Bagaimana tidak, seorang ibu yang hendak melahirkan diduga ditelantarkan oleh pihak puskesmas Kecamatan Soromandi.
Orang miskin dilarang sakit, itu bukan sekedar celoteh belaka, dan itu benar terjadi di Kabupaten Bima. Bagaimana tidak, seorang ibu yang hendak melahirkan diduga ditelantarkan oleh pihak puskesmas Kecamatan Soromandi. Bahkan, pasien yang hendak melahirkan tersebut tidak diberikan mobil ambulance untuk ke BLUD Bima, dengan alasan tidak dalan kondisi darurat.
Ulah oknum kepala Puskesmas Soromandi tersebut, diduga kerap terjadi, dan banyak masyarakat yang mengalami hal yang sama. Hal tersebut disampaikan oleh keluarga pasien Budiman yang juga ketua LSM Kipang kepada koran ini Kamis kemarin. Menurutnya, Rabu malam pasien (Ningsih) mendatangi puskesmas Soromandi karena hendak melahirkan. Setiba di Puskesmas, pasien dilayani oleh petugas dengan memeriksa kondisi pasien. Namun kerena tidak puas dengan pelayanan di puskesmas, pasien hendak melahirkan di BLUD Bima.
“Saat itu pihak keluarga meminta untuk diantar menggunakan mobil ambulance menuju BLUD Bima, namun tidak diberikan mobil oleh pegawai Puskesmas setempat. Akhirnya, pasien menyewa mobil untuk menyelamatkan bayi yang ada dalam kandungannya,” bebernya.
Dirinya keberatan dengan pelayanan pihak Puskesmas yang tidak melayani pasien dengan baik. Mobil puskesmas yang semestinya digunakan untuk mengangkut pasien dibiarkan parkir dihalaman puskesmas. “Untuk apa mobil itu kalau tidak digunakan untuk pelayanan masyarakat, kalau tidak ada gunanya dibakar saja itu mobil,” ujarnya kesal.
Budiman meminta, kepada Bupati Bima untuk segera memanggil dan memberikan pembinaan terhadap kepala Puskesmas Soromandi, sebelum adanya reaksi dari masyarakat Soromandi yang tidak puas dengan pelayanan pihak Puskesmas.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Soromandi, Alamsyah S.Kep yang dikonfirmasi Koran ini Kamis kemarin mengakui adanya pasien yang bernama Ningsih yang hendak melahirkan di Puskesmas. Namun setelah diperiksa oleh petugas, pasien tersebut belum ada tanda-tanda untuk melahirkan. Oleh petugas menyarankan kepada pasien dan keluarganya untuk bersabar menunggu hingga tanda-tanda melahirkan itu ada. “Namun pasien justeru ingin ke BLUD meskipun tidak ada rujukan dari Puskesmas,” jelasnya.
Mengenai mobil ambulance, menurut Alamsyah, siapa saja boleh menggunakan mobil tersebut, asalkan dalam keadaan darurat. “Karena berdasarkan aturan yang ada, pasien yang boleh diangkut menggunakan ambulan adalah pasien yang telah dirujuk oleh pihak dokter, atau dalam keadaan darurat karena mengalami suatu penyakit, sementara Ningsih itu belum ada tanda-tanda melahirkan dan belum ada rujukan dari pihak puskesmas untuk melahirkan di BLUD,” tandasnya.
Kalaupun pasien ingin melahirkan di BLUD dan tidak mau menunggu rujukan dari pihak puskesmas, itu urusan pasien dan silahkan menggunakan kendaraan lain, sebab mobil ambulance hanya digunakan dalam keadaan darurat saja. “ Kalau pasien mau kerumah sakit, ya silahkan gunakan mobil lain, kecuali pasien itu dirujuk oleh puskesmas, baru bisa menggunakan ambulance,” terangnya kembali (KS-02)
Ulah oknum kepala Puskesmas Soromandi tersebut, diduga kerap terjadi, dan banyak masyarakat yang mengalami hal yang sama. Hal tersebut disampaikan oleh keluarga pasien Budiman yang juga ketua LSM Kipang kepada koran ini Kamis kemarin. Menurutnya, Rabu malam pasien (Ningsih) mendatangi puskesmas Soromandi karena hendak melahirkan. Setiba di Puskesmas, pasien dilayani oleh petugas dengan memeriksa kondisi pasien. Namun kerena tidak puas dengan pelayanan di puskesmas, pasien hendak melahirkan di BLUD Bima.
“Saat itu pihak keluarga meminta untuk diantar menggunakan mobil ambulance menuju BLUD Bima, namun tidak diberikan mobil oleh pegawai Puskesmas setempat. Akhirnya, pasien menyewa mobil untuk menyelamatkan bayi yang ada dalam kandungannya,” bebernya.
Dirinya keberatan dengan pelayanan pihak Puskesmas yang tidak melayani pasien dengan baik. Mobil puskesmas yang semestinya digunakan untuk mengangkut pasien dibiarkan parkir dihalaman puskesmas. “Untuk apa mobil itu kalau tidak digunakan untuk pelayanan masyarakat, kalau tidak ada gunanya dibakar saja itu mobil,” ujarnya kesal.
Budiman meminta, kepada Bupati Bima untuk segera memanggil dan memberikan pembinaan terhadap kepala Puskesmas Soromandi, sebelum adanya reaksi dari masyarakat Soromandi yang tidak puas dengan pelayanan pihak Puskesmas.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Soromandi, Alamsyah S.Kep yang dikonfirmasi Koran ini Kamis kemarin mengakui adanya pasien yang bernama Ningsih yang hendak melahirkan di Puskesmas. Namun setelah diperiksa oleh petugas, pasien tersebut belum ada tanda-tanda untuk melahirkan. Oleh petugas menyarankan kepada pasien dan keluarganya untuk bersabar menunggu hingga tanda-tanda melahirkan itu ada. “Namun pasien justeru ingin ke BLUD meskipun tidak ada rujukan dari Puskesmas,” jelasnya.
Mengenai mobil ambulance, menurut Alamsyah, siapa saja boleh menggunakan mobil tersebut, asalkan dalam keadaan darurat. “Karena berdasarkan aturan yang ada, pasien yang boleh diangkut menggunakan ambulan adalah pasien yang telah dirujuk oleh pihak dokter, atau dalam keadaan darurat karena mengalami suatu penyakit, sementara Ningsih itu belum ada tanda-tanda melahirkan dan belum ada rujukan dari pihak puskesmas untuk melahirkan di BLUD,” tandasnya.
Kalaupun pasien ingin melahirkan di BLUD dan tidak mau menunggu rujukan dari pihak puskesmas, itu urusan pasien dan silahkan menggunakan kendaraan lain, sebab mobil ambulance hanya digunakan dalam keadaan darurat saja. “ Kalau pasien mau kerumah sakit, ya silahkan gunakan mobil lain, kecuali pasien itu dirujuk oleh puskesmas, baru bisa menggunakan ambulance,” terangnya kembali (KS-02)
COMMENTS