Laju perkembangan penduduk setiap tahun tentu saja berdampak pada berkurangnya lahan persawahan.
Laju perkembangan penduduk setiap tahun tentu saja berdampak pada berkurangnya lahan persawahan. Sebab, lahan yang memproduksi hasil pertanian, seperti padi, kedelai dan produk pertanian lainya digunakan untuk membangun tempat tinggal, termasuk bangunan milik pengusaha. Bahkan, lokasi untuk mendirikan kantor Pemerintah. Tak heran, lahan sawah semakin lama kian berkurang.
Solusi untuk mengatasi persoalan tersebut, Pemerintah Pusat mengalokasikan anggaran miliaran rupiah pada beberapa daerah di Indonesia. Salah satunya, Pemerintah Kabupaten Bima. Tahun 2013 lalu, Kabupaten Bima melalui Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holticultura berhasil mendatangkan anggaran senilai Rp.3 Miliar lebih untuk cetak sawah baru. APBN bernilai fantastic itu diperuntukan untuk 10 Kelompok pada 10 Kecamatan Kabupaten Bima.
Dari 10 Kelompok yang terakomodir dalam program itu yakni, Kelompok So Oi Judi Desa Mangge Kecamatan Lambu seluas 25 Ha, Sori Oi Na,e Desa Poja Kecamatan Sape 30 Ha, Oi Rida Desa Maria Utara Wawo 20 Ha, Nggaro Lela Desa Maria Wawo 25 Ha, Oi U,a Desa Sanolo Kecamatan Bolo, So Karombi Desa Kalajena Wera 35 Ha, Nanga Wau Desa Oi Panihi Tambora 30 Ha, Ndano Dua Iba Desa Parado Rato Kecamatan Parado 25 Ha, Mekar Woro Desa Parado Wane Kecamatan Parado 30 Ha, So Mbelu Doro Nipa Kecamatan Ambalawi 30 Ha dan Sera Roka Campa Kecamatan Madapangga 15 Ha. “Sehingga, volume lahan cetak sawah baru di 10 titik yakni seluas 300 Ha,” kata, Muhamad, S.Pt Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Pertanian saat konfrensi pers di Aula Dinas setempat Rabu (07/01).
Tahun 2014, jumlah Kecamatan yang tercafer dalam program itu justeru berkurang. Buktinya, hanya enam Kecamatan yang disentuh oleh program yang menghabiskan miliaran APBN. Meski demikian, tetapi jumlah kelompok dan anggaran mengalami peningkatan. Begitupun, luas lahan cetak sawah juga meningkat menjadi 810 Ha. Di Kecamatan Parado ada empat Kelompok yang terakomodir dalam program itu, Kelompok Ria ronga Parado Rato 104 Ha, So Ompu Maju 40 Ha, Nggaro Wane Parado Wane 99 Ha, Nggaro Naru Parado Kuta 40 Ha.
Untuk Tambora tercafer tiga Kelompok, So Wuwu Labuan Kananga 90 Ha, Nanga Na,e 70 Ha dan Sori Bura I Kawinda Na,e 65 Ha. Sementara, Kecamatan Soromandi dua kelompok di Desa Lewi Ntana yakni Bina Bersama 30 Ha dan Ndano Tela 60 Ha, Wera dua kelompok di Desa Nanga Wera, So Fo,o Ompu Rao 15 Ha, dan Sori Na,e 50 Ha, Monta tiga kelompok, Sori jati 53 Ha,dan Mangge Kanggudu 36 Ha Desa Sakuru. Serta, Kecamatan Madapangga hanya satu kelompok yakni Ntuda Na,a di Desa Mpuri seluas 38 Ha.
“Alhamdulillah, meski hanya enam Kecamatan, tapi kelompok mengalami peningkatan menjadi 15 kelompok. Begitupun, anggaran meningkat menjadi Rp.4,145 Miliar. Jadi total lahan cetak sawah baru untuk dua tahun seluas 1110 Ha,” ujar Muhamad yang didampingi salah seorang Kepala Seksi (Kasi), Mayangsari. (KS-09)
Solusi untuk mengatasi persoalan tersebut, Pemerintah Pusat mengalokasikan anggaran miliaran rupiah pada beberapa daerah di Indonesia. Salah satunya, Pemerintah Kabupaten Bima. Tahun 2013 lalu, Kabupaten Bima melalui Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holticultura berhasil mendatangkan anggaran senilai Rp.3 Miliar lebih untuk cetak sawah baru. APBN bernilai fantastic itu diperuntukan untuk 10 Kelompok pada 10 Kecamatan Kabupaten Bima.
Dari 10 Kelompok yang terakomodir dalam program itu yakni, Kelompok So Oi Judi Desa Mangge Kecamatan Lambu seluas 25 Ha, Sori Oi Na,e Desa Poja Kecamatan Sape 30 Ha, Oi Rida Desa Maria Utara Wawo 20 Ha, Nggaro Lela Desa Maria Wawo 25 Ha, Oi U,a Desa Sanolo Kecamatan Bolo, So Karombi Desa Kalajena Wera 35 Ha, Nanga Wau Desa Oi Panihi Tambora 30 Ha, Ndano Dua Iba Desa Parado Rato Kecamatan Parado 25 Ha, Mekar Woro Desa Parado Wane Kecamatan Parado 30 Ha, So Mbelu Doro Nipa Kecamatan Ambalawi 30 Ha dan Sera Roka Campa Kecamatan Madapangga 15 Ha. “Sehingga, volume lahan cetak sawah baru di 10 titik yakni seluas 300 Ha,” kata, Muhamad, S.Pt Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Pertanian saat konfrensi pers di Aula Dinas setempat Rabu (07/01).
Tahun 2014, jumlah Kecamatan yang tercafer dalam program itu justeru berkurang. Buktinya, hanya enam Kecamatan yang disentuh oleh program yang menghabiskan miliaran APBN. Meski demikian, tetapi jumlah kelompok dan anggaran mengalami peningkatan. Begitupun, luas lahan cetak sawah juga meningkat menjadi 810 Ha. Di Kecamatan Parado ada empat Kelompok yang terakomodir dalam program itu, Kelompok Ria ronga Parado Rato 104 Ha, So Ompu Maju 40 Ha, Nggaro Wane Parado Wane 99 Ha, Nggaro Naru Parado Kuta 40 Ha.
Untuk Tambora tercafer tiga Kelompok, So Wuwu Labuan Kananga 90 Ha, Nanga Na,e 70 Ha dan Sori Bura I Kawinda Na,e 65 Ha. Sementara, Kecamatan Soromandi dua kelompok di Desa Lewi Ntana yakni Bina Bersama 30 Ha dan Ndano Tela 60 Ha, Wera dua kelompok di Desa Nanga Wera, So Fo,o Ompu Rao 15 Ha, dan Sori Na,e 50 Ha, Monta tiga kelompok, Sori jati 53 Ha,dan Mangge Kanggudu 36 Ha Desa Sakuru. Serta, Kecamatan Madapangga hanya satu kelompok yakni Ntuda Na,a di Desa Mpuri seluas 38 Ha.
“Alhamdulillah, meski hanya enam Kecamatan, tapi kelompok mengalami peningkatan menjadi 15 kelompok. Begitupun, anggaran meningkat menjadi Rp.4,145 Miliar. Jadi total lahan cetak sawah baru untuk dua tahun seluas 1110 Ha,” ujar Muhamad yang didampingi salah seorang Kepala Seksi (Kasi), Mayangsari. (KS-09)
COMMENTS