Pertandingan Cabang Olahraga (Cabor) Tenis Meja pada Porprov IX NTB, pada hari pertama Senin (16/6) berlangsung ricuh.
Pertandingan Cabang Olahraga (Cabor) Tenis Meja pada Porprov IX NTB, pada hari pertama Senin (16/6) berlangsung ricuh. Sejumlah tim kontingen dari sejumlah Kota dan Kabupaten memboikot pertandingan tersebut. Persoalan dipicu keputusan Panitia dan KONI NTB yang dianggap melanggar aturan karena meloloskan dua atlet asal Surabaya yang diikutkan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Keputusan itu tentu saja bertolak belakang dengan amanat Gubernur NTB yang meminta semua atlet pada Porprov adalah putra asli NTB. Namun amanat itu dilanggar sendiri oleh Panitia dan KONI NTB. Keputusan yang menciderai sportifitas olahraga itu jelas saja diprotes kontingen dari daerah lain. Anehnya, panitia justru memaksa untuk tetap melanjutkan pertandingan tanpa ada keputusan jelas mengenai dua atlet tersebut.
Tak terima dengan hal itu, sejumlah Kontingen terutama Kota dan Kabupaten Bima menolak untuk bertanding dan meminta keduanya dicoret. Sikap itu kemudian diikuti daerah lainnya sehingga pertandingan tak bisa dilanjutkan lagi kendati panitia memanggil para atlet. Aksi protes yang terjadi nyaris berujung bentrok antara official, atlet dan panitia Porprov. Untungnya, masih mampu diamankan aparat Kepolisian dibantu Sat Pol PP.
Pertandingan yang sejatinya dijadwalkan mulai pukul 08.00 Wita di graha Bhakti kompleks Kantor Gubernur NTB akhirnya dihentikan secara paksa oleh Official dan pemain. Kedua atlet bayaran asal Kota Kediri yang diprotes itu diketahui direkrut tim KSB. Hal itu terbongkar setelah keduanya dipastikan terdaftar sebagai atlet Porprov dan PON Provinsi Jawa Timur. Salah satunya atas nama Jefri.
Official dari Kota Bima, paling getol melontarkan protes atas dugaan pelanggaran tersebut. Bahkan saat Tecnical Meeting seluruh official tim dari enam daerah sepakat walkout. Saat itu pihak penitia bersama pengurus KONI NTB sepakat mencoret nama kedua atlet dimaksud. Belakangan lagi saat akan digelarnya pertandingan kedua nama atlet tersebut kembali dimasukan dalam skema pertandingan.
Akibat protes keras dan kericuhan terjadi, jadwal pertandingan direncanakan dimulai pukul 08.00 wita akhirnya molor hingga pukul 12.00 wita. Bahkan saat panitia memaksa kembali menggelar pertandingan pertama antara KBS vs Lombok Timur (Lotim), official dan pemain tim Lotim memutuskan menolak mengikuti pertandingan. Panitia ngotot akhirnya menginisiasi tim Lotim pertama di nyatakan Walkout.
Akibat dari aksi boikot dilakukan seluruh tim, nampak enam meja pertandingan disiapkan oleh panitia kosong tanpa ada satupun pemain yang mau bertanding. Panitia sampai dengan berita ini dilansir masih bertahan dengan sikap dan putusannya bahwa dua pemain bayaran dari pulau jawa oleh tim KBS tetap diikutkan bertanding.
Beberapa kali panitia pertandingan tenis meja menggelar pertemuan dengan official, pengurus KONI dari seluruh kontingen Porprov. Namun keputusan masih tetap sama, tetap mengikutkan dua atlet diduga bayaran tersebut untuk bertandingan sampai ada pembuktian yang jelas walaupun nantinya kemenangan dari kedua atlet utusan KSB tersebut akan dianulir dikemudian hari. Tetapi sampai Senin sore diperoleh informasi bahwa pertandingan belum juga dilanjutkan karena tak ada kontingen yang hadir. (KS-13)
 |
| Suasana saat kericuhan terjadi pada pertandingan Tenis Meja di Gelanggang Kompleks Kantor Gubernur. |
Tak terima dengan hal itu, sejumlah Kontingen terutama Kota dan Kabupaten Bima menolak untuk bertanding dan meminta keduanya dicoret. Sikap itu kemudian diikuti daerah lainnya sehingga pertandingan tak bisa dilanjutkan lagi kendati panitia memanggil para atlet. Aksi protes yang terjadi nyaris berujung bentrok antara official, atlet dan panitia Porprov. Untungnya, masih mampu diamankan aparat Kepolisian dibantu Sat Pol PP.
Pertandingan yang sejatinya dijadwalkan mulai pukul 08.00 Wita di graha Bhakti kompleks Kantor Gubernur NTB akhirnya dihentikan secara paksa oleh Official dan pemain. Kedua atlet bayaran asal Kota Kediri yang diprotes itu diketahui direkrut tim KSB. Hal itu terbongkar setelah keduanya dipastikan terdaftar sebagai atlet Porprov dan PON Provinsi Jawa Timur. Salah satunya atas nama Jefri.
Official dari Kota Bima, paling getol melontarkan protes atas dugaan pelanggaran tersebut. Bahkan saat Tecnical Meeting seluruh official tim dari enam daerah sepakat walkout. Saat itu pihak penitia bersama pengurus KONI NTB sepakat mencoret nama kedua atlet dimaksud. Belakangan lagi saat akan digelarnya pertandingan kedua nama atlet tersebut kembali dimasukan dalam skema pertandingan.
Akibat protes keras dan kericuhan terjadi, jadwal pertandingan direncanakan dimulai pukul 08.00 wita akhirnya molor hingga pukul 12.00 wita. Bahkan saat panitia memaksa kembali menggelar pertandingan pertama antara KBS vs Lombok Timur (Lotim), official dan pemain tim Lotim memutuskan menolak mengikuti pertandingan. Panitia ngotot akhirnya menginisiasi tim Lotim pertama di nyatakan Walkout.
Akibat dari aksi boikot dilakukan seluruh tim, nampak enam meja pertandingan disiapkan oleh panitia kosong tanpa ada satupun pemain yang mau bertanding. Panitia sampai dengan berita ini dilansir masih bertahan dengan sikap dan putusannya bahwa dua pemain bayaran dari pulau jawa oleh tim KBS tetap diikutkan bertanding.
Beberapa kali panitia pertandingan tenis meja menggelar pertemuan dengan official, pengurus KONI dari seluruh kontingen Porprov. Namun keputusan masih tetap sama, tetap mengikutkan dua atlet diduga bayaran tersebut untuk bertandingan sampai ada pembuktian yang jelas walaupun nantinya kemenangan dari kedua atlet utusan KSB tersebut akan dianulir dikemudian hari. Tetapi sampai Senin sore diperoleh informasi bahwa pertandingan belum juga dilanjutkan karena tak ada kontingen yang hadir. (KS-13)
COMMENTS