Walikota Bima, HM. Qurais H. Abidin berkomentar sinis saat ditanya wartawan seputar persoalan marmer.
Walikota Bima, HM. Qurais H. Abidin berkomentar sinis saat ditanya wartawan seputar persoalan marmer. Terutama soal berhentinya aktivitas tambang marmer sejak tiga bulan terakhir. Menurutnya, investor marmer sedikit terusik oleh pihak tertentu sehingga memutuskan untuk menutup aktvitas untuk sementara ini.
“Mereka itu mencari batu, batunya belum dapat sudah bertahun-tahun tetapi dalam perjalanannya orang itu kadang-kadang diganggu,” kata Walikota saat diwawancara disela kegiatan gotong royong bersama di Amahami, Jum’at (29/8) pagi.
Namun ketika ditanya siapa yang mengganggu itu, Walikota enggan membeberkan. Dia hanya mengisyaratkan bahwa penggangu itu merupakan pihak yang mengambil manfaat dari tambang marmer. “Siapa yang senang ketika sedang sakit atau rugi, terus diganggu, sehebat apa manusia itu. Dia belum menghasilkan apa-apa, trus setiap hari beli solar, gaji orang, jalankan alat berat harus operasi cari batu, tetapi batunya nggak dapat,” ungkap Qurais sambil mencak-mencak.
Seharusnya kata dia, manfaat itu baru bisa diambil setelah orang itu berjaya. Bukan sebaliknya, ketika orang sedang berusaha dan mulai membangun. Ibaratnya ujar dia, saat kita sedang berlari kemudian dimintai uang oleh orang lain, tentu akan kesal menghadapinya. “Siapa yang mau kasih uang kalau orang nggak untung. Mau suruh orang itu maling ?,” tanya Qurais.
Apalagi lanjutnya, investor sudah mengeluarkan puluhan miliar untuk memperjuangkan marmer di Kota Bima. Bahkan, sebelum kerja saja investor sudah diminta menyimpan uang Rp. 500 juta sebagai jaminan keseriuasan. “Mereka sudah membeli tanah untuk masyarakat, gantil rugi, rumah-rumah juga ikut dibiayai hingga miliaran,” tuturnya.
Apakah investor marmer itu tetap ingin melanjutkan atau tidak, Qurais tak bisa memastikannya. Hal itu katanya, tergantung dari do’a kita agar investor tetap mau melanjutkan. Namun kalau memang ditinggalkan untuk selamanya, berarti dinilainya belum ada rahmat Tuhan.
“Tuhan menguji kita lagi. Bayangan saya kan tinggi sekali, kalau nggak ada marmer disana jalan-jalan nggak bisa kita hotmiks karena hanya itu alasannya,” tegasnya.
Ditanya terkait tidak diindahkannya dua kali panggilan DPRD untuk meminta penjelasan tentang berbagai persoalan marmer, Qurais bertanya balik kepada wartawan dimana surat itu dan diberikan kepada siapa. “Mana ada suratnya, dikasi siapa, jangan ngarang ente,” katanya.
Saat disampaikan bahwa itu keterangan Pimpinan DPRD Kota Bima, Feri Sofyan, Ia pun menyarankan menanyakan lagi kepada yang bersangkutan apakah pemanggilan itu ditujukan kepada Walikota atau SKPD terkait. “Kalau suratnya ke dinas Pertambangan, DPR punya hak penuh untuk memanggil dalam rangka meminta penjelasan sebagai fungsi kontrol mereka,” pungkasnya. (KS-13)
“Mereka itu mencari batu, batunya belum dapat sudah bertahun-tahun tetapi dalam perjalanannya orang itu kadang-kadang diganggu,” kata Walikota saat diwawancara disela kegiatan gotong royong bersama di Amahami, Jum’at (29/8) pagi.
Namun ketika ditanya siapa yang mengganggu itu, Walikota enggan membeberkan. Dia hanya mengisyaratkan bahwa penggangu itu merupakan pihak yang mengambil manfaat dari tambang marmer. “Siapa yang senang ketika sedang sakit atau rugi, terus diganggu, sehebat apa manusia itu. Dia belum menghasilkan apa-apa, trus setiap hari beli solar, gaji orang, jalankan alat berat harus operasi cari batu, tetapi batunya nggak dapat,” ungkap Qurais sambil mencak-mencak.
Seharusnya kata dia, manfaat itu baru bisa diambil setelah orang itu berjaya. Bukan sebaliknya, ketika orang sedang berusaha dan mulai membangun. Ibaratnya ujar dia, saat kita sedang berlari kemudian dimintai uang oleh orang lain, tentu akan kesal menghadapinya. “Siapa yang mau kasih uang kalau orang nggak untung. Mau suruh orang itu maling ?,” tanya Qurais.
Apalagi lanjutnya, investor sudah mengeluarkan puluhan miliar untuk memperjuangkan marmer di Kota Bima. Bahkan, sebelum kerja saja investor sudah diminta menyimpan uang Rp. 500 juta sebagai jaminan keseriuasan. “Mereka sudah membeli tanah untuk masyarakat, gantil rugi, rumah-rumah juga ikut dibiayai hingga miliaran,” tuturnya.
Apakah investor marmer itu tetap ingin melanjutkan atau tidak, Qurais tak bisa memastikannya. Hal itu katanya, tergantung dari do’a kita agar investor tetap mau melanjutkan. Namun kalau memang ditinggalkan untuk selamanya, berarti dinilainya belum ada rahmat Tuhan.
“Tuhan menguji kita lagi. Bayangan saya kan tinggi sekali, kalau nggak ada marmer disana jalan-jalan nggak bisa kita hotmiks karena hanya itu alasannya,” tegasnya.
Ditanya terkait tidak diindahkannya dua kali panggilan DPRD untuk meminta penjelasan tentang berbagai persoalan marmer, Qurais bertanya balik kepada wartawan dimana surat itu dan diberikan kepada siapa. “Mana ada suratnya, dikasi siapa, jangan ngarang ente,” katanya.
Saat disampaikan bahwa itu keterangan Pimpinan DPRD Kota Bima, Feri Sofyan, Ia pun menyarankan menanyakan lagi kepada yang bersangkutan apakah pemanggilan itu ditujukan kepada Walikota atau SKPD terkait. “Kalau suratnya ke dinas Pertambangan, DPR punya hak penuh untuk memanggil dalam rangka meminta penjelasan sebagai fungsi kontrol mereka,” pungkasnya. (KS-13)
COMMENTS