Informasi adanya masyarakat di Bima yang mendukung gerakan Negara Islam Irak dan Syiria (ISIS) ternyata mulai terbukti. Beberapa hari lalu
Informasi adanya masyarakat di Bima yang mendukung gerakan Negara Islam Irak dan Syiria (ISIS) ternyata mulai terbukti. Beberapa hari lalu, bendera berwarna hitam bertuliskan Bahasa Arab yang diindikasi merupakan bendera ISIS itu dikibarkan di Kota Bima. Tak tanggung-tanggung, pengibaran bendera itu dilakukan disamping Kantor Polres Bima Kota, Kelurahan Rabangodu Selatan.
Pengibaran bendera tersebut tak berlangsung lama karena beberapa saat setelah itu Kepolisian berhasil mengidentifikasi siapa pemasangnya. Kelompok warga yang tak disebutkan namanya itu pun diminta menurunkannya kembali. “Kemarin ada pemasangan spanduk dan bendera ISIS disamping Kantor Polres Bima Kota. Kita bersama pemerintah dan TNI sudah meminta mereka untuk menurunkan dan sudah dituruti. Mereka sendiri yang menurunkannya kembali,” ungkap Kapolres Bima Kota, AKBP Benny Basir Warmansyah, SIK, SH, Senin (11/8) pagi.
Kapolres mengaku, masalah ISIS sudah jelas dilarang di Indonesia. Larangan itu berdasarkan Instuksi Presiden yang disampaikan melalui Kapolri dan Panglima TNI. Kapolri melalui Kadiv Humas secara tegas tidak membenarkan adanya ISIS di Indonesia.
“Masyarakat telah dihimbau agar tidak terlibat mendukung atau bergabung dengan ISIS. Kita sudah menggelar rapat dengan Walikota Bima meminta masyarakat Kota Bima agar tidak ikut mereka,” terangnya.
Untuk diketahui, ISIS merupakan singkatan dari Islam State of Iraq and Syiria. ISIS adalah sebuah negara bentukan kelompok militan jihad yang tidak diakui di Irak dan Suriah. Sebagaimana penjelasan dalam Wikipedia Indonesia, kelompok ini dalam bentuk aslinya terdiri dari dan didukung oleh berbagai kelompok pemberontak Sunni, termasuk organisasi-organisasi pendahulunya seperti Dewan Syura Mujahidin dan Al-Qaeda di Irak (AQI), maupun kelompok pemberontak Jaysh al-Fatiheen, Jund al-Sahaba, Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa al-Mansoura, dan sejumlah suku Irak yang mengaku Sunni.
ISIS dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam dan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri, dan menjarah bank. Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah dan Kristen. Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan lebih dari 2.400 warga Irak yang mayoritas warga sipil tewas sepanjang Juni 2014. Jumlah korban tewas ini merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di Irak dalam beberapa tahun terakhir. Aksi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ini telah menyebabkan tak kurang dari 30.000 warga kota kecil di timur Suriah harus mengungsi.
Tokoh Sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar al-Baghdadi. Di bawah kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah. ISIS memiliki hubungan dekat dengan Al-Qaeda hingga tahun 2014. Namun karena misi berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, Al-Qaidah lalu tidak mengakui kelompok ini sebagai bagian darinya lagi. Abu Bakar al-Baghdadi bahkan bersumpah untuk memimpin penaklukan Roma. Pemimpin militan ISIS Abu Bakar al-Baghdadi ini juga menyerukan umat Islam untuk tunduk kepadanya. (KS-13)
Kapolres mengaku, masalah ISIS sudah jelas dilarang di Indonesia. Larangan itu berdasarkan Instuksi Presiden yang disampaikan melalui Kapolri dan Panglima TNI. Kapolri melalui Kadiv Humas secara tegas tidak membenarkan adanya ISIS di Indonesia.
“Masyarakat telah dihimbau agar tidak terlibat mendukung atau bergabung dengan ISIS. Kita sudah menggelar rapat dengan Walikota Bima meminta masyarakat Kota Bima agar tidak ikut mereka,” terangnya.
Untuk diketahui, ISIS merupakan singkatan dari Islam State of Iraq and Syiria. ISIS adalah sebuah negara bentukan kelompok militan jihad yang tidak diakui di Irak dan Suriah. Sebagaimana penjelasan dalam Wikipedia Indonesia, kelompok ini dalam bentuk aslinya terdiri dari dan didukung oleh berbagai kelompok pemberontak Sunni, termasuk organisasi-organisasi pendahulunya seperti Dewan Syura Mujahidin dan Al-Qaeda di Irak (AQI), maupun kelompok pemberontak Jaysh al-Fatiheen, Jund al-Sahaba, Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa al-Mansoura, dan sejumlah suku Irak yang mengaku Sunni.
ISIS dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam dan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri, dan menjarah bank. Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah dan Kristen. Pemberontak di Irak dan Suriah ini telah menewaskan ribuan orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan lebih dari 2.400 warga Irak yang mayoritas warga sipil tewas sepanjang Juni 2014. Jumlah korban tewas ini merupakan yang terburuk dari aksi kekerasan di Irak dalam beberapa tahun terakhir. Aksi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ini telah menyebabkan tak kurang dari 30.000 warga kota kecil di timur Suriah harus mengungsi.
Tokoh Sentral di Balik Militan ISIS adalah Abu Bakar al-Baghdadi. Di bawah kepemimpinannya, ISIS menyatakan diri untuk bergabung dengan Front Al Nusra, kelompok yang menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah. ISIS memiliki hubungan dekat dengan Al-Qaeda hingga tahun 2014. Namun karena misi berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah dan penggunaan aksi-aksi kekerasan, Al-Qaidah lalu tidak mengakui kelompok ini sebagai bagian darinya lagi. Abu Bakar al-Baghdadi bahkan bersumpah untuk memimpin penaklukan Roma. Pemimpin militan ISIS Abu Bakar al-Baghdadi ini juga menyerukan umat Islam untuk tunduk kepadanya. (KS-13)
COMMENTS