Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) menolak rencana Presiden terpilih, Joko Widodo menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) menolak rencana Presiden terpilih, Joko Widodo menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Penolakan terhadap rencana kenaikan harga BBM tersebut disalurkan mahasiswa melalui aksi demonstrasi di Perempatan Gunung Dua, Jalan Protokol Kota Bima, Senin (15/9) pagi.
Dalam aksinya, mahasiswa membawa berbagai tulisan berisi kecaman terhadap kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat itu. Mahasiswa juga membagikan selebaran kepada pengguna jalan dan mengajak untuk mendukung penolakan tersebut.
Koordinator aksi, Agam dalam orasinya menuding Presiden terpilih, Joko Widodo telah menghianati rakyat. Alasan untuk menaikkan harga BBM sebagai upaya membenahi tata kelola negara menjadi lebih efisien dianggap hanya kamuflase dan membodohi rakyat.
Menurut Agam, dampak kebijakan untuk menaikkan harga BBM tersebut akan sangat dirasakan rakyat kecil. Pasalnya, semua harga kebutuhan pokok termasuk pendidikan akan ikut naik. “Kebijakan pencabutan berbagai subsudi rakyat sebagai solusi menurunnya ekonomi mikro dan makro serta pembengkakan APBN hanyalah alasan klise dan kamuflase. Kami menolak dengan tegas bila harga BBM dinaikkan,” tandas Agam.
Selain menolak rencana kenaikan harga BBM, mahasiswa juga menolak rencana kehadiran Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), menolak kapitalisasi pendidikan, menolak politik upah murah dan privatisasi BUMN. Mereka menawarkan solusi untuk melaksanakan reformasi agrarian sejati, nasionalisasi aset-aset fital di bawah kontrol rakyat dan membangun industrialisasi di bawah kontrol rakyat. (KS-13)
Dalam aksinya, mahasiswa membawa berbagai tulisan berisi kecaman terhadap kebijakan yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat itu. Mahasiswa juga membagikan selebaran kepada pengguna jalan dan mengajak untuk mendukung penolakan tersebut.
Koordinator aksi, Agam dalam orasinya menuding Presiden terpilih, Joko Widodo telah menghianati rakyat. Alasan untuk menaikkan harga BBM sebagai upaya membenahi tata kelola negara menjadi lebih efisien dianggap hanya kamuflase dan membodohi rakyat.
Menurut Agam, dampak kebijakan untuk menaikkan harga BBM tersebut akan sangat dirasakan rakyat kecil. Pasalnya, semua harga kebutuhan pokok termasuk pendidikan akan ikut naik. “Kebijakan pencabutan berbagai subsudi rakyat sebagai solusi menurunnya ekonomi mikro dan makro serta pembengkakan APBN hanyalah alasan klise dan kamuflase. Kami menolak dengan tegas bila harga BBM dinaikkan,” tandas Agam.
Selain menolak rencana kenaikan harga BBM, mahasiswa juga menolak rencana kehadiran Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), menolak kapitalisasi pendidikan, menolak politik upah murah dan privatisasi BUMN. Mereka menawarkan solusi untuk melaksanakan reformasi agrarian sejati, nasionalisasi aset-aset fital di bawah kontrol rakyat dan membangun industrialisasi di bawah kontrol rakyat. (KS-13)
COMMENTS