Ia mengaku telah ditabrak oleh Camat Mpunda menggunakan mobil dinasnya dua hari lalu. Penyebabnya, Herman dituding membunyikan petasan hingga mengganggu Camat
Warga Lingkungan Sabali Kelurahan Rabadompu Barat, Herman, terpaksa menanggung kerusakan sepeda motor miliknya. Ia mengaku telah ditabrak oleh Camat Mpunda menggunakan mobil dinasnya dua hari lalu. Penyebabnya, Herman dituding membunyikan petasan hingga mengganggu Camat, padahal yang melakukan itu bukan dirinya.
Cerita fersi Herman, lantaran emosi karena menduga yang meledakkan petasan, Camat pun menabrak dirinya saat mengendarai sepeda motor. Peristiwa itu terjadi di jalan Soekarno-Hatta Kelurahan Rabadompu Barat. Akibat kejadian itu, motor yang dikendarainya rusak parah dan kini tak bisa dikendarai lagi. Tak hanya itu, usai menabrak Camat juga turun dari mobil dan memaki dirinya.
Meski telah dijelaskan bahwa bukan dirinya yang meledakkan petasan tersebut, Camat tak menggubris dan berlalu begitu saja. Atas kejadian itu, Herman menyesalkan sikap Camat yang dinilai tidak bijaksana dalam menyelesaikan persoalan. Harusnya sebelum mengambil tindakan, dirinya dimintai klarifikasi dulu apakah benar telah meledakkan petasan. “Saya sudah jelaskan, petasan itu dibunyikan anak kecil bukan saya,” ujar Herman.
Ia juga meminta pertanggung jawaban Camat untuk memperbaiki semua kerusakan sepeda motor miliknya. Bila tidak ada niat baik Camat, dirinya berencana untuk melaporkan ke pihak Kepolisian.
Bagaimana tanggapan Camat soal tudingan itu? Fersi Camat Mpunda, Arifin, S.Sos, Herman dan rekannya memang melempar petasan kearah mobilnya beberapa kali. Ulah keduanya itu menyebabkan cucunya yang berada di dalam mobil pingsan. Terang saja, Camat mengejar motor tersebut dan meminta untuk berhenti tetapi tidak diindahkan. Keduanya justru terus berlari dan masih melempar petasan. “Mereka itu beriringan dengan mobil saya sejak di Barata sampai jalan masuk rumah di depan Masjid Raya Rabadompu,” cerita Camat ditemui di kantor setempat, Selasa (9/6) siang.
Kekesalan Camat memuncak saat lemparan terakhir petasan menyebabkan cucunya pingsan. Saat diminta berhenti, sepeda motor yang ditumpangi keduanya malah mengerem mendadak ditengah jalan. Dirinya pun tak bisa mengelakkan tabrakan terjadi. “Saat saya turun dari mobil, salah satu dari mereka menghampiri dan meminta maaf setelah tahu saya Camat dan tetangga mereka,” ujarnya.
Meski secara pribadi sudah menerima maaf mereka, Ia tetap melaporkan kejadian tersebut kepada pihak Kepolisian karena tak terima cucunya pingsan. Akibat tabrakan itu, bagian depan mobilnya juga ikut rusak. “Harusnya saya yang menjadi korban dan meminta ganti rugi sama mereka. Untung saja cucu saya hanya pingsan, kalau tidak saya tuntut mereka,” kesal Camat.
Mengenai permintaan ganti rugi Herman, Ia menegaskan satu sen pun tidak akan menggantinya. Malah dirinya berniat untuk tetap meneruskan laporan tersebut karena mengetahui keduanya tak merasa bersalah. “Silahkan saja kalau mereka juga mau melapor akan saya tunggu dalam proses hukum,” tandasnya. (KS-13)
Cerita fersi Herman, lantaran emosi karena menduga yang meledakkan petasan, Camat pun menabrak dirinya saat mengendarai sepeda motor. Peristiwa itu terjadi di jalan Soekarno-Hatta Kelurahan Rabadompu Barat. Akibat kejadian itu, motor yang dikendarainya rusak parah dan kini tak bisa dikendarai lagi. Tak hanya itu, usai menabrak Camat juga turun dari mobil dan memaki dirinya.
Meski telah dijelaskan bahwa bukan dirinya yang meledakkan petasan tersebut, Camat tak menggubris dan berlalu begitu saja. Atas kejadian itu, Herman menyesalkan sikap Camat yang dinilai tidak bijaksana dalam menyelesaikan persoalan. Harusnya sebelum mengambil tindakan, dirinya dimintai klarifikasi dulu apakah benar telah meledakkan petasan. “Saya sudah jelaskan, petasan itu dibunyikan anak kecil bukan saya,” ujar Herman.
Ia juga meminta pertanggung jawaban Camat untuk memperbaiki semua kerusakan sepeda motor miliknya. Bila tidak ada niat baik Camat, dirinya berencana untuk melaporkan ke pihak Kepolisian.
Bagaimana tanggapan Camat soal tudingan itu? Fersi Camat Mpunda, Arifin, S.Sos, Herman dan rekannya memang melempar petasan kearah mobilnya beberapa kali. Ulah keduanya itu menyebabkan cucunya yang berada di dalam mobil pingsan. Terang saja, Camat mengejar motor tersebut dan meminta untuk berhenti tetapi tidak diindahkan. Keduanya justru terus berlari dan masih melempar petasan. “Mereka itu beriringan dengan mobil saya sejak di Barata sampai jalan masuk rumah di depan Masjid Raya Rabadompu,” cerita Camat ditemui di kantor setempat, Selasa (9/6) siang.
Kekesalan Camat memuncak saat lemparan terakhir petasan menyebabkan cucunya pingsan. Saat diminta berhenti, sepeda motor yang ditumpangi keduanya malah mengerem mendadak ditengah jalan. Dirinya pun tak bisa mengelakkan tabrakan terjadi. “Saat saya turun dari mobil, salah satu dari mereka menghampiri dan meminta maaf setelah tahu saya Camat dan tetangga mereka,” ujarnya.
Meski secara pribadi sudah menerima maaf mereka, Ia tetap melaporkan kejadian tersebut kepada pihak Kepolisian karena tak terima cucunya pingsan. Akibat tabrakan itu, bagian depan mobilnya juga ikut rusak. “Harusnya saya yang menjadi korban dan meminta ganti rugi sama mereka. Untung saja cucu saya hanya pingsan, kalau tidak saya tuntut mereka,” kesal Camat.
Mengenai permintaan ganti rugi Herman, Ia menegaskan satu sen pun tidak akan menggantinya. Malah dirinya berniat untuk tetap meneruskan laporan tersebut karena mengetahui keduanya tak merasa bersalah. “Silahkan saja kalau mereka juga mau melapor akan saya tunggu dalam proses hukum,” tandasnya. (KS-13)
COMMENTS