Pemkot Bima telah membangun dan menyediakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di wilayah pegunungan Kelurahan Kodo.
Pemkot Bima telah membangun dan menyediakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di wilayah pegunungan Kelurahan Kodo. Namun faktanya, sejumlah TPA siluman justeru bertebaran di sejumlah titik dan sudut wilayah Kota Bima.
Hasil pantauan Koran ini, titik TPA lain di wilayah Kota Bima ada di disepanjang pantai Ule, jalan menuju Pegunungan Bedi Kelurahan Monggonao, Jatiwangi, Santi, Jatibaru dan sejumlah titik lainnya. Sayangnya TPA yang ada itu, disamping bukan Tempat pembuangan sampah resmi yang telah ditentukan, juga menggangu tatanan keasrian dan kebersihan Kota Bima.
Akibat adanya tempat pembuangan sampah banyangan ini akibatnya fatal, tidak saja mengganggu estetika kota juga menimbulkan bau yang menyengat hingga menggangu aktifitas dan kenyamanan pengguna jalan. Seperti di Ule, selain menimbulkan bau, keberadaan TPA bayangan tersebut kini telah merusak kawasan teluk Bima. Sepanjang jalur pantau kerap dipenuhi oleh sampah plastik dari aktifitas pembuangan sampah tersebut.
Parahnya lagi, kawasan pantai yang saban hari menjadi jalur menuju lokasi wisata pantai Kolo seolah dibiarkan kotor, bau dan merusak pemandangan oleh Pemerintah, tidak ada upaya untuk menindak para pelaku yang kerap membuang sampah dilokasi tersebut. Kemudian dijalan lintas Gunung Dua lingkungan Bedi Kelurahan Waki persisnya jalan sebelah timur pegunungan tersebut ternyata kini menjadi tempat pembuangan sampah, bahkan jaraknya hanya 10 meter dari jalan Soerkarno Hatta. Bahkan tidak luput dibeberapa titik disepanjang jalan menuju lokasi TPA di kawasan pegunungan Kodo menjadi tempat pembuangan sampah.
Salah satu pengguna jalan, Anhar pada Koran ini, Kamis kemarin, mengaku kecewa dengan sikap Pemkot Bima yang membiarkan sampah berserakan di sejumlah titik Kota. Padahal katanya, disisi lain Pemkot selalu mengkapanyekan lingkungan bersih demi mendapatkan Adipura. Anhar berharap, oknum warga yang kerap membuang sampah pada tempat yang tidak ditentukan itu, bisa ditindak atau minimal ada pelarangan membuang sampah di tempat dimaksud.
Heriman Warga Kota Lainnya, justeru menyorot sampah yang berserakan di Ule. Sentilnya, bagaimana mau maju wisata di Bima jalannya aja penuh sampah busuk. “Jangan dilihat sampah dalam jumlah kecil, bagaimana kalau sudah menumpuk. Tentu akan berdampak bukan saja bau tetapi menimbulkan penyakit, “ujarnya.
Menanggapai sejumlah TPA bayangan itu, Kadis Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Bima, Drs M Nur MH diruang kerjanya, membenarkan banyak titik pembuangan yang tidak ditentukan ada di wilayah Kota Bima. Hanya saja titik pembuangan sampah disebutkan tersebut, bukan TPA yang telah ditentukan.
Diakui Kadis yang baru dilantik Jum’at lalu itu, keberadaan sampah berikut titik pembuangan yang tidak terkontrol tersebut, menjadi masalah bagi dinas yang dipimpinnya. Dalam waktu dekat, janjinya, semua titik sampah yang sembarang itu, akan ditertibkan. “Kami tengah mendata titiknya dulu, baru akan dicarikan solusi agar tidak ada lagi lokasi pembuangan yang bukan ditentukan,” akunya.
Keberadaan lokasi sampah bayangan tersebut, bukan saja kesalahan pihaknya, tetapi persoalan kesadaran masyarakat. Padahal pasukan kebersihan berikut berbagai armada sampah, sudah disediakan. Warga sendiri yang kurang sadar akan arti kebersihan. Untuk menertibkan dan memaksimalkan penataan sampah di Kota Bima, Dinasnya akan menyediakan sistem layanan vis SMS bagi warga yang merasa kesulitan membuang sampah. Dengan sistem tersebut, pihaknya dapat sesegera mungkin mendatangi warga. (KS-02)
Hasil pantauan Koran ini, titik TPA lain di wilayah Kota Bima ada di disepanjang pantai Ule, jalan menuju Pegunungan Bedi Kelurahan Monggonao, Jatiwangi, Santi, Jatibaru dan sejumlah titik lainnya. Sayangnya TPA yang ada itu, disamping bukan Tempat pembuangan sampah resmi yang telah ditentukan, juga menggangu tatanan keasrian dan kebersihan Kota Bima.
Akibat adanya tempat pembuangan sampah banyangan ini akibatnya fatal, tidak saja mengganggu estetika kota juga menimbulkan bau yang menyengat hingga menggangu aktifitas dan kenyamanan pengguna jalan. Seperti di Ule, selain menimbulkan bau, keberadaan TPA bayangan tersebut kini telah merusak kawasan teluk Bima. Sepanjang jalur pantau kerap dipenuhi oleh sampah plastik dari aktifitas pembuangan sampah tersebut.
Parahnya lagi, kawasan pantai yang saban hari menjadi jalur menuju lokasi wisata pantai Kolo seolah dibiarkan kotor, bau dan merusak pemandangan oleh Pemerintah, tidak ada upaya untuk menindak para pelaku yang kerap membuang sampah dilokasi tersebut. Kemudian dijalan lintas Gunung Dua lingkungan Bedi Kelurahan Waki persisnya jalan sebelah timur pegunungan tersebut ternyata kini menjadi tempat pembuangan sampah, bahkan jaraknya hanya 10 meter dari jalan Soerkarno Hatta. Bahkan tidak luput dibeberapa titik disepanjang jalan menuju lokasi TPA di kawasan pegunungan Kodo menjadi tempat pembuangan sampah.
Salah satu pengguna jalan, Anhar pada Koran ini, Kamis kemarin, mengaku kecewa dengan sikap Pemkot Bima yang membiarkan sampah berserakan di sejumlah titik Kota. Padahal katanya, disisi lain Pemkot selalu mengkapanyekan lingkungan bersih demi mendapatkan Adipura. Anhar berharap, oknum warga yang kerap membuang sampah pada tempat yang tidak ditentukan itu, bisa ditindak atau minimal ada pelarangan membuang sampah di tempat dimaksud.
Heriman Warga Kota Lainnya, justeru menyorot sampah yang berserakan di Ule. Sentilnya, bagaimana mau maju wisata di Bima jalannya aja penuh sampah busuk. “Jangan dilihat sampah dalam jumlah kecil, bagaimana kalau sudah menumpuk. Tentu akan berdampak bukan saja bau tetapi menimbulkan penyakit, “ujarnya.
Menanggapai sejumlah TPA bayangan itu, Kadis Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Bima, Drs M Nur MH diruang kerjanya, membenarkan banyak titik pembuangan yang tidak ditentukan ada di wilayah Kota Bima. Hanya saja titik pembuangan sampah disebutkan tersebut, bukan TPA yang telah ditentukan.
Diakui Kadis yang baru dilantik Jum’at lalu itu, keberadaan sampah berikut titik pembuangan yang tidak terkontrol tersebut, menjadi masalah bagi dinas yang dipimpinnya. Dalam waktu dekat, janjinya, semua titik sampah yang sembarang itu, akan ditertibkan. “Kami tengah mendata titiknya dulu, baru akan dicarikan solusi agar tidak ada lagi lokasi pembuangan yang bukan ditentukan,” akunya.
Keberadaan lokasi sampah bayangan tersebut, bukan saja kesalahan pihaknya, tetapi persoalan kesadaran masyarakat. Padahal pasukan kebersihan berikut berbagai armada sampah, sudah disediakan. Warga sendiri yang kurang sadar akan arti kebersihan. Untuk menertibkan dan memaksimalkan penataan sampah di Kota Bima, Dinasnya akan menyediakan sistem layanan vis SMS bagi warga yang merasa kesulitan membuang sampah. Dengan sistem tersebut, pihaknya dapat sesegera mungkin mendatangi warga. (KS-02)
COMMENTS