Rapat Kerja Daerah (Rakerda) XII Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang digelar di Hotel La Illa
Rapat Kerja Daerah (Rakerda) XII Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang digelar di Hotel La Illa, Sabtu (25/5) berakhir ricuh. Sejumlah massa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan (HIMMA) Cabang Bima berusaha untuk membubarkan Rakerda yang digelar.
Mereka menolak pelaksanaan agenda itu karena menuding Ketua KNPI Kabupaten Bima terindikasi terlibat dalam kasus dugaan korupsi pengadaan Sampan Fiberglass bernilai miliaran rupiah. Massa aksi mendesak Ketua KNPI, Ferdiansyah Fajar Islam mundur dari jabatannya agar tidak menciderai organisasi. Aksi dimulai sekitar pukul 10.15 WITA. Saat Rakerda hendak dibuka oleh Sekda Kabupaten Bima, massa datang dan berorasi.
Aksi itu mendapat perlawanan dari panitia kegiatan. Saat coba dibubarkan, aksi saling dorong pun tak bisa dihindari. Bahkan massa dan peserta Rakerda, terlibat saling adu jotos. Akibat kericuhan, pintu ruangan rapat rusak. Peserta Rakerda yang ada didalam ruangan rapat akhirnya keluar berhamburan.
Undangan seperti, Sekda, Kepala Bank NTB, Kepala Syahbandar, Ketua KPU Kabupaten Bima langsung mengamankan diri didepan hotel dan memilih untuk pulang. Setelah itu, panitia Rakerda menunda rapat hingga waktu yang tidak ditentukan. Walaupun sudah di skor, peserta aksi tidak ingin pulang sebelum semua peserta Rakerda juga ikut pulang. Mereka menganggap skorsing itu hanya akal – akalan panitia semata.
Salah seorang anggota HIMMA, Sidik beralasan, karena Ferdiansyah dinilai tengah tersangkut proses hukum, terkait dugaan korupsi pengadaan Fiberglass. “Ketua KNPI harus turun dair jabatannya. Kami selaku pemuda tidka mau dipimpin oleh orang yang tersangkut kasus hukum,” tegasnya di Hotel La Illa Kota Bima.
Disamping itu, ia juga meminta agar yang bersangkutan fokus pada proses hukum yang dihadapi saat ini. Karena, program selama ini tidak berjalan karena proses hukum itu. “Masalah ini tidak bisa ditutup tutupi, masyarakat sudah tahu semuanya,” ungkapnya.
Menurut dia, masalah ini tidak bisa dibiarkan. KNPI akan tambah hancur jika dipimpin oleh Ketua yang bermasalah. “Semua pengurus harus melihat dan menganalisa dengan baik tentang keberadaan ketua KNPI Kabupaten Bima, jangan mau dikibulin oleh orang yang tersangkut kasus,” sorotnya.
Perwakilan massa aksi lainnya, Berry, meminta agar Ketua KNPI turun dari jabatannya. Dia meminta Rakerda dibubarkan dan diadakan Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub). Permintaan itu disampaikan karena menilai Rakerda sudah keluar dari AD- ART KNPI Kabupaten Bima. “Rakerda ini tidak jelas. Bubarkan saja,” pintanya.
Tuntutan lain yang disampaikan, bila Rakerda tetap dilanjutkan, maka mereka tidak segan segan untuk melakukan tindakan anarkis. Massa juga menyorot transparansi penggunaan anggaran KNPI Kabupaten Bima. selama ini, tidaka da program yang jelas telah dijalankan. “Apa kontribusi KNPI selama ini. Kerjaannya hanya menghabiskan anggaran,” sorotnya.
Sementara itu, Ketua KNPI Kabupaten Bima, Ferdiansyah Fajar Islam mengaku semua persoalan yang disorot massa aksi akan diselesaikan oleh pengurus. “Kita akan ikuti semua prosedur,” jawabnya.
Kata dia, tidak ada masalah di organisasi KNPI yang ditutup-tutupi. Permintaan HIMMAH akan didiskusikan dengan pengurus. “Organisasi ini punya aturan yang jelas, biar organisasi yang akan memutuskannya,” tandas adik kandung Mantan Bupati Bima, Almarhum Ferry Zulkarnain ini.
Mengenai anggaran, kata dia, semua akan dipertanggungjawabkan dan akan akan dilaporkan. “Itu tidak ada masalah. Nanti akan kita laporkan semua,” jawabnya dan menambahkan, pihaknya hanya ingin kita bekerja untuk memajukan KNPI agar lebih baik. (KS-05)
Mereka menolak pelaksanaan agenda itu karena menuding Ketua KNPI Kabupaten Bima terindikasi terlibat dalam kasus dugaan korupsi pengadaan Sampan Fiberglass bernilai miliaran rupiah. Massa aksi mendesak Ketua KNPI, Ferdiansyah Fajar Islam mundur dari jabatannya agar tidak menciderai organisasi. Aksi dimulai sekitar pukul 10.15 WITA. Saat Rakerda hendak dibuka oleh Sekda Kabupaten Bima, massa datang dan berorasi.
Aksi itu mendapat perlawanan dari panitia kegiatan. Saat coba dibubarkan, aksi saling dorong pun tak bisa dihindari. Bahkan massa dan peserta Rakerda, terlibat saling adu jotos. Akibat kericuhan, pintu ruangan rapat rusak. Peserta Rakerda yang ada didalam ruangan rapat akhirnya keluar berhamburan.
Undangan seperti, Sekda, Kepala Bank NTB, Kepala Syahbandar, Ketua KPU Kabupaten Bima langsung mengamankan diri didepan hotel dan memilih untuk pulang. Setelah itu, panitia Rakerda menunda rapat hingga waktu yang tidak ditentukan. Walaupun sudah di skor, peserta aksi tidak ingin pulang sebelum semua peserta Rakerda juga ikut pulang. Mereka menganggap skorsing itu hanya akal – akalan panitia semata.
Salah seorang anggota HIMMA, Sidik beralasan, karena Ferdiansyah dinilai tengah tersangkut proses hukum, terkait dugaan korupsi pengadaan Fiberglass. “Ketua KNPI harus turun dair jabatannya. Kami selaku pemuda tidka mau dipimpin oleh orang yang tersangkut kasus hukum,” tegasnya di Hotel La Illa Kota Bima.
Disamping itu, ia juga meminta agar yang bersangkutan fokus pada proses hukum yang dihadapi saat ini. Karena, program selama ini tidak berjalan karena proses hukum itu. “Masalah ini tidak bisa ditutup tutupi, masyarakat sudah tahu semuanya,” ungkapnya.
Menurut dia, masalah ini tidak bisa dibiarkan. KNPI akan tambah hancur jika dipimpin oleh Ketua yang bermasalah. “Semua pengurus harus melihat dan menganalisa dengan baik tentang keberadaan ketua KNPI Kabupaten Bima, jangan mau dikibulin oleh orang yang tersangkut kasus,” sorotnya.
Perwakilan massa aksi lainnya, Berry, meminta agar Ketua KNPI turun dari jabatannya. Dia meminta Rakerda dibubarkan dan diadakan Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub). Permintaan itu disampaikan karena menilai Rakerda sudah keluar dari AD- ART KNPI Kabupaten Bima. “Rakerda ini tidak jelas. Bubarkan saja,” pintanya.
Tuntutan lain yang disampaikan, bila Rakerda tetap dilanjutkan, maka mereka tidak segan segan untuk melakukan tindakan anarkis. Massa juga menyorot transparansi penggunaan anggaran KNPI Kabupaten Bima. selama ini, tidaka da program yang jelas telah dijalankan. “Apa kontribusi KNPI selama ini. Kerjaannya hanya menghabiskan anggaran,” sorotnya.
Sementara itu, Ketua KNPI Kabupaten Bima, Ferdiansyah Fajar Islam mengaku semua persoalan yang disorot massa aksi akan diselesaikan oleh pengurus. “Kita akan ikuti semua prosedur,” jawabnya.
Kata dia, tidak ada masalah di organisasi KNPI yang ditutup-tutupi. Permintaan HIMMAH akan didiskusikan dengan pengurus. “Organisasi ini punya aturan yang jelas, biar organisasi yang akan memutuskannya,” tandas adik kandung Mantan Bupati Bima, Almarhum Ferry Zulkarnain ini.
Mengenai anggaran, kata dia, semua akan dipertanggungjawabkan dan akan akan dilaporkan. “Itu tidak ada masalah. Nanti akan kita laporkan semua,” jawabnya dan menambahkan, pihaknya hanya ingin kita bekerja untuk memajukan KNPI agar lebih baik. (KS-05)
COMMENTS