Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Propinsi NTB menjadi sasaran kekesalan official dan atlet Tenis Meja atas lolosnya dua atlet Surabaya yang diikutikan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Propinsi NTB menjadi sasaran kekesalan official dan atlet Tenis Meja atas lolosnya dua atlet Surabaya yang diikutikan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). KONI bahkan dituding tidak konsisten menjalankan hasil keputusan bersama untuk mencoret kedua atlet dari luar NTB tersebut. Sebab saat pertandingan keduanya tetap dimasukan dalam skema pertandingan.
Menyikapi persoalan itu, Ketua Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Kabupaten Bima, Drs. H. Sudirman, M.Si, mengaku tetap pada keputusan awal menuntut salah satu dari kedua atlet itu dicoret. Pihaknya justru telah memberikan toleransi tidak menuntut semuanya dicoret. Namun panitia terkesan memaksakan kehendak untuk tetap mengikutkan mereka. ”Saya tahu dan kenal dua atlet itu, merekakan terdaftar sebagai pemain asal Jawa Timur,” ujarnya.
Sebagai bentuk protes, mantan pemain kawakan ini terus meneriakan pesan Gubernur saat pembukaan Porprov, untuk menjunjung sportifitas dan dilarang memakai atlet luar NTB. Tujuannya agar ajang Porprov dapat mencetak pemain muda NTB berprestasi kedepannya. Sebab menurutnya, aturan Porprov jelas dan tegas tidak boleh ada atlet dari luar NTB.
”Kami akan boikot pertandingan selamanya ajang Porprov untuk pertandingan tenis meja,” teriaknya didepan panitia di arena pertandingan disambut dukungan official dan pemain dari tim lain.
Sudirman menilai panitia tidak sportif dan tidak konsisten dalam ajang porprov saat ini. Padahal sebelum digelar pertandingan dan saat class meeting seluruh official tim sepakat mencoret nama kedua atlet tersebut. Bahkan panitia, dan pengurus KONI sudah memutuskan mencoret nama keduanya. Namun sehari kemudian saat akan digelarnya pertantingan keduan nama atlet dicantumkan kembali.
Begitupun disampaikan Official Kota Bima, Hj Misbah. Ia secara tegas menolak keputusan tidak adil panitia. Menurutnya panitia sangat konyol memaksa dua atlet tersebut tetap diikutkan bertanding. Padahal jelas kedua atlet tersebut pemain bayaran luar NTB. Misbah mengaku atlet binaannya tidak takut untuk bertanding, tetapi sportifitas harus diutamakan.
“Aturan diajang poprov jelas seluruh pemain merupakan atlet asli NTB mewakil masing-masing Kabupaten dan Kota. Panitia ini buta atau memang tidak paham aturan,” teriak Misbah berulang kali.
Sementara itu, Wakil Ketua KONI NTB, Andi Hadiyanto yang dimintai tanggapan mengaku akan memanggil semua Pengurus KONI untuk tetap menjalankan keputusan rapat keabsahan. Persoalan mengenai atlet yang diprotes dianggapnya sudah selesai pada saat rapat keabsahan. Dia pun membantah ada enam daerah yang keluar karena tak sepakat dengan keputusan rapat.
“Saya rasa persoalan ini karena mis komunikasi saja dan ketidaktahuan. Kalau ada yang memprotes ada mekanisme yang harus dilalui yakni melalui surat tertulis dan akan diselesaikan oleh tim arbitrase. Pertandingan harus tetap jelan,” jelas Ardi yang juga Ketua Tim Aritrase ini. (KS-13)
Arena pertandingan Cabor Tenis Meja di Gelanggang Kantor Gubernur amburadul saat aksi protes terjadi |
Sebagai bentuk protes, mantan pemain kawakan ini terus meneriakan pesan Gubernur saat pembukaan Porprov, untuk menjunjung sportifitas dan dilarang memakai atlet luar NTB. Tujuannya agar ajang Porprov dapat mencetak pemain muda NTB berprestasi kedepannya. Sebab menurutnya, aturan Porprov jelas dan tegas tidak boleh ada atlet dari luar NTB.
”Kami akan boikot pertandingan selamanya ajang Porprov untuk pertandingan tenis meja,” teriaknya didepan panitia di arena pertandingan disambut dukungan official dan pemain dari tim lain.
Sudirman menilai panitia tidak sportif dan tidak konsisten dalam ajang porprov saat ini. Padahal sebelum digelar pertandingan dan saat class meeting seluruh official tim sepakat mencoret nama kedua atlet tersebut. Bahkan panitia, dan pengurus KONI sudah memutuskan mencoret nama keduanya. Namun sehari kemudian saat akan digelarnya pertantingan keduan nama atlet dicantumkan kembali.
Begitupun disampaikan Official Kota Bima, Hj Misbah. Ia secara tegas menolak keputusan tidak adil panitia. Menurutnya panitia sangat konyol memaksa dua atlet tersebut tetap diikutkan bertanding. Padahal jelas kedua atlet tersebut pemain bayaran luar NTB. Misbah mengaku atlet binaannya tidak takut untuk bertanding, tetapi sportifitas harus diutamakan.
“Aturan diajang poprov jelas seluruh pemain merupakan atlet asli NTB mewakil masing-masing Kabupaten dan Kota. Panitia ini buta atau memang tidak paham aturan,” teriak Misbah berulang kali.
Sementara itu, Wakil Ketua KONI NTB, Andi Hadiyanto yang dimintai tanggapan mengaku akan memanggil semua Pengurus KONI untuk tetap menjalankan keputusan rapat keabsahan. Persoalan mengenai atlet yang diprotes dianggapnya sudah selesai pada saat rapat keabsahan. Dia pun membantah ada enam daerah yang keluar karena tak sepakat dengan keputusan rapat.
“Saya rasa persoalan ini karena mis komunikasi saja dan ketidaktahuan. Kalau ada yang memprotes ada mekanisme yang harus dilalui yakni melalui surat tertulis dan akan diselesaikan oleh tim arbitrase. Pertandingan harus tetap jelan,” jelas Ardi yang juga Ketua Tim Aritrase ini. (KS-13)
COMMENTS