Peredaran Narkoba di Bima saat ini kian menguatirkan. Semakin hari kasus yang merusak generasi muda itu semakin menunjukan peningkatan sangat tajam.
Peredaran Narkoba di Bima saat ini kian menguatirkan. Semakin hari kasus yang merusak generasi muda itu semakin menunjukan peningkatan sangat tajam. Sayangnya, meski upaya pemberantasan narkoba yang dilakukan pihak Kepolisian sudah cukup intensif, tetapi belum maksimal menekan peredaran barang haram tersebut.
Hal ini terjadi, menurut Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Muhammadiyah Bima, M. Sidik karena sejumlah bandar yang menjadi otak narkoba belum mampu diungkap Kepolisian. Penangkapan hanya gencar dilakukan pada pengedar bahkan pengguna saja. Sehingga untuk memangkas peredarannya masih sangat sulit.
“Karena ibarat pohon, akar sebagai penguatnya belum dicabut. Begitu juga dengan peredaran narkoba, selama bandar yang menjadi otaknya tak mampu diungkap maka jangan harap narkoba bisa diberantas di Kota Bima ini,” kata Sidik saat dihubungi melalui telepon seluler, Minggu (2/11) kemarin.
Menurut Sidik, butuh komitmen serius dari pihak Kepolisian untuk memberantas peredaran narkoba di Bima. Sebab bila komitmen yang dibangun masih terkesan setengah-setengah, maka impian daerah Bima terbebas dari narkoba akan sulit terwujud. Apalagi, narkoba sudah masuk dalam kejahatan internasional dan tergolong extra ordinary crime atau kasus kejahatan tingkat tinggi.
“Kami melihat, belum ada komitmen dan keseriusan pemberantasan itu dari Kepolisian di Bima. Karena bandar-bandar besar narkoba yang menjadi otak kejahatan belum tersentuh hukum,” nilainya.
Meski demikian, Sidik juga tidak menampik Kepolisian juga telah bekerja keras untuk memburu dan menangkap pelaku kejahatan itu. Hanya saja, kerja keras itu mesti ditingkatkan lagi dengan diimbangi upaya lain sebagai bentuk pencegahan dini. Tujuannya, agar generasi muda sebagai target utama peredaran narkoba bisa dibentengi lebih awal dan tidak mudah terjangkiti.
“Memang tak cukup hanya sekedar langkah penindakan, upaya pencegahan harus dilakukan. Seperti melalui sosialisasi bahaya narkoba, penyuluhan, himbauan, atau seminar dan diskusi secara terus menerus melibatkan kelompok pemuda dan mahasiswa,” sarannya.
Selama ini menurutnya, upaya pencegahan itu masih sangat kurang dan kedepan diharapkan bisa terus digenjot. Sebagai mahasiswa dengan disiplin ilmu hukum, pihaknya siap menjadi mitra Kepolisian untuk membantu tugas itu. Minimal menjalin koordinasi bersama ketika ingin menggelar kegiatan dimaksud sehingga mahasiswa hukum bisa ikut memberikan sosialisasi kepada masyarakat atau pelajar.
“Kami sadari, pemberantasan narkoba tidak bisa hanya dilakukan Kepolisian karena tugas mereka juga terbatas. Butuh kerjasama semua pihak untuk terlibat aktif membentengi lingkungan masing-masing dan menyadarkan keluarga atau teman dekat bila mereka ingin mencoba narkoba,” tambahnya. (KS-13)
Hal ini terjadi, menurut Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Muhammadiyah Bima, M. Sidik karena sejumlah bandar yang menjadi otak narkoba belum mampu diungkap Kepolisian. Penangkapan hanya gencar dilakukan pada pengedar bahkan pengguna saja. Sehingga untuk memangkas peredarannya masih sangat sulit.
“Karena ibarat pohon, akar sebagai penguatnya belum dicabut. Begitu juga dengan peredaran narkoba, selama bandar yang menjadi otaknya tak mampu diungkap maka jangan harap narkoba bisa diberantas di Kota Bima ini,” kata Sidik saat dihubungi melalui telepon seluler, Minggu (2/11) kemarin.
Menurut Sidik, butuh komitmen serius dari pihak Kepolisian untuk memberantas peredaran narkoba di Bima. Sebab bila komitmen yang dibangun masih terkesan setengah-setengah, maka impian daerah Bima terbebas dari narkoba akan sulit terwujud. Apalagi, narkoba sudah masuk dalam kejahatan internasional dan tergolong extra ordinary crime atau kasus kejahatan tingkat tinggi.
“Kami melihat, belum ada komitmen dan keseriusan pemberantasan itu dari Kepolisian di Bima. Karena bandar-bandar besar narkoba yang menjadi otak kejahatan belum tersentuh hukum,” nilainya.
Meski demikian, Sidik juga tidak menampik Kepolisian juga telah bekerja keras untuk memburu dan menangkap pelaku kejahatan itu. Hanya saja, kerja keras itu mesti ditingkatkan lagi dengan diimbangi upaya lain sebagai bentuk pencegahan dini. Tujuannya, agar generasi muda sebagai target utama peredaran narkoba bisa dibentengi lebih awal dan tidak mudah terjangkiti.
“Memang tak cukup hanya sekedar langkah penindakan, upaya pencegahan harus dilakukan. Seperti melalui sosialisasi bahaya narkoba, penyuluhan, himbauan, atau seminar dan diskusi secara terus menerus melibatkan kelompok pemuda dan mahasiswa,” sarannya.
Selama ini menurutnya, upaya pencegahan itu masih sangat kurang dan kedepan diharapkan bisa terus digenjot. Sebagai mahasiswa dengan disiplin ilmu hukum, pihaknya siap menjadi mitra Kepolisian untuk membantu tugas itu. Minimal menjalin koordinasi bersama ketika ingin menggelar kegiatan dimaksud sehingga mahasiswa hukum bisa ikut memberikan sosialisasi kepada masyarakat atau pelajar.
“Kami sadari, pemberantasan narkoba tidak bisa hanya dilakukan Kepolisian karena tugas mereka juga terbatas. Butuh kerjasama semua pihak untuk terlibat aktif membentengi lingkungan masing-masing dan menyadarkan keluarga atau teman dekat bila mereka ingin mencoba narkoba,” tambahnya. (KS-13)
COMMENTS