Aksi demonstrasi menyorot soal sewa rumah Walikota Bima dan kasus jual beli tanah di depan Kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Bima, Senin (23/2) pagi berakhir ricuh.
Aksi demonstrasi menyorot soal sewa rumah Walikota Bima dan kasus jual beli tanah di depan Kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Bima, Senin (23/2) pagi berakhir ricuh. Belasan massa aksi yang mengatasnamakan Aliansi Pejuang Integritas (API) Bima terlibat aksi saling dorong dengan Aparat Kepolisian dan Satuan Pol PP yang mengamankan aksi.
.jpg "Ketua API Bima, Sudirman SH alias Tofan")
Ketua API Bima, Sudirman SH alias Tofan
Dalam insiden tersebut salah seorang massa aksi mengalami luka ringan. Selain itu, pagar pintu masuk Kantor Pemkot Bima sedikit rusak karena didorong para pendemo. Beruntung, keributan tidak meluas karena mampu diredam Aparat Kepolisian.
Kericuhan bermula saat pendemo hendak memaksa masuk untuk berorasi di depan pagar pembatas, tetapi tidak diijinkan Sat Pol PP. Kekesalan massa aksi juga dipicu karena saat menyampaikan aspirasi, tiba-tiba dari dalam Kantor Pemkot Bima terdengar suara ngaji yang disetel menggunakan pengeras suara. Praktis suara orasi para pendemo saling bersahutan dengan suara ngaji.
Massa menilai, Pemkot Bima sengaja menyetel ngaji tersebut karena tidak punya itikad baik mendengarkan aspirasi masyarakat. Padahal, kedatangan mereka lebih awal dan sudah menyampaikan surat pemberitauan aksi kepada pihak Kepolisian.
“Ini merupakan bentuk penghinaan Pemkot Bima terhadap masyarakat. Massa iya kita datang untuk menyampaikan aspirasi malah disuruh untuk mendengarkan ngaji. Ini sangat tidak beretika,” sorot Koordinator Lapangan, Sudirman.
Meski telah mencoba meminta agar suara ngaji tidak diperdengarkan, tetapi tak ada yang merespon permintaan mereka. Massa pun kesal dan melampiaskan emosi menaiki pagar dan menerobos masuk ke dalam halaman kantor. Kericuhan pun tak terhindarkan. Salah seorang pendemo yang berhasil masuk ditarik ke luar oleh Pol PP dan Aparat Kepolisian.
“Al Quran itu ayat suci, jangan jadikan tameng untuk melindungi kebusukan pribadi, dengan cara memutar ngaji pada saat masyarakat menyampaikan aspirasi. Kami ini melakukan aksi, sudah ada ijin resmi dan tidak anarkis, kenapa disambut seperti ini. Kalau tidak mau ketemu sama masa demonstran, cukup dengarkan saja, tidak usah menyambut dengan ayat suci,” ujar Sudirman alias Topan ini.
Dirinya meminta kepada Walikota Bima untuk tidak sembarang menggunakan Al Quran, karena Al Quran adalah pedoman umat manusia untuk menjalani hidup, bukan untuk melindungi kejahatan. Menurutnya, program Pemerintah Kota Bima, Bima Berzakat dan Magrib mengaji saja tidak jalan. Karena tidak ada ngaji menjelang magrib yang terdengar di masjid, justeru ngaji itu ada di Kantor Walikota ketika ada Demo.
“Ayat suci itu ada waktu dan tempat untuk dilantunkan. Kita semua umat Islam tahu itu. Ini tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba ada suara ngaji dari kantor Walikota. Tidak hanya pendemo yang menyampaikan aspirasi yang terganggu, pegawai yang ada di kantor Walikota pun akan terganggu mendengar suara ngaji yang begitu keras,” tandasnya.
Aksi kembali tetap dilanjutkan walaupun suara ngaji dan orasi menggunakan pengerasan suara saling bersahutan berbalas pantun. Seolah tak ada yang menghiraukan kedatangan para pendemo.
Dalam aksinya, massa mendesak Walikota Bima bertanggungjawab terhadap penggunaan APBD yang dituding banyak dihabiskan untuk keuntungan pribadi. Seperti untuk menyewa rumah dengan alokasi anggaran yang cukup fantastis yakni sebesar Rp.200 Juta. Selain itu, pembelian sejumlah tanah menggunakan APBD seperti di Kelurahan Penaraga dan Kelurahan Rabadompu Barat yang kini ditangani pihak Kepolisian.
Pemkot Bima melalui Plt Kabag Humas dan Protokol, Ihya Gazali, S.Sos yang dikonfirmasi mengaku, pihaknya tidak alergi dengan kritik dan aspirasi sepanjang disampaikan secara santun dan tidak menghujat serta saling menghargai. Apalagi, selama ini Pemkot Bima selalu membuka ruang aspirasi baik melalui masukan berupa surat maupun dialog langsung. Sebab aspirasi sangat dibutuhkan dan akan sangat berharga untuk dijadikan dasar kebijakan.
Sementara terkait pendemo yang disambut setelan ngaji, menurutnya bukan suatu setingan untuk mengabaikan aspirasi yang disampaikan. “Putar ngaji akan kami sajikan setiap hari. Kami tidak alergi dengan aspirasi,” tegas Gazali melalui pesan singkat (sms). (KS-02/KS-13)
Ketua API Bima, Sudirman SH alias Tofan
Dalam insiden tersebut salah seorang massa aksi mengalami luka ringan. Selain itu, pagar pintu masuk Kantor Pemkot Bima sedikit rusak karena didorong para pendemo. Beruntung, keributan tidak meluas karena mampu diredam Aparat Kepolisian.
Kericuhan bermula saat pendemo hendak memaksa masuk untuk berorasi di depan pagar pembatas, tetapi tidak diijinkan Sat Pol PP. Kekesalan massa aksi juga dipicu karena saat menyampaikan aspirasi, tiba-tiba dari dalam Kantor Pemkot Bima terdengar suara ngaji yang disetel menggunakan pengeras suara. Praktis suara orasi para pendemo saling bersahutan dengan suara ngaji.
Massa menilai, Pemkot Bima sengaja menyetel ngaji tersebut karena tidak punya itikad baik mendengarkan aspirasi masyarakat. Padahal, kedatangan mereka lebih awal dan sudah menyampaikan surat pemberitauan aksi kepada pihak Kepolisian.
“Ini merupakan bentuk penghinaan Pemkot Bima terhadap masyarakat. Massa iya kita datang untuk menyampaikan aspirasi malah disuruh untuk mendengarkan ngaji. Ini sangat tidak beretika,” sorot Koordinator Lapangan, Sudirman.
Meski telah mencoba meminta agar suara ngaji tidak diperdengarkan, tetapi tak ada yang merespon permintaan mereka. Massa pun kesal dan melampiaskan emosi menaiki pagar dan menerobos masuk ke dalam halaman kantor. Kericuhan pun tak terhindarkan. Salah seorang pendemo yang berhasil masuk ditarik ke luar oleh Pol PP dan Aparat Kepolisian.
“Al Quran itu ayat suci, jangan jadikan tameng untuk melindungi kebusukan pribadi, dengan cara memutar ngaji pada saat masyarakat menyampaikan aspirasi. Kami ini melakukan aksi, sudah ada ijin resmi dan tidak anarkis, kenapa disambut seperti ini. Kalau tidak mau ketemu sama masa demonstran, cukup dengarkan saja, tidak usah menyambut dengan ayat suci,” ujar Sudirman alias Topan ini.
Dirinya meminta kepada Walikota Bima untuk tidak sembarang menggunakan Al Quran, karena Al Quran adalah pedoman umat manusia untuk menjalani hidup, bukan untuk melindungi kejahatan. Menurutnya, program Pemerintah Kota Bima, Bima Berzakat dan Magrib mengaji saja tidak jalan. Karena tidak ada ngaji menjelang magrib yang terdengar di masjid, justeru ngaji itu ada di Kantor Walikota ketika ada Demo.
“Ayat suci itu ada waktu dan tempat untuk dilantunkan. Kita semua umat Islam tahu itu. Ini tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba ada suara ngaji dari kantor Walikota. Tidak hanya pendemo yang menyampaikan aspirasi yang terganggu, pegawai yang ada di kantor Walikota pun akan terganggu mendengar suara ngaji yang begitu keras,” tandasnya.
Aksi kembali tetap dilanjutkan walaupun suara ngaji dan orasi menggunakan pengerasan suara saling bersahutan berbalas pantun. Seolah tak ada yang menghiraukan kedatangan para pendemo.
Dalam aksinya, massa mendesak Walikota Bima bertanggungjawab terhadap penggunaan APBD yang dituding banyak dihabiskan untuk keuntungan pribadi. Seperti untuk menyewa rumah dengan alokasi anggaran yang cukup fantastis yakni sebesar Rp.200 Juta. Selain itu, pembelian sejumlah tanah menggunakan APBD seperti di Kelurahan Penaraga dan Kelurahan Rabadompu Barat yang kini ditangani pihak Kepolisian.
Pemkot Bima melalui Plt Kabag Humas dan Protokol, Ihya Gazali, S.Sos yang dikonfirmasi mengaku, pihaknya tidak alergi dengan kritik dan aspirasi sepanjang disampaikan secara santun dan tidak menghujat serta saling menghargai. Apalagi, selama ini Pemkot Bima selalu membuka ruang aspirasi baik melalui masukan berupa surat maupun dialog langsung. Sebab aspirasi sangat dibutuhkan dan akan sangat berharga untuk dijadikan dasar kebijakan.
Sementara terkait pendemo yang disambut setelan ngaji, menurutnya bukan suatu setingan untuk mengabaikan aspirasi yang disampaikan. “Putar ngaji akan kami sajikan setiap hari. Kami tidak alergi dengan aspirasi,” tegas Gazali melalui pesan singkat (sms). (KS-02/KS-13)
COMMENTS