuai dengan standar pengelolaan perguruan tinggi.
Akibat keputusan sepihak dilakukan lembaga STKIP Bima yang tidak manusiawi itu, puluhan dosen yang dirumahkan melakukan pertemuan Jum’at (25/3) dan pada Rabu (30/3) mendatang akan melakukan pertemuan besar-besaran. “Kami akan mempertanyakan kebijakan kampus, kalau tidak ada solusinya kami akan menggelar demo besar-besaran,”ancamnya.
Sementara itu Puket I STKIP Bima Dr. Amran Amir, M.Pd dikediamannnya, membantah puluhan dosen dipecat (Dikeluarkan) oleh lembaganya. Akan tetapi mereka diputuskan kerjasamanya, sehingga apabila dibutuhkan akan dimintai waktunya untuk masuk ngajar lagi seperti biasanya. “Versibel saja menyikapi persoalan tersebut, kalau dilihat rasio dosen dikampusnya masih minim. Sehingga masih banyak dibutuhkan lagi, tapi ini aturanlah yang memberhentikan mereka (Dosen) untuk dirumahkan,” ujarnya Sabtu (26/3) siang.
Lanjutnya, berdasarkan surat perihal ucapan terimakasih dari lembaga tersebut hanya menindak lanjuti surat keputusan dari Dikti saja. Dulu saja banyak dosen S-1 yang dikeluarkan oleh lembaga berdasarkan keputusan Dikti pula, bahwa dosen pengajar harus berijasah minimalnya S-2. (KS – 05)
Dr. Amran Amir, M.Pd
Surat berkoopskan (Y-IKIP) Bima Nomor 0159/PT-04-AK-III/2016 yang ditanda tangani Ketua STKIP Bima Drs. Mustamin, M.Sc tertanggal 07 Maret 2016. Lucunya lagi surat tersebut diterima oleh dosen yang dirumahkan itu Rabu (23/3) lalu.
Salah seorang sumber terpecaya pada wartawan ini Sabtu (26/3) mengatakan, pemecatan dosen tersebut dirasakan tidak manusiawi. Pasalnya, para dosen yang dirumahkan saat berkunjung kekampus untuk mempertanyakan jadwal mata kuliahnya. Akan tetapi oleh pihak STKIP Bima memberikan surat berisikan ucapan terimakasih saja. “Dengan diberikan surat itu, sama halnya saya dan teman-teman dipecat secara tidak terhormat dan tidak beretika yang dilakukan pihak lembaga STKIP Bima,” ujarnya sumber yang dirahasiakan identitasnya.
Tidak hanya itu, lanjut sumber terpecaya ini. Rata-rata dosen yang dirumahkan itu berstatus sebagai dosen asisten ahli dan rata-rata sudah S-2 dikeluarkan pula. Sementara dosen asisten ahli memiliki Nomor Induk Dosen Negara (NIDN), namun NIDN itu dengan sendirinya hilang alias dihapus. Tapi yang jelas pihak lembaga tidak melakukan sosialisasi lebih awal terkait surat edaran UU Ristek No 2 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi, permen Ristek Diskti No 44 2015 tentang registrasi pendidikan pada perguruan tinggi yang harus memiliki Nomor NIDN untuk dosen tetap.
Nomor Induk Dosen Khusus (NIDK) untuk dosen kontrak dan NUP untuk dosen tidak tetap, sehingga apabila tidak memiliki nomor tersebut maka tidak bisa melaporkan melalui PD Dikti alias ditolak. Berhubungan dengan nisbah dosen tetap dan jumlah mahasiswa STKIP Bima sudah sesuai dengan standar pengelolaan perguruan tinggi.
Akibat keputusan sepihak dilakukan lembaga STKIP Bima yang tidak manusiawi itu, puluhan dosen yang dirumahkan melakukan pertemuan Jum’at (25/3) dan pada Rabu (30/3) mendatang akan melakukan pertemuan besar-besaran. “Kami akan mempertanyakan kebijakan kampus, kalau tidak ada solusinya kami akan menggelar demo besar-besaran,”ancamnya.
Sementara itu Puket I STKIP Bima Dr. Amran Amir, M.Pd dikediamannnya, membantah puluhan dosen dipecat (Dikeluarkan) oleh lembaganya. Akan tetapi mereka diputuskan kerjasamanya, sehingga apabila dibutuhkan akan dimintai waktunya untuk masuk ngajar lagi seperti biasanya. “Versibel saja menyikapi persoalan tersebut, kalau dilihat rasio dosen dikampusnya masih minim. Sehingga masih banyak dibutuhkan lagi, tapi ini aturanlah yang memberhentikan mereka (Dosen) untuk dirumahkan,” ujarnya Sabtu (26/3) siang.
Lanjutnya, berdasarkan surat perihal ucapan terimakasih dari lembaga tersebut hanya menindak lanjuti surat keputusan dari Dikti saja. Dulu saja banyak dosen S-1 yang dikeluarkan oleh lembaga berdasarkan keputusan Dikti pula, bahwa dosen pengajar harus berijasah minimalnya S-2. (KS – 05)
COMMENTS