bentrokan antara warga Kelurahan Dara dan Tanjung, Rabu (24/12) siang juga berimbas pada pembakaran Kantor Polisi Sub Sektor Bima Kota.
Selain menewaskan satu warga dan menyebabkan puluhan lainnya luka-luka, bentrokan antara warga Kelurahan Dara dan Tanjung, Rabu (24/12) siang juga berimbas pada pembakaran Kantor Polisi Sub Sektor Bima Kota. Kantor yang berada disamping Lapangan Merdeka Kota Bima itu hangus tak tersisa berikut isi di dalamnya.
Tak hanya itu, pos pengamanan Natal dan Tahun Baru yang berada di depannya juga ikut dihancurkan. Informasi yang diperoleh wartawan, pembakaran kantor Polseksub itu dipicu beredarnya isu salah satu warga Tanjung yang tewas akibat ditembak aparat Kepolisian. Bahkan, beredar isu lain bahwa tak hanya satu warga Tanjung yang tewas ditembak melainkan tiga orang.
Isu itu diduga memancing kemarahan warga dan melampiaskan emosi mereka dengan membakar kantor setempat. Ratusan warga dengan leluasa membakar karena tak ada pengamanan dari aparat Kepolisian. Pasalnya, aksi penyerangan kantor Polseksub itu dilakukan secara tiba-tiba disaat konsentrasi pengamanan dipusatkan dititik lainnya.
Mereka menggunakan bom molotov berisi bensin sehingga api dengan cepat berkobar. Hanya dalam waktu sekitar 30 menit, kantor yang berada dipusat kota itu hangus tak tersisa. Mobil pemadam yang tiba dilokasi hanya dapat memadamkan sisa kobakaran api untuk menghindari menjalar ke gedung lainnya. Sementara itu, Aparat Kepolisian dan TNI baru tiba di lokasi disaat warga telah mundur dan masuk kembali ke dalam perkampungan.
Menyusul aksi anarkis warga dan jatuhnya korban saat bentrokan, puluhan Personil Kepolisian dari Satuan Brimob menyisir (sweeping) ke dalam perkampungan Kelurahan Tanjung. Tindakan itu dilakukan untuk mencari oknum provokator pembakaran Kantor Polseksub dan warga yang menggunakan senjata api saat bentrokan.
Hanya saja, sejumlah jurnalis yang hendak meliput di lapangan tak diperkenankan mengambil gambar dan mengikuti. Jurnalis hanya bisa menyaksikan dari jarak jauh. Apa yang dilakukan mereka di dalam perkampungan tak diketahui pasti. Bahkan, warga yang menyaksikan terbakarnya Kantor Polsubsek tak diijinkan dan dibubarkan paksa. Tembakan peringatan juga dikeluarkan aparat agar warga menjauh.
Pantauan wartawan, tak lama berselang aksi penyisiran, mobil ambulan silih berganti membawa sejumlah korban. Beberapa kali personil Kepolisian berpakaian preman juga ikut membawa korban yang terlihat bersimbah darah. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak.
Salah satu warga Tanjung, Tudiansyah membenarkan adanya aksi sweeping yang dilakukan Satuan Brimob. Hanya saja, Ia menyesalkan sweeping yang dilakukan terkesan brutal dan membati buta. Pasalnya, warga yang tak terlibat juga ikut dipukuli dan dihantam dengan popor senjata. Bahkan, ada yang ditembak menggunakan peluru karet dengan sengaja. “Aksi sweeping ini sudah sangat brutal karena menyisir warga hingga ke dalam rumah tanpa ampun. Anak-anak juga ikut dipukuli. Rumah-rumah dan kendaraan warga yang dilihat dirusak,” ujarnya kepada wartawan. (KS-13)
Kantor Polisi Sub Sektor Bima Kota dibakar |
Isu itu diduga memancing kemarahan warga dan melampiaskan emosi mereka dengan membakar kantor setempat. Ratusan warga dengan leluasa membakar karena tak ada pengamanan dari aparat Kepolisian. Pasalnya, aksi penyerangan kantor Polseksub itu dilakukan secara tiba-tiba disaat konsentrasi pengamanan dipusatkan dititik lainnya.
Mereka menggunakan bom molotov berisi bensin sehingga api dengan cepat berkobar. Hanya dalam waktu sekitar 30 menit, kantor yang berada dipusat kota itu hangus tak tersisa. Mobil pemadam yang tiba dilokasi hanya dapat memadamkan sisa kobakaran api untuk menghindari menjalar ke gedung lainnya. Sementara itu, Aparat Kepolisian dan TNI baru tiba di lokasi disaat warga telah mundur dan masuk kembali ke dalam perkampungan.
Menyusul aksi anarkis warga dan jatuhnya korban saat bentrokan, puluhan Personil Kepolisian dari Satuan Brimob menyisir (sweeping) ke dalam perkampungan Kelurahan Tanjung. Tindakan itu dilakukan untuk mencari oknum provokator pembakaran Kantor Polseksub dan warga yang menggunakan senjata api saat bentrokan.
Hanya saja, sejumlah jurnalis yang hendak meliput di lapangan tak diperkenankan mengambil gambar dan mengikuti. Jurnalis hanya bisa menyaksikan dari jarak jauh. Apa yang dilakukan mereka di dalam perkampungan tak diketahui pasti. Bahkan, warga yang menyaksikan terbakarnya Kantor Polsubsek tak diijinkan dan dibubarkan paksa. Tembakan peringatan juga dikeluarkan aparat agar warga menjauh.
Pantauan wartawan, tak lama berselang aksi penyisiran, mobil ambulan silih berganti membawa sejumlah korban. Beberapa kali personil Kepolisian berpakaian preman juga ikut membawa korban yang terlihat bersimbah darah. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak.
Mobil Pemadam berusaha memadamkan api |
COMMENTS