Wilayah Bonto, Kelurahan Kolo dan Kelurahan Sarae ditetapkanY Consultan Belanda sebagai Pilot Projek. Untuk daerah Bonto rencananya akan dijadikan lokasi percontohan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
Wilayah Bonto, Kelurahan Kolo dan Kelurahan Sarae ditetapkanY Consultan Belanda sebagai Pilot Projek. Untuk daerah Bonto rencananya akan dijadikan lokasi percontohan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Sedangkan untuk wilayah Kelurahan Sarae, ditetapkan sebagai daerah pengolahan sampah. Penetapan itu sesuai Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Kota Bima dengan Kerajaan Belanda yang diwakili Y Consultan beberapa waktu lalu.
Kepala BAPPEDA Kota Bima, Ir. Hj. Siti Zaenab membenarkan bahwa dua daerah tersebut dijadikan pilot projek program pengolahan sanitasi berbasis masyarakat. Bahkan, program tersebut akan dilaksanakan akhir September mendatang.“Mereka sudah menetapkan dua lokasi tersebut sebagai Pilot Projek,” ujarnya, Selasa (16/9) kemarin seusai pembukaan FGD di SMKN 3 Kota Bima.
Diungkapkannya, untuk melaksanakan pilot projek terbut Y Consultan Belanda sudah berkoordinasi dengan warga. Bahkan, mereka juga gencar melakukan sosialisasi kepada warga setempat.Untuk melaksanakan Pilot Projek projek ini tentunya memakan biaya yang cukup besar. Tapi persoalan tersebut tidak perlu dikuatirkan, karena semua anggaran ditanggung oleh Kerajaan Belanda melalui Y Consultan Belanda. “Kita hanya mengawasi saja, semua mereka yang mengerjakan bersama warga setempat,” kata Umi Jainab.
Menyinggung sistem IPAL dan pengolahan sampah yang akan diterapkan. Zaenab menjelaskan, IPAL merupakan sistem pengolahan limbah berupa air dan kotoran masusia secara terpusat. Itu dengan menyalurkan menggunakan pipa ketempat penampungan.Kemudian limbah air yang dihasilkan akan diolah menjadi air bersih. Sedankan limbah lainnya akan diolah menjadi pupuk yang dipergunakan warga dalam bercocok tanam.
Sedangkan pengolahan sampah terpadu, dimana sampah-sampah warga akan dikumpulkan menjadi satu, kemudian diolah. Akan tetapi sebelum dikumpulkan warga harus memisahkan, sampah-sampah sesui jenisnya. Misalnya sampah organic dan non organic. “Pengolahan sampah ini nantinya akan melibatkan warga setempat,” tandasnya. (KS-13)
Kepala BAPPEDA Kota Bima, Ir. Hj. Siti Zaenab membenarkan bahwa dua daerah tersebut dijadikan pilot projek program pengolahan sanitasi berbasis masyarakat. Bahkan, program tersebut akan dilaksanakan akhir September mendatang.“Mereka sudah menetapkan dua lokasi tersebut sebagai Pilot Projek,” ujarnya, Selasa (16/9) kemarin seusai pembukaan FGD di SMKN 3 Kota Bima.
Diungkapkannya, untuk melaksanakan pilot projek terbut Y Consultan Belanda sudah berkoordinasi dengan warga. Bahkan, mereka juga gencar melakukan sosialisasi kepada warga setempat.Untuk melaksanakan Pilot Projek projek ini tentunya memakan biaya yang cukup besar. Tapi persoalan tersebut tidak perlu dikuatirkan, karena semua anggaran ditanggung oleh Kerajaan Belanda melalui Y Consultan Belanda. “Kita hanya mengawasi saja, semua mereka yang mengerjakan bersama warga setempat,” kata Umi Jainab.
Menyinggung sistem IPAL dan pengolahan sampah yang akan diterapkan. Zaenab menjelaskan, IPAL merupakan sistem pengolahan limbah berupa air dan kotoran masusia secara terpusat. Itu dengan menyalurkan menggunakan pipa ketempat penampungan.Kemudian limbah air yang dihasilkan akan diolah menjadi air bersih. Sedankan limbah lainnya akan diolah menjadi pupuk yang dipergunakan warga dalam bercocok tanam.
Sedangkan pengolahan sampah terpadu, dimana sampah-sampah warga akan dikumpulkan menjadi satu, kemudian diolah. Akan tetapi sebelum dikumpulkan warga harus memisahkan, sampah-sampah sesui jenisnya. Misalnya sampah organic dan non organic. “Pengolahan sampah ini nantinya akan melibatkan warga setempat,” tandasnya. (KS-13)
COMMENTS