Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bima menyikapi serius ancaman gerakan Islam State of Iraq dan Syiria (ISIS).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bima menyikapi serius ancaman gerakan Islam State of Iraq dan Syiria (ISIS). Karena itu, MUI berencana melaksanakan khutbah serentak di semua Masjid Kota Bima untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat terkait bahaya paham ISIS.
Pernyataan itu disampaikan Ketua MUI Kota Bima, Drs HM Saleh Abubakar saat rapat koordinasi (rakor) bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) yang digelar di Aula Kantor Pemkot Bima, Rabu (13/8) pagi. Dalam rapat yang dimpimpin Walikota Bima itu, M Saleh memaparkan rekam jejak berdirinya ISIS dan bahaya penyebaran paham yang dibawa.
Diakuinya, ISIS pada awalnya terbentuk saat kelompok masyarakat memberontak terhadap rejim pemerintah di Irak, Libya, Mesir dan Suriah. Karenanya, ISIS sesungguhnya bukanlah memperjuangkan agama dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama. Salah satu paham ISIS yang tidak sesuai dengan ajaran Islam kata dia, yakni konsepsi mereka mengenai jihad dan khilafah. Dalam tafsir mereka, jihad diartikan secara sempit untuk menegakkan agama dengan materil dan kekerasan.
Padahal, Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk menghalalkan kekerasan. Begitupun penafsiran soal khilafah yang dipahami dengan mendirikan Negara Islam demi menjalankan syariat. “Syariat itu merupakan aturan agama yang memang harus dijalankan umat Islam dan itu tidak mesti membutuhkan khilalah seperti yang dipahami ISIS,” jelasnya.
Sementara ideologi pancasila yang dianut di Indonesia lanjutnya, tak satupun nilai-nilai yang terkandung didalamnya bertentangan dengan Islam. Seperti sila pertama yang menyebutkan bahwa seluruh masyarakat Indonesia wajib berkeTuhanan Yang Maha Esa.
Untuk menyampaikan pencerahan itu terangnya, dibutuhkan peran guru, tokoh agama dan tokoh masyarakat agar paham itu tidak berkembang dan tidak mempengaruhi masyarakat. “InsyaAllah sebagai upaya pencerahan, kita akan melaksanakan khutbah jumat secara serentak di seluruh Kota Bima,” pungkasnya. (KS-13)
Pernyataan itu disampaikan Ketua MUI Kota Bima, Drs HM Saleh Abubakar saat rapat koordinasi (rakor) bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) yang digelar di Aula Kantor Pemkot Bima, Rabu (13/8) pagi. Dalam rapat yang dimpimpin Walikota Bima itu, M Saleh memaparkan rekam jejak berdirinya ISIS dan bahaya penyebaran paham yang dibawa.
Diakuinya, ISIS pada awalnya terbentuk saat kelompok masyarakat memberontak terhadap rejim pemerintah di Irak, Libya, Mesir dan Suriah. Karenanya, ISIS sesungguhnya bukanlah memperjuangkan agama dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama. Salah satu paham ISIS yang tidak sesuai dengan ajaran Islam kata dia, yakni konsepsi mereka mengenai jihad dan khilafah. Dalam tafsir mereka, jihad diartikan secara sempit untuk menegakkan agama dengan materil dan kekerasan.
Padahal, Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk menghalalkan kekerasan. Begitupun penafsiran soal khilafah yang dipahami dengan mendirikan Negara Islam demi menjalankan syariat. “Syariat itu merupakan aturan agama yang memang harus dijalankan umat Islam dan itu tidak mesti membutuhkan khilalah seperti yang dipahami ISIS,” jelasnya.
Sementara ideologi pancasila yang dianut di Indonesia lanjutnya, tak satupun nilai-nilai yang terkandung didalamnya bertentangan dengan Islam. Seperti sila pertama yang menyebutkan bahwa seluruh masyarakat Indonesia wajib berkeTuhanan Yang Maha Esa.
Untuk menyampaikan pencerahan itu terangnya, dibutuhkan peran guru, tokoh agama dan tokoh masyarakat agar paham itu tidak berkembang dan tidak mempengaruhi masyarakat. “InsyaAllah sebagai upaya pencerahan, kita akan melaksanakan khutbah jumat secara serentak di seluruh Kota Bima,” pungkasnya. (KS-13)
COMMENTS