Warga Dusun Lara Desa Tambe Kecamatan Bolo, Kamis (12/11) lalu sekitar pukul 08.00 Wita memblokade Jalan Lintas Sila-Sumbawa.
Warga Dusun Lara Desa Tambe Kecamatan Bolo, Kamis (12/11) lalu sekitar pukul 08.00 Wita memblokade Jalan Lintas Sila-Sumbawa. Pemblokadean ruas jalan negara itu merupakan buntut kekecewaan warga terhadap hasil pertandingan sepakbola yang digelar di Lapangan Fajar Desa Tambe beberapa hari lalu. Akibat aksi itu, akses lalulintas lumpuh total hampir satu jam.
Dalam aksinya, warga yang dikoordinir Anas dari Aliansi Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Lara itu memprotes dugaan konspirasi yang diduga dilakukan panitia dan wasit saat pertandingan antar Klub Setan Merah (Dusun Lara) dan Fajar B (Dusun Tambe). Pertandingan itu berakhir dengan kekalahan Klub Setan Merah karena keputusan wasit yang dianggap kontroversi.
“Gol yang sudah disahkan wasit kok dibatalkan karena setelah itu hakim garis bilang offside. Harusnya kan keputusan pertama yang dipakai dan wasit itu lebih punya wewenang dibanding hakim garis,” kata Anas dalam orasinya.
Diakuinya, keputusan itu telah diprotes saat pertandingan tetapi tidak diindahkan panitia dan wasit. Klub Setan Merah pun terpaksa pulang dengan kekalahan. Merasa pertandingan tak berjalan dengan fair, warga pendukung tim kesayangan menuntut agar pertandingan antar dua klub digelar ulang. Sebagai ekspresi kekecewaan itu, warga memblokade jalan menggunakan tumpukan kayu, batu dan membakar ban bekas.
Imbas dari aksi itu, kendaraan yang melintas terlihat menumpuk hingga sekitar empat kilometer karena aksi blokade yang cukup lama. Kondisi itu diperparah karena tak satupun Aparat Kepolisian yang turun ke lokasi, sehingga warga secara leluasa menjalankan aksi mereka.
Beberapa Personil Kepolisian Sektor setempat baru tiba di lokasi setelah antrian kendaraan mengular. Setiba Kepolisian di lokasi, blokade jalan tak langsung dibuka. Warga bahkan sempat bersitegang dan nyaris baku pukul dengan aparat karena memaksa tetap melakukan blokade sebelum tuntutan mereka direspon. Kepolisian pun tak tinggal diam dan berusaha membubar paksa aksi warga karena dinilai mengganggu ketertiban umum.
Warga juga sempat ditanyakan surat ijin aksi yang disampaikan kepada Kepolisian. Lantaran terlambat menunjukan surat ijin aksi, ketegangan warga dengan aparat kambali terjadi. Koordinator warga yang sedang berorasi hendak digelandang paksa ke Kantor Kepolisian untuk diamankan. Tindakan Kepolisian itu, spontan mengundang emosi warga.
Untungnya, ketegangan tidak meluas setelah terjalin komunikasi yang baik dan negosiasi antar kedua pihak. Kepolisian setempat berjanji akan menfasilitasi warga untuk bertemu dengan panitia pertandingan sepakbola dan Pengurus Persebi menyampaikan tuntutan tersebut. (KS-13)
Dalam aksinya, warga yang dikoordinir Anas dari Aliansi Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Lara itu memprotes dugaan konspirasi yang diduga dilakukan panitia dan wasit saat pertandingan antar Klub Setan Merah (Dusun Lara) dan Fajar B (Dusun Tambe). Pertandingan itu berakhir dengan kekalahan Klub Setan Merah karena keputusan wasit yang dianggap kontroversi.
“Gol yang sudah disahkan wasit kok dibatalkan karena setelah itu hakim garis bilang offside. Harusnya kan keputusan pertama yang dipakai dan wasit itu lebih punya wewenang dibanding hakim garis,” kata Anas dalam orasinya.
Diakuinya, keputusan itu telah diprotes saat pertandingan tetapi tidak diindahkan panitia dan wasit. Klub Setan Merah pun terpaksa pulang dengan kekalahan. Merasa pertandingan tak berjalan dengan fair, warga pendukung tim kesayangan menuntut agar pertandingan antar dua klub digelar ulang. Sebagai ekspresi kekecewaan itu, warga memblokade jalan menggunakan tumpukan kayu, batu dan membakar ban bekas.
Imbas dari aksi itu, kendaraan yang melintas terlihat menumpuk hingga sekitar empat kilometer karena aksi blokade yang cukup lama. Kondisi itu diperparah karena tak satupun Aparat Kepolisian yang turun ke lokasi, sehingga warga secara leluasa menjalankan aksi mereka.
Beberapa Personil Kepolisian Sektor setempat baru tiba di lokasi setelah antrian kendaraan mengular. Setiba Kepolisian di lokasi, blokade jalan tak langsung dibuka. Warga bahkan sempat bersitegang dan nyaris baku pukul dengan aparat karena memaksa tetap melakukan blokade sebelum tuntutan mereka direspon. Kepolisian pun tak tinggal diam dan berusaha membubar paksa aksi warga karena dinilai mengganggu ketertiban umum.
Warga juga sempat ditanyakan surat ijin aksi yang disampaikan kepada Kepolisian. Lantaran terlambat menunjukan surat ijin aksi, ketegangan warga dengan aparat kambali terjadi. Koordinator warga yang sedang berorasi hendak digelandang paksa ke Kantor Kepolisian untuk diamankan. Tindakan Kepolisian itu, spontan mengundang emosi warga.
Untungnya, ketegangan tidak meluas setelah terjalin komunikasi yang baik dan negosiasi antar kedua pihak. Kepolisian setempat berjanji akan menfasilitasi warga untuk bertemu dengan panitia pertandingan sepakbola dan Pengurus Persebi menyampaikan tuntutan tersebut. (KS-13)
COMMENTS