Ratusan supir angkot Kota Bima, Rabu (19/11) pagi melakukan aksi mogok sebagai bentuk kekecewaannya akibat naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi
Ratusan supir angkot Kota Bima, Rabu (19/11) pagi melakukan aksi mogok sebagai bentuk kekecewaannya akibat naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi oleh Pemerintahan Jokowi-JK. Para supir itu meminta, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kota Bima, untuk menaikkan tarif angkot agar mererka tidak mengalami kerugian.
Akibat aksi mogok itu, sejumlah penumpang pun terlantar, bahkan beberapa diantaranya sempat kebingungan karena diturunkan paksa di tengah jalan oleh supir angkot tersebut. Aksi mogok ratusan supir angkot ini, terpusat di Lapangan Merdeka (Sera Suba, red) mulai pukul 09.00 Wita hingga pukul 13.00 Wita. Pagi itu, meraka berencana menuju Kantor Dishubkominfo guna meminta kenaikan tarif baru. Sebab, menyusul naiknya harga BBM dua hari lalu, tarif yang berlaku saat ini tidak lagi relevan. Belum lagi, biaya perawatan dan harga ondedil kendaraan yang harus diganti.
Salah seorang supir, Wawan (36) menyebutkan, menyusul naiknya BBM ini, dia dan rekan-rekan terpaksa harus mogok narik agar Pemerintah mau menaikkan dan menetapkan tarif baru. Sebelumnya, tarif angkot sebesar Rp. 4 Ribu untuk semua jenis angkot dan jurusan di Kota Bima.”Dengan naiknya harga BBM, kami meminta dinaikkan menjadi Rp. 6 Ribu,”sebutnya.
Naiknya tarif ini lanjutnya, mau tidak mau harus dilakukan karena biaya onderdil juga jelas naik. Belum lagi, kebutuhan hidup lainnya yang juga naik. Biasanya dalam sehari, pihaknya bisa memperoleh pendapatan kotor Rp. 300 Ribu. Dari pendapatan tersebut, yang disetor ke pemilik angkot minimal Rp. 1000 Ribu, belum lagi untuk kebutuhan bensin 25 liter. ”Jadi, konyol kalau tarif tidak dinaikkan oleh Pemerintah,”ujar warga Lingkungan Tato Kelurahan Jatiwangi Kecamatan Asakota Kota Bima ini.
Apalagi, dari para penumpang juga ada yang cermat. Kadang-kadang, ada di antara mereka yang meminta surat resmi dari Pemerintah tentang kenaikan harga tariff baru. Untuk itu, pihaknya meminta agar Pemerintah menaikkan tarif angkot karena akan berdampak pada masyarakat. Jika tidak dinaikkan, pihaknya yang akan rugi.”Pemerintah harus cepat tanggap, jangan hanya duduk diam di sana,”sorotnya.
Setelah berkonsetrasi di Lapangan Merdeka, para supir angkot ini lantas menuju Kantor Dishubkominfo Kota Bima. Di tempat tersebut, para supir ini diterima oleh Kabid Darat yang didampingi pihak Sat Lantas Polres Bima Kota. Sementara itu, saat aksi mogok berlangsung mengakibatkan para penumpang terlantar. Bahkan, beberapa diantaranya juga ada yang terpaksa diturunkan di tengah jalan oleh supir lain yang mencegat.
Salah seorang penumpang, Khadijah (55) asal Kelurahan Kumbe Kecamatan Rasa NaE Timur menyebutkan, awalnya berharap bemo yang ditumpanginya bisa mengantar sampai terminal tujuan. Namun setelah diturunkan, dia juga enggan menggunakan jasa ojek karena barang bawaannya banyak.”Ga berani naik ojek, karena barang bawaan banyak,”ujar wanita parubaya yang sehari-harinya berp[rofesi sebagai berjual di Pasar Raya Bima.(KS-05)
Akibat aksi mogok itu, sejumlah penumpang pun terlantar, bahkan beberapa diantaranya sempat kebingungan karena diturunkan paksa di tengah jalan oleh supir angkot tersebut. Aksi mogok ratusan supir angkot ini, terpusat di Lapangan Merdeka (Sera Suba, red) mulai pukul 09.00 Wita hingga pukul 13.00 Wita. Pagi itu, meraka berencana menuju Kantor Dishubkominfo guna meminta kenaikan tarif baru. Sebab, menyusul naiknya harga BBM dua hari lalu, tarif yang berlaku saat ini tidak lagi relevan. Belum lagi, biaya perawatan dan harga ondedil kendaraan yang harus diganti.
Salah seorang supir, Wawan (36) menyebutkan, menyusul naiknya BBM ini, dia dan rekan-rekan terpaksa harus mogok narik agar Pemerintah mau menaikkan dan menetapkan tarif baru. Sebelumnya, tarif angkot sebesar Rp. 4 Ribu untuk semua jenis angkot dan jurusan di Kota Bima.”Dengan naiknya harga BBM, kami meminta dinaikkan menjadi Rp. 6 Ribu,”sebutnya.
Naiknya tarif ini lanjutnya, mau tidak mau harus dilakukan karena biaya onderdil juga jelas naik. Belum lagi, kebutuhan hidup lainnya yang juga naik. Biasanya dalam sehari, pihaknya bisa memperoleh pendapatan kotor Rp. 300 Ribu. Dari pendapatan tersebut, yang disetor ke pemilik angkot minimal Rp. 1000 Ribu, belum lagi untuk kebutuhan bensin 25 liter. ”Jadi, konyol kalau tarif tidak dinaikkan oleh Pemerintah,”ujar warga Lingkungan Tato Kelurahan Jatiwangi Kecamatan Asakota Kota Bima ini.
Apalagi, dari para penumpang juga ada yang cermat. Kadang-kadang, ada di antara mereka yang meminta surat resmi dari Pemerintah tentang kenaikan harga tariff baru. Untuk itu, pihaknya meminta agar Pemerintah menaikkan tarif angkot karena akan berdampak pada masyarakat. Jika tidak dinaikkan, pihaknya yang akan rugi.”Pemerintah harus cepat tanggap, jangan hanya duduk diam di sana,”sorotnya.
Setelah berkonsetrasi di Lapangan Merdeka, para supir angkot ini lantas menuju Kantor Dishubkominfo Kota Bima. Di tempat tersebut, para supir ini diterima oleh Kabid Darat yang didampingi pihak Sat Lantas Polres Bima Kota. Sementara itu, saat aksi mogok berlangsung mengakibatkan para penumpang terlantar. Bahkan, beberapa diantaranya juga ada yang terpaksa diturunkan di tengah jalan oleh supir lain yang mencegat.
Salah seorang penumpang, Khadijah (55) asal Kelurahan Kumbe Kecamatan Rasa NaE Timur menyebutkan, awalnya berharap bemo yang ditumpanginya bisa mengantar sampai terminal tujuan. Namun setelah diturunkan, dia juga enggan menggunakan jasa ojek karena barang bawaannya banyak.”Ga berani naik ojek, karena barang bawaan banyak,”ujar wanita parubaya yang sehari-harinya berp[rofesi sebagai berjual di Pasar Raya Bima.(KS-05)
COMMENTS