Musim kemarau tahun ini tidak saja berdampak pada manusia. Namun hewan ternak warga juga ikut merasakan dampak kekeringan
Musim kemarau tahun ini tidak saja berdampak pada manusia. Namun hewan ternak warga juga ikut merasakan dampak kekeringan. Seperti terjadi di Desa Sori Tatanga Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu. Akibat kekeringan sejak musim kemarau, sudah ratusan hewan ternak yang dilepas warga mati. Bahkan dalam sehari bisa mencapai lima ekor.
Meski di desa setempat berdiri Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali Instalasi Dompu Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, tetapi tidak mampu berbuat banyak. “Dalam sehari, jumlah hewan mati tiga ekor, bahkan mencapai lima ekor. Kami pun setiap hari selalu mendapatkan laporan hewan mati dari masyarakat,” ujar Sukardin, pegawai setempat, kemarin.
Dia mengungkapkan, jumlah hewan seperti Kerbau, Sapi dan Kuda di Kecamatan setempat sekitar 200 ribu ekor. Namun populasinya kini sudah mulai berkurang. “Sejak kemarau tahun ini, yang sudah mati mencapai ratusan ekor,” sebutnya.
Sementara hewan milik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sekitar 70 ekor. Namun jumlah itu sudah mulai berkurang, mati karena mengalami kekeringan. “Kami juga kesulitan mendapatkan air. Selama ini, kita memberi minum dari air sungai yang sudah mulai mengering. Namun itu tidak mampu mencukupi kebutuhan hewan,” jelasnya.
Pihaknya pun berharap, Pemerintah bisa membantu mengantisipasi masalah ini secepatnya. Minimal memberikan bantuan bor air. Bantuan itu tidak hanya untuk hewan yang diternak oleh mereka, tapi juga untuk hewan milik masyarakat setempat yang berkeliaran di lahan tandus. Selain itu, Pemerintah juga membantu makanan ternak, seperti rumput gajah dan dedauan lain.
Bila kondisi itu tidak segera ditangani Pemerintah Daerah Ratusan lanjutnya, ratusan hewan ternak yang tersisa di desa setempat juga terancam mati. Masalahnya, hewan tidak hanya kesulitan mendapatkan air, rumput dan makanan yang biasa dimakan pun sulit ditemukan. Batang kayu, pun menjadi pilihan untuk dimakan.
Bahkan berdasarkan pantauan wartawan, hampir semua lahan kering kerontang dan menjadi pemandangan disepanjang jalan Kecamatan setempat. Pohon dan tumbuhan hanya tinggal batang dan ranting kering. Disekitarnya juga terlihat beberapa ekor kerbau yang terkapar mati, beraroma tidak sedap dan sudah dipenuhi cacing. Ditempat lain juga demikian, kerbau mati karena dampak kekeringan panjang. (KS-13)
Meski di desa setempat berdiri Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali Instalasi Dompu Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, tetapi tidak mampu berbuat banyak. “Dalam sehari, jumlah hewan mati tiga ekor, bahkan mencapai lima ekor. Kami pun setiap hari selalu mendapatkan laporan hewan mati dari masyarakat,” ujar Sukardin, pegawai setempat, kemarin.
Dia mengungkapkan, jumlah hewan seperti Kerbau, Sapi dan Kuda di Kecamatan setempat sekitar 200 ribu ekor. Namun populasinya kini sudah mulai berkurang. “Sejak kemarau tahun ini, yang sudah mati mencapai ratusan ekor,” sebutnya.
Sementara hewan milik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sekitar 70 ekor. Namun jumlah itu sudah mulai berkurang, mati karena mengalami kekeringan. “Kami juga kesulitan mendapatkan air. Selama ini, kita memberi minum dari air sungai yang sudah mulai mengering. Namun itu tidak mampu mencukupi kebutuhan hewan,” jelasnya.
Pihaknya pun berharap, Pemerintah bisa membantu mengantisipasi masalah ini secepatnya. Minimal memberikan bantuan bor air. Bantuan itu tidak hanya untuk hewan yang diternak oleh mereka, tapi juga untuk hewan milik masyarakat setempat yang berkeliaran di lahan tandus. Selain itu, Pemerintah juga membantu makanan ternak, seperti rumput gajah dan dedauan lain.
Bila kondisi itu tidak segera ditangani Pemerintah Daerah Ratusan lanjutnya, ratusan hewan ternak yang tersisa di desa setempat juga terancam mati. Masalahnya, hewan tidak hanya kesulitan mendapatkan air, rumput dan makanan yang biasa dimakan pun sulit ditemukan. Batang kayu, pun menjadi pilihan untuk dimakan.
Bahkan berdasarkan pantauan wartawan, hampir semua lahan kering kerontang dan menjadi pemandangan disepanjang jalan Kecamatan setempat. Pohon dan tumbuhan hanya tinggal batang dan ranting kering. Disekitarnya juga terlihat beberapa ekor kerbau yang terkapar mati, beraroma tidak sedap dan sudah dipenuhi cacing. Ditempat lain juga demikian, kerbau mati karena dampak kekeringan panjang. (KS-13)
COMMENTS