Meninggalnya Kapolsek Ambalawi, Iptu. A.Salam Sabtu lalu di Ncai Kapenta Kecamatan Ambalawi, masih menyisahkan duka mendalam institusi Kepolisian dan masyarakat
Meninggalnya Kapolsek Ambalawi, Iptu. A.Salam Sabtu lalu di Ncai Kapenta Kecamatan Ambalawi, masih menyisahkan duka mendalam institusi Kepolisian dan masyarakat, terutama keluarga besar yang ditinggalkan. Karenanya, keluarga besar almarhum meminta kepada Aparat Kepolisian agar mengungkap siapa sesungguhnya pelaku yang diduga menembak perwira Polisi tersebut.
Pernyataan itu disampaikan salah seorang anak korban, Brigadir, Joni Setiawan ketika ditemui wartawan di kediamanya Senin (18/08) siang kemarin. Katanya, penanganan kasus ini sepenuhnya diserahkan pada pihak Kepolisian. Namun, diisyaratkan jika yang dirasakan oleh keluarganya saat ini tidak seperti dirasakan oleh dirinya. Jauh dalam lubuk hati, dirinya tetap berharap kasus yang masih misterius ini segera terungkap. ”Perasaan kita seperti saat ini, tentu seperti yang lainnya. Bagaimana ditinggalkan oleh orang tua, gimana ditinggalkan oleh seorang bapak,”ungkapnya.
Ditempat yang sama, Istri korban Hafsah, S.Pd, mengaku sangat terkenang dengan sosok almarhum suami tercinta yang telah menemaninya selama berpuluhan tahun. Menurut Hafsah, korban merupakan sosok penyayang terhadap anak dan semua keluarga. Almarhum selalu berbagi, jika mendapat masalah. Disisi lain, almarhum juga kerap membuat keluarga bahagia dengan mengajak bercanda, bahkan tidak pernah membuat keluarga kecewa apalagi sedih.”Kalau sholat diganggu sama cucunya, almarhum tidak pernah marah,”ceritanya.
Candaan tersebut lanjutnya, kini menjadi kenangan tersendiri baginya. Meski demikian, Hafsah mengikhlaskan kepergian almarhum. Dia menganggap peristiwa tersebut, sebagai takdir yang harus dilewati. ”Saya yakin, dibalik keikhlasan akan ada hikmah dan jalan terbaik dibalik insiden tersebut, ”ujarnya.
Tidak hanya dalam keluarga, korban juga baik terhadap semua orang. Termasuk masyarakat yang ada di Kecamatan Ambalawi. Saat peristiwa itu terjadi, Hafsah sedikit terharu saat mendatangi Puskesmas, warga setempat keluar dan menangis khususnya ibu-ibu. Ia juga mengaku, sebelum kejadian dia memang tak mendapat firasat apa-apa. Hanya saja, saat hendak berangkat ke kantor pagi itu, dirinya sempat menyarankan suami untuk menggunakan mobil. Namun saat itu korban menolak dengan alasan tengah buru-buru karena harus hadir di kantor tepat waktu. ”Tumben hari itu, dia mau naik motor,”tuturnya.
Beberapa saat kemudian, dia mendapat telepon dari aggota Kepolisian jika almarhum mengalami kecelakaan. Saat itu juga, dia dan tiga orang anaknya berangkat ke Puskesmas Ambalawi untuk mememastikan keadaan almarhum. Sesampainya di rumah sakit, dia baru tahu jika suaminya telah meninggal. ”Melihat semua orang menangis, saya langsung bilang ke anak-anak untuk bersabar,”tuturnya.
Setelah memastikan kondisi almarhum, Hafsah mendapat simpati dari seluruh warga sekitar. Dalam kesempatan tersebut Hafsah sempat berkomunikasi dengan warga khususnya yang ibu-ibu untuk meminta maaf jika ada kesalahan yang dilakukan suaminya. ”Tangis simpati dari warga terus mengalir hingga jenazah dibawa ke RSUD Bima,”katanya.
Sementara itu ia mengaku, pada malam hari Kapolda NTB Brigjen Pol Drs. Moechgiyarto berkunjung ke rumah duka. Kapolda datang untuk bersilaturahmi sekaligus menguatkan keluarga. Saat bertemu keluarga, Kapolda juga sempat meminta keluarga tabah dan sabar serta menanyakan apa yang menjadi keinginan keluarga termasuk anak-anak jika ada yang ingin menjadi anggota Kepolisian. Namun dua anak almarhum menyatakan tak ingin masuk kepolisian.” Kapolda sempat nanya pada anak saya, cita-citanya apa. Apa mau masuk Polisi, pertanyaan Kapolda NTB itu saya hanya jawab. Anak saya yang terakhir ga mau masuk Polisi pak,” terangnya.(KS-05)
Pernyataan itu disampaikan salah seorang anak korban, Brigadir, Joni Setiawan ketika ditemui wartawan di kediamanya Senin (18/08) siang kemarin. Katanya, penanganan kasus ini sepenuhnya diserahkan pada pihak Kepolisian. Namun, diisyaratkan jika yang dirasakan oleh keluarganya saat ini tidak seperti dirasakan oleh dirinya. Jauh dalam lubuk hati, dirinya tetap berharap kasus yang masih misterius ini segera terungkap. ”Perasaan kita seperti saat ini, tentu seperti yang lainnya. Bagaimana ditinggalkan oleh orang tua, gimana ditinggalkan oleh seorang bapak,”ungkapnya.
Ditempat yang sama, Istri korban Hafsah, S.Pd, mengaku sangat terkenang dengan sosok almarhum suami tercinta yang telah menemaninya selama berpuluhan tahun. Menurut Hafsah, korban merupakan sosok penyayang terhadap anak dan semua keluarga. Almarhum selalu berbagi, jika mendapat masalah. Disisi lain, almarhum juga kerap membuat keluarga bahagia dengan mengajak bercanda, bahkan tidak pernah membuat keluarga kecewa apalagi sedih.”Kalau sholat diganggu sama cucunya, almarhum tidak pernah marah,”ceritanya.
Candaan tersebut lanjutnya, kini menjadi kenangan tersendiri baginya. Meski demikian, Hafsah mengikhlaskan kepergian almarhum. Dia menganggap peristiwa tersebut, sebagai takdir yang harus dilewati. ”Saya yakin, dibalik keikhlasan akan ada hikmah dan jalan terbaik dibalik insiden tersebut, ”ujarnya.
Tidak hanya dalam keluarga, korban juga baik terhadap semua orang. Termasuk masyarakat yang ada di Kecamatan Ambalawi. Saat peristiwa itu terjadi, Hafsah sedikit terharu saat mendatangi Puskesmas, warga setempat keluar dan menangis khususnya ibu-ibu. Ia juga mengaku, sebelum kejadian dia memang tak mendapat firasat apa-apa. Hanya saja, saat hendak berangkat ke kantor pagi itu, dirinya sempat menyarankan suami untuk menggunakan mobil. Namun saat itu korban menolak dengan alasan tengah buru-buru karena harus hadir di kantor tepat waktu. ”Tumben hari itu, dia mau naik motor,”tuturnya.
Beberapa saat kemudian, dia mendapat telepon dari aggota Kepolisian jika almarhum mengalami kecelakaan. Saat itu juga, dia dan tiga orang anaknya berangkat ke Puskesmas Ambalawi untuk mememastikan keadaan almarhum. Sesampainya di rumah sakit, dia baru tahu jika suaminya telah meninggal. ”Melihat semua orang menangis, saya langsung bilang ke anak-anak untuk bersabar,”tuturnya.
Setelah memastikan kondisi almarhum, Hafsah mendapat simpati dari seluruh warga sekitar. Dalam kesempatan tersebut Hafsah sempat berkomunikasi dengan warga khususnya yang ibu-ibu untuk meminta maaf jika ada kesalahan yang dilakukan suaminya. ”Tangis simpati dari warga terus mengalir hingga jenazah dibawa ke RSUD Bima,”katanya.
Sementara itu ia mengaku, pada malam hari Kapolda NTB Brigjen Pol Drs. Moechgiyarto berkunjung ke rumah duka. Kapolda datang untuk bersilaturahmi sekaligus menguatkan keluarga. Saat bertemu keluarga, Kapolda juga sempat meminta keluarga tabah dan sabar serta menanyakan apa yang menjadi keinginan keluarga termasuk anak-anak jika ada yang ingin menjadi anggota Kepolisian. Namun dua anak almarhum menyatakan tak ingin masuk kepolisian.” Kapolda sempat nanya pada anak saya, cita-citanya apa. Apa mau masuk Polisi, pertanyaan Kapolda NTB itu saya hanya jawab. Anak saya yang terakhir ga mau masuk Polisi pak,” terangnya.(KS-05)
COMMENTS