Selain tetap melalukan pengejaran dan mencari tahu keberadaan terduga korupsi dana bantuan Alat Kesehatan (Alkes) Dinas Kesehatan senilai Rp. 1,7 Miliar tahun 2012 silam
Gerbong penyelidikan penyidik tindak pidana korupsi (Tipikor) Kejaksaan Negeri (Kejari) Raba Bima terus melaju kencang. Selain tetap melalukan pengejaran dan mencari tahu keberadaan terduga korupsi dana bantuan Alat Kesehatan (Alkes) Dinas Kesehatan senilai Rp. 1,7 Miliar tahun 2012 silam. Penyidik juga, tengah mengincar tiga bank antaranya, Bank BRI, BNI dan Bank NTB.
Tiga bank besar itu diincar untuk dilakukan penelusuran terhadap aliran dana yang masih berada di kas negara atau sudah dikeluarkan. "Kami telah mengecek di tiga bank di Bima, diantaranya BRI, BNI dan bank NTB. Kita ingin mengetahui pasti, penggunaan dananya seperti apa," ungkap Kejari Raba Bima melalui Kasi Intel Lalu Muhammad Rasyidi, SH yang ditemui di ruang kerjanya Selasa (6/1).
Ketiga bank ini diduga sebagai tempat simpanan aliran dana hasil dugaan korupsi yang bersangkutan. Hanya saja, mereka membutuhkan waktu. Pihak bank belum bisa menyebutkan kapan waktu yang pasti akan menyerahkan dana dimaksud. Makanya tahun 2015 ini, pihaknya akan berkoordinasi lagi dengan pihak Bank. "Kemarin kita cek satu persatu,” tuturnya.
Terkait informasi H. Umar di Jakarta katanya, tim sudah melakukan penelusuran sesuai dengan alamat yang dikantongi. Hanya saja, saat itu di rumah seperti yang disebutkan dalam alamat tidak berpenghuni. Meski alamat itu masih kabur, pihaknya tidak akan berhenti sampai disitu untuk mencarinya. Pasalnya, hingga kini tim dari Kejari masih bekerja keras untuk menemukan H Umar. "Tekhnisnya seperti apa, tak bisa disebutkan,” ujarnya.
Apakah Tim Kejaksaan akan memeriksa pihak lain dalam kasus ini? Rasyidi menyebutkan, untuk saat ini belum bisa karena pihaknya harus mencari terlebih dahulu sumbernya. Ia menyatakan, H. Umar merupakan saksi kunci dalam kasus ini, karena saat itu yang bersangkutan merupakan pejabat pengendali. "Untuk membongkar dugaan keterlibatan pihak lain, H. Umar adalah kuncinya," jelasnya.
Ia berharap, dalam waktu dekat ini H. Umar bisa ditemukan. Agar kasus yang terbilang lama ditangani ini, bisa cepat diselesaikan dengan baik. "Semoga dia bisa segera ditemukan," harapnya. (KS-05)
Tiga bank besar itu diincar untuk dilakukan penelusuran terhadap aliran dana yang masih berada di kas negara atau sudah dikeluarkan. "Kami telah mengecek di tiga bank di Bima, diantaranya BRI, BNI dan bank NTB. Kita ingin mengetahui pasti, penggunaan dananya seperti apa," ungkap Kejari Raba Bima melalui Kasi Intel Lalu Muhammad Rasyidi, SH yang ditemui di ruang kerjanya Selasa (6/1).
Ketiga bank ini diduga sebagai tempat simpanan aliran dana hasil dugaan korupsi yang bersangkutan. Hanya saja, mereka membutuhkan waktu. Pihak bank belum bisa menyebutkan kapan waktu yang pasti akan menyerahkan dana dimaksud. Makanya tahun 2015 ini, pihaknya akan berkoordinasi lagi dengan pihak Bank. "Kemarin kita cek satu persatu,” tuturnya.
Terkait informasi H. Umar di Jakarta katanya, tim sudah melakukan penelusuran sesuai dengan alamat yang dikantongi. Hanya saja, saat itu di rumah seperti yang disebutkan dalam alamat tidak berpenghuni. Meski alamat itu masih kabur, pihaknya tidak akan berhenti sampai disitu untuk mencarinya. Pasalnya, hingga kini tim dari Kejari masih bekerja keras untuk menemukan H Umar. "Tekhnisnya seperti apa, tak bisa disebutkan,” ujarnya.
Apakah Tim Kejaksaan akan memeriksa pihak lain dalam kasus ini? Rasyidi menyebutkan, untuk saat ini belum bisa karena pihaknya harus mencari terlebih dahulu sumbernya. Ia menyatakan, H. Umar merupakan saksi kunci dalam kasus ini, karena saat itu yang bersangkutan merupakan pejabat pengendali. "Untuk membongkar dugaan keterlibatan pihak lain, H. Umar adalah kuncinya," jelasnya.
Ia berharap, dalam waktu dekat ini H. Umar bisa ditemukan. Agar kasus yang terbilang lama ditangani ini, bisa cepat diselesaikan dengan baik. "Semoga dia bisa segera ditemukan," harapnya. (KS-05)
COMMENTS