Saat dan sesudah hujan mengguyur, nyaris seluruh bibir pantai laut Kolo, digenangi air berwarna kecoklatan. Tentu penyebabnya air buangan di gunung sekitar pantai Kolo.
Pemandangan yang tidak biasa kini nampak sepanjang kawasan wisata pantai Kolo. Saat dan sesudah hujan mengguyur, nyaris seluruh bibir pantai laut Kolo, digenangi air berwarna kecoklatan. Tentu penyebabnya air buangan di gunung sekitar pantai Kolo.
Seperti yang terjadi Jum’at dan Sabtu lalu, ribuan pengunjung yang tengah asyik mandi di sepanjang kawasan pantai itu, bergegas pulang. Air laut pantai Kolo yang berubah warna tentu tidak mungkin dinikmati untuk mandi para pengunjung.
Banjir gunung yang selalu bermuara disejumlah titik bibir pantai Kolo, akibat dari aktifitas masyarakat disekitar yang memanfaatkan hamparan pegunungan Kolo untuk bercocok tanam. Hampir seluruh kawasan pegunungan disekitar pantai Kolo, kini terlihat terbuka hijau oleh tanaman padi dan jagung. Praktis, tidak lagi ditemukan pepohonan yang menahan laju air hujan.
Dampaknya erosi air hujan bercampur humus tanah menggenangi laut kawasan Kolo dan jalan sepanjang kawasan pantai tersebut. Lukman salah seorang pengunjung asal Kodo, mengaku kecewa. Keinginan menikmati indahnya berwisata di pantai tersebut, sirna akibat air laut yang tercemar banjir gunung. “Bagaimana mau mandi, airnya coklat dan kotor,“ kesalnya.
Senada dengan Lukman, Darwis warga Sadia juga mengaku hal yang sama. Ia yang datang bersama keluarga, urung mandi laut. Alasannya sama, air kotor dan bercampur lumpur. “Pulang aja mas, airnya keruh, “singkatnya saat diwawancara.
Pengunjung lain juga mengemukakan hal yang sama. Hanya saja, harap mereka, pemerintah semestinya bisa menjaga kelestarian alam disekitar kawasan wisata laut Kolo. Peladang jangan dibiarkan merusak pegunungan disekitar pantai, sehingga banjir gunung yang bercampur lumpur tidak mengotori air laut. (KS-13)
Seperti yang terjadi Jum’at dan Sabtu lalu, ribuan pengunjung yang tengah asyik mandi di sepanjang kawasan pantai itu, bergegas pulang. Air laut pantai Kolo yang berubah warna tentu tidak mungkin dinikmati untuk mandi para pengunjung.
Banjir gunung yang selalu bermuara disejumlah titik bibir pantai Kolo, akibat dari aktifitas masyarakat disekitar yang memanfaatkan hamparan pegunungan Kolo untuk bercocok tanam. Hampir seluruh kawasan pegunungan disekitar pantai Kolo, kini terlihat terbuka hijau oleh tanaman padi dan jagung. Praktis, tidak lagi ditemukan pepohonan yang menahan laju air hujan.
Dampaknya erosi air hujan bercampur humus tanah menggenangi laut kawasan Kolo dan jalan sepanjang kawasan pantai tersebut. Lukman salah seorang pengunjung asal Kodo, mengaku kecewa. Keinginan menikmati indahnya berwisata di pantai tersebut, sirna akibat air laut yang tercemar banjir gunung. “Bagaimana mau mandi, airnya coklat dan kotor,“ kesalnya.
Senada dengan Lukman, Darwis warga Sadia juga mengaku hal yang sama. Ia yang datang bersama keluarga, urung mandi laut. Alasannya sama, air kotor dan bercampur lumpur. “Pulang aja mas, airnya keruh, “singkatnya saat diwawancara.
Pengunjung lain juga mengemukakan hal yang sama. Hanya saja, harap mereka, pemerintah semestinya bisa menjaga kelestarian alam disekitar kawasan wisata laut Kolo. Peladang jangan dibiarkan merusak pegunungan disekitar pantai, sehingga banjir gunung yang bercampur lumpur tidak mengotori air laut. (KS-13)
COMMENTS