Kapolda NTB, Brigadir Jendral Polisi Drs. Srijono, M. Si menggelar silaturrahmi wisata Nurani di Bima.
Kapolda NTB, Brigadir Jendral Polisi Drs. Srijono, M. Si menggelar silaturrahmi wisata Nurani di Bima. Acara terbuka tersebut digelar di convention Hall (paruga Na’e) Kota Bima Senin (29/9). Selain silaturrahmi acara dirangkaikan dengan kunjungan kerja untuk membangun pendekatan secara personal dan institusi dengan anggota Kepolisian dan masyarakat di Kota dan Kabupaten Bima.
Acara yang diikuti Anggota Polres Bima Kota dan Kabupaten Bima, Wakil Walikota Bima, H. Arahman H. Abidin, SE, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Pemuda, Jurnalis, LSM dan OKP tersebut berjalan dengan hikmad. Kapolda langsung memandu acara dan menyampaikan beberapa materi berkenaan langsung dengan kondisi pendidikan dan sosial, budaya maupun berkaitan dengan anggota Kepolisian dan masyarakat Kota dan Kabupaten Bima.
Menariknya, dalam memaparkan materi itu Kapolda bergaya ala Mario Teguh. Hal itu membuat nuansa acara terlihat berbeda. Sebab sesekali suasana canda dan tawa terdengar memecah keheningan ruang gedung Convention Hall. ”Mari kita sungguh-sungguh membangun Negara ini mulai dari diri sendiri,” ajaknya.
Pria kelahiran 4 April 1958 itu mengaku, pernah bertugas di Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat, termasuk pernah menjabat sebagai wakil Gubernur Angkatan Kepolisian. Ia juga menjadi inisiator Neuro Assosiative Conditioning (NAC) Sistem. ”NAC Sistem adalah, pendekatan revolusioner dalam pengembangan diri dan komunikasi umat manusia sehingga mengbah caraberfikir, memberikan kemudahan dalam memodifikasi pola pikir dan perilaku sesuai harapan,” ujarnya.
Menurutnya, teknologi ini awalnya dirancang oleh ahli matematika computer programming, Dr. Ricard Bandler bersama seorang Professor Linguistik, Dr. Jhon Grinder di University of California Santa Cruz sekitar pertengahan tahun 1970. Lalu berkembang ditangan Anthony Robin di Indonesia. ”Sistem ini telah dilaksanakan mulai dari dirinya menjadi Kapolda NTB. Karena, ini adalah program yang mampu merubah cara pikir untuk mengarah kearah yang lebih baik,” jelasnya.
Selain berbicara NAC, Srijono juga mengritisi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Indeks khusus sumber daya manusia (SDM) sangat rendah, karakter mulia jajaran pemerintah, deografimoral anak bangsa. Apalagi generasi bangsa yang tersanndung narkoba, dan jajaran pemerintah yang korup. ”Ini yang membuat karakter kita tidak terbentuk,” sorotnya.
Penyebab dari semua itu katanya, tidak terbentuknya karakter yang mandiri dan berkualitas. Selalu instan dalam menggapai sesuatu dan kurangnya percaya diri sebagai anak bangsa membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk. ”Jika saja, kita sudah terbentuk karakter sebagai, penyayang, cinta antar sesama, peduli antar sesama, tidak mudah terprofokasi dengan hal hal yang meremehkan orang lain. Maka konflik tidak akan terjadi. ”Mari kita bentuk karakater pribadi kita, agar bangsa ini akan berkembang lebih baik kedepannya,” sarannya.
Selain itu, ia juga mengkritisi soal mudahnya masuk anggota Kepolisian hanya dengan banyak uang. Termasuk PNS dengan uang dan transasksi kejahatan lainnya, hal itu terjadi karena kurangnya pendidikan karakter di sekolah. ”Jika saja dari dini kita sudah terbentuk karakter yang baik di dunia pendidikan, maka kita akan sadar untuk tidak melakukan atau berkeiginan instans dalam menggapai segala hal. Mari kita belajar untuk disiplin, dan hindari rasa salah paham, dan bentuklah karakter mulai dini,” ajaknya. (KS-05)
Acara yang diikuti Anggota Polres Bima Kota dan Kabupaten Bima, Wakil Walikota Bima, H. Arahman H. Abidin, SE, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Pemuda, Jurnalis, LSM dan OKP tersebut berjalan dengan hikmad. Kapolda langsung memandu acara dan menyampaikan beberapa materi berkenaan langsung dengan kondisi pendidikan dan sosial, budaya maupun berkaitan dengan anggota Kepolisian dan masyarakat Kota dan Kabupaten Bima.
Menariknya, dalam memaparkan materi itu Kapolda bergaya ala Mario Teguh. Hal itu membuat nuansa acara terlihat berbeda. Sebab sesekali suasana canda dan tawa terdengar memecah keheningan ruang gedung Convention Hall. ”Mari kita sungguh-sungguh membangun Negara ini mulai dari diri sendiri,” ajaknya.
Pria kelahiran 4 April 1958 itu mengaku, pernah bertugas di Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat, termasuk pernah menjabat sebagai wakil Gubernur Angkatan Kepolisian. Ia juga menjadi inisiator Neuro Assosiative Conditioning (NAC) Sistem. ”NAC Sistem adalah, pendekatan revolusioner dalam pengembangan diri dan komunikasi umat manusia sehingga mengbah caraberfikir, memberikan kemudahan dalam memodifikasi pola pikir dan perilaku sesuai harapan,” ujarnya.
Menurutnya, teknologi ini awalnya dirancang oleh ahli matematika computer programming, Dr. Ricard Bandler bersama seorang Professor Linguistik, Dr. Jhon Grinder di University of California Santa Cruz sekitar pertengahan tahun 1970. Lalu berkembang ditangan Anthony Robin di Indonesia. ”Sistem ini telah dilaksanakan mulai dari dirinya menjadi Kapolda NTB. Karena, ini adalah program yang mampu merubah cara pikir untuk mengarah kearah yang lebih baik,” jelasnya.
Selain berbicara NAC, Srijono juga mengritisi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Indeks khusus sumber daya manusia (SDM) sangat rendah, karakter mulia jajaran pemerintah, deografimoral anak bangsa. Apalagi generasi bangsa yang tersanndung narkoba, dan jajaran pemerintah yang korup. ”Ini yang membuat karakter kita tidak terbentuk,” sorotnya.
Penyebab dari semua itu katanya, tidak terbentuknya karakter yang mandiri dan berkualitas. Selalu instan dalam menggapai sesuatu dan kurangnya percaya diri sebagai anak bangsa membuat bangsa Indonesia semakin terpuruk. ”Jika saja, kita sudah terbentuk karakter sebagai, penyayang, cinta antar sesama, peduli antar sesama, tidak mudah terprofokasi dengan hal hal yang meremehkan orang lain. Maka konflik tidak akan terjadi. ”Mari kita bentuk karakater pribadi kita, agar bangsa ini akan berkembang lebih baik kedepannya,” sarannya.
Selain itu, ia juga mengkritisi soal mudahnya masuk anggota Kepolisian hanya dengan banyak uang. Termasuk PNS dengan uang dan transasksi kejahatan lainnya, hal itu terjadi karena kurangnya pendidikan karakter di sekolah. ”Jika saja dari dini kita sudah terbentuk karakter yang baik di dunia pendidikan, maka kita akan sadar untuk tidak melakukan atau berkeiginan instans dalam menggapai segala hal. Mari kita belajar untuk disiplin, dan hindari rasa salah paham, dan bentuklah karakter mulai dini,” ajaknya. (KS-05)
COMMENTS