Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dua hari lalu menggelar pendidikan dan latihan (diklat) kepada Tim Penanggulangan Bencana yakni TRC, Tagana, Tim SAR dan tim Pemadam Kebakaran
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dua hari lalu menggelar pendidikan dan latihan (diklat) kepada Tim Penanggulangan Bencana yakni TRC, Tagana, Tim SAR dan tim Pemadam Kebakaran. Acara ini dihadiri digelar di aula kantor setempat dan dibuka oleh Asisten II Kota Bima Ir Hj Rini Indriati. Hadir pula dalam acara tersebut para camat dan lurah dan para tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Sasaran dari kegiatan ini berjumlah 40 orang, terdiri dari Puskesmas di 5 (lima) kecamatan (12 orang), TRC (Team Reaksi Cepat) BPBD Kota Bima sejumlah 8 orang, Tim Siaga Bencana Kelurahan (TSBK) di 6 Kelurahan masing-masing kelurahan sebanyak 2 orang. Adapula dari Satuan Pol PP sebanyak 4 (empat) orang dan Satgas PMK sebanyak 4 (empat) orang.
Ketua Panitia Pelaksana, Drs. Ikhsan mengatakan, diklat dilaksanakan bertujuan agar dapat meningkatkan kesiapsiagaan, pengetahuan dan SDM serta tindakan emergency yang up to date, cepat, tepat dan aman dalam rangka memberikan perlindungan dan penyelamatan yang lebih optimal kepada semua orang di waktu-waktu awal kejadian.
Kesemuanya ini kata Kabid Pencegahan dan kesiapsiagaan Bencana ini dalam rangka mencegah dan meminimalisir terjadinya risiko korban jiwa dan kerugian akibat dari bencana. Tenaga tutor dan pelatih yang memberikan materi dari empat sektor yakni BPBD, Dinas Kesehatan, PKK dan GOW. Waktu pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama 4 (empat) hari mulai dari tanggal 03 November hingga 06 November 2014.
Walikota Bima melalui sambutan tertulis yang disampaikan Hj Rini Indriati menjelaskan bahwa pemanfaatan lembaga adat dalam penanggulangan bencana, kini tengah menjadi trend hampir di seluruh dunia. Kearifan lokal dipandang sebagai pendekatan yang paling efektif dalam membangun masyarakat yang tangguh terhadap bencana.
“Dulu di wilayah Bima pun hal ini memang diterapkan. Jika ada bahaya, masyarakat memukul kentongan. ini merupakan bentuk early warning system atau sistem peringatan dini yang sudah diterapkan oleh masyarakat sejak zaman kesultanan dulu”, cerita Umi Rini.
Diapresiasinya BPBD serta forum penanggulangan bencana Kota Bima, yang telah melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam sistem penanggulangan bencana. Disebutkannya, jika antar sektor saling berkoordinasi, hasilnya akan lebih baik jika lembaga adat itu juga diikut-sertakan dalam diklat dan penyuluhan penanggulangan bencana ini. “Perlu diingat bahwa bencana bukan hanya berupa bencana alam. Yang tidak kalah dampak kerusakannya adalah bencana sosial”, jelasnya.
Dipaparkannya pula beberapa kategori bencana sosial yang tengah menjadi fenomena di kota Bima yakni judi sabung ayam, peredaran miras, penyalahgunaan narkoba yang angkanya merupakan yang tertinggi di NTB dan berbagai bentuk kerusuhan maupun konflik antar kelompok. (KS-13)
Sasaran dari kegiatan ini berjumlah 40 orang, terdiri dari Puskesmas di 5 (lima) kecamatan (12 orang), TRC (Team Reaksi Cepat) BPBD Kota Bima sejumlah 8 orang, Tim Siaga Bencana Kelurahan (TSBK) di 6 Kelurahan masing-masing kelurahan sebanyak 2 orang. Adapula dari Satuan Pol PP sebanyak 4 (empat) orang dan Satgas PMK sebanyak 4 (empat) orang.
Ketua Panitia Pelaksana, Drs. Ikhsan mengatakan, diklat dilaksanakan bertujuan agar dapat meningkatkan kesiapsiagaan, pengetahuan dan SDM serta tindakan emergency yang up to date, cepat, tepat dan aman dalam rangka memberikan perlindungan dan penyelamatan yang lebih optimal kepada semua orang di waktu-waktu awal kejadian.
Kesemuanya ini kata Kabid Pencegahan dan kesiapsiagaan Bencana ini dalam rangka mencegah dan meminimalisir terjadinya risiko korban jiwa dan kerugian akibat dari bencana. Tenaga tutor dan pelatih yang memberikan materi dari empat sektor yakni BPBD, Dinas Kesehatan, PKK dan GOW. Waktu pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama 4 (empat) hari mulai dari tanggal 03 November hingga 06 November 2014.
Walikota Bima melalui sambutan tertulis yang disampaikan Hj Rini Indriati menjelaskan bahwa pemanfaatan lembaga adat dalam penanggulangan bencana, kini tengah menjadi trend hampir di seluruh dunia. Kearifan lokal dipandang sebagai pendekatan yang paling efektif dalam membangun masyarakat yang tangguh terhadap bencana.
“Dulu di wilayah Bima pun hal ini memang diterapkan. Jika ada bahaya, masyarakat memukul kentongan. ini merupakan bentuk early warning system atau sistem peringatan dini yang sudah diterapkan oleh masyarakat sejak zaman kesultanan dulu”, cerita Umi Rini.
Diapresiasinya BPBD serta forum penanggulangan bencana Kota Bima, yang telah melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam sistem penanggulangan bencana. Disebutkannya, jika antar sektor saling berkoordinasi, hasilnya akan lebih baik jika lembaga adat itu juga diikut-sertakan dalam diklat dan penyuluhan penanggulangan bencana ini. “Perlu diingat bahwa bencana bukan hanya berupa bencana alam. Yang tidak kalah dampak kerusakannya adalah bencana sosial”, jelasnya.
Dipaparkannya pula beberapa kategori bencana sosial yang tengah menjadi fenomena di kota Bima yakni judi sabung ayam, peredaran miras, penyalahgunaan narkoba yang angkanya merupakan yang tertinggi di NTB dan berbagai bentuk kerusuhan maupun konflik antar kelompok. (KS-13)
COMMENTS