Sebanyak 24 orang mahasiswa Universitas Terbuka (UT) Cabang Kota Bima S-1 PGSD mengikuti Ujian Akhir Pendidikan Dasar (UAS PENDAS) dua 2014 di SDN 24 Kota Bima.
Sebanyak 24 orang mahasiswa Universitas Terbuka (UT) Cabang Kota Bima S-1 PGSD mengikuti Ujian Akhir Pendidikan Dasar (UAS PENDAS) dua 2014 di SDN 24 Kota Bima. Ujian semester akhir ini berlangsung dari 6 – 8 Desember dan diikuti oleh mahasiswa semester ganjil/satu (SMA/SPG/Sederajat) sebanyak 21 orang dan mahasiswa semester VII (program lanjutan dari D.II) sebanyak 24 orang. Satu mahasiswa atas nama Usman dilaporkan mengundurkan diri.
Peserta ujian tersebut mengikuti ujian semenster lima mata kuliah yang berbeda per harinya. Dengan detline waktu ujian 90 menit permata kuliah dimulai dari pukul 08.00 pagi sampai selesai. Namun sebelumnya pihak UT Cabang Kota Bima menerima Kartu Tanda Peserta Ujian (KTPU) dari pihak UT Mataram sebelum ujian ini berlangsung.
Pada wartawan staf UDKT (Dosen pengajar) Unit Program - Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) UT Mataram, Dra. Ramlah, Senin (8/12) mengatakan, sebenarnya yang mengikuti selama tiga hari ini bukan 24 orang tapi kurang lebih belasan orang saja. Pasalnya, pada Minggu (7/12) kemarin beberapa mahasiswa telah melaksanakan ujian Her tingkat satu dan mereka (peserta) ikut ujian Her sesuai KTPU yang diterimanya masing-masing. “Setiap satu mata kuliah yang diujikan sebanyak 40-45 soal baik pilihan ganda dan esain, pihaknya langsung mengumpulkan lembaran jawaban dan soal itu dari peserta apabila waktu 90 menit itu dilewati. Belum dijawabpun semua soal, kami tetap mengambil lembaran jawaban itu,” ujarnya saat ditemui di Aula SDN 24 kobi.
Staf UDKT ini juga menanggapi pernyataan dari salah satu sumber yang menyatakan bahwa ujian semester yang digelar UT tidak akurat. Pasalnya, yang ikut ujian bukan peserta ujian, tetapi orang lain dan kuat dugaan mahasiswa UT tidak hadir dengan alasan yang berdeda. Menurut Ramlah, kritikan membangun tersebut diapreasi oleh pihak UT setempat. Namun yang jelas, sebelum peserta ujian ini masuk keruangannya masing-masing pihaknya melakukan pemeriksaan dulu dengan mencocokan KTPU dengan kartu mahasiswanya dan KTP nasionalnya. “Silahkan tanya saja pihak pegawas yang melakukan pemeriksaan ujian, apalagi pengawasnya terdiri dari pengawas ruangan, keliling hingga pengawas keamanan, sehingga kesempatan kecurangan itu tidak dapat lakonin” jawabnya.
Salah seorang peserta ujian mengatakan, khsusunya diruang kelas semester satu tidak terdapat peserta ujian orang lain dan yang jelas pesertanya adalah murni mahasiswa yang ikut per kuliah selama satu semester ini. “Di semester satu tidak dijumpai orang lain, peserta asli mahasiswa semua kecuali si Usman yang tidak hadir karena sudah mengundurkan diri sebelumnya. Sementara untuk semester VII pihaknya tidak tahu,” ujarnya didampingi keempat rekannya.
Pada kesempatan itu juga, Ramlah menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk berhati-hati memilih kuliah kelas jauh. Sebab hal itu merugikan bagi mahasiswa itu sendiri. Sebab belum tentu ada ijin, apalagi berstatus akreditasi dari kampusnya yang membuka kelas jauh itu. Lain halnya dengan program belajar jarak jauh yang dimiliki UT yang sudah memiliki ijin yang jelas dan terakreditasi legalitasnya.
Diakuinya, di Bima ini baik Kota dan Kabupaten banyak sekali mahasiswa. Bahkan Bupati Bima, Aparat Kepolisian dan Staf Dikpora serta instansi lainnya maupun guru, merupakan mahasiswa UT. Karena mereka tidak punya waktu luang untuk melanjutkan studinya dikampus lain, sementara UT hanya melakukan pertemuan tatap muka setiap hari minggu saja. “Kenapa Bupati, Polisi dan Pegawai pilih UT, karena semua jurusan UT hampir lengkap. Diantaranya, jurusan hukum, adminsitrasi, pemerintahan baik S-1 maupun program S-2 semuanya lengkap,” terangnya. (KS – 04)
Peserta ujian tersebut mengikuti ujian semenster lima mata kuliah yang berbeda per harinya. Dengan detline waktu ujian 90 menit permata kuliah dimulai dari pukul 08.00 pagi sampai selesai. Namun sebelumnya pihak UT Cabang Kota Bima menerima Kartu Tanda Peserta Ujian (KTPU) dari pihak UT Mataram sebelum ujian ini berlangsung.
Pada wartawan staf UDKT (Dosen pengajar) Unit Program - Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) UT Mataram, Dra. Ramlah, Senin (8/12) mengatakan, sebenarnya yang mengikuti selama tiga hari ini bukan 24 orang tapi kurang lebih belasan orang saja. Pasalnya, pada Minggu (7/12) kemarin beberapa mahasiswa telah melaksanakan ujian Her tingkat satu dan mereka (peserta) ikut ujian Her sesuai KTPU yang diterimanya masing-masing. “Setiap satu mata kuliah yang diujikan sebanyak 40-45 soal baik pilihan ganda dan esain, pihaknya langsung mengumpulkan lembaran jawaban dan soal itu dari peserta apabila waktu 90 menit itu dilewati. Belum dijawabpun semua soal, kami tetap mengambil lembaran jawaban itu,” ujarnya saat ditemui di Aula SDN 24 kobi.
Staf UDKT ini juga menanggapi pernyataan dari salah satu sumber yang menyatakan bahwa ujian semester yang digelar UT tidak akurat. Pasalnya, yang ikut ujian bukan peserta ujian, tetapi orang lain dan kuat dugaan mahasiswa UT tidak hadir dengan alasan yang berdeda. Menurut Ramlah, kritikan membangun tersebut diapreasi oleh pihak UT setempat. Namun yang jelas, sebelum peserta ujian ini masuk keruangannya masing-masing pihaknya melakukan pemeriksaan dulu dengan mencocokan KTPU dengan kartu mahasiswanya dan KTP nasionalnya. “Silahkan tanya saja pihak pegawas yang melakukan pemeriksaan ujian, apalagi pengawasnya terdiri dari pengawas ruangan, keliling hingga pengawas keamanan, sehingga kesempatan kecurangan itu tidak dapat lakonin” jawabnya.
Salah seorang peserta ujian mengatakan, khsusunya diruang kelas semester satu tidak terdapat peserta ujian orang lain dan yang jelas pesertanya adalah murni mahasiswa yang ikut per kuliah selama satu semester ini. “Di semester satu tidak dijumpai orang lain, peserta asli mahasiswa semua kecuali si Usman yang tidak hadir karena sudah mengundurkan diri sebelumnya. Sementara untuk semester VII pihaknya tidak tahu,” ujarnya didampingi keempat rekannya.
Pada kesempatan itu juga, Ramlah menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk berhati-hati memilih kuliah kelas jauh. Sebab hal itu merugikan bagi mahasiswa itu sendiri. Sebab belum tentu ada ijin, apalagi berstatus akreditasi dari kampusnya yang membuka kelas jauh itu. Lain halnya dengan program belajar jarak jauh yang dimiliki UT yang sudah memiliki ijin yang jelas dan terakreditasi legalitasnya.
Diakuinya, di Bima ini baik Kota dan Kabupaten banyak sekali mahasiswa. Bahkan Bupati Bima, Aparat Kepolisian dan Staf Dikpora serta instansi lainnya maupun guru, merupakan mahasiswa UT. Karena mereka tidak punya waktu luang untuk melanjutkan studinya dikampus lain, sementara UT hanya melakukan pertemuan tatap muka setiap hari minggu saja. “Kenapa Bupati, Polisi dan Pegawai pilih UT, karena semua jurusan UT hampir lengkap. Diantaranya, jurusan hukum, adminsitrasi, pemerintahan baik S-1 maupun program S-2 semuanya lengkap,” terangnya. (KS – 04)
COMMENTS