Udang Vaname yang memiliki nama latin Penaeus Vannamei kini menjelma menjadi primadona di sejumlah sentra budidaya perikanan di tanah air.
Udang Vaname yang memiliki nama latin Penaeus Vannamei kini menjelma menjadi primadona di sejumlah sentra budidaya perikanan di tanah air. Spesies yang merupakan jenis udang yang diperkenalkan dari kawasan sub-tropis Amerika, seperti Meksiko dan Panama ini menjadi ladang wirausaha perikanan yang menjanjikan saat ini.
Ilustrasi Udang Vaname
Betapa tidak, pasar udang yang konon memiliki rasa daging yang gurih dan berprotein tinggi ini tidak hanya digemari masyarakat dalam negeri, melainkan juga luar negeri, karena inilah kebutuhan ekspor udang vaname dari tahun ke tahun terus meningkat.
Bagaimana dengan di Kabupaten Bima? Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bima Ir. Hj. Nurma yang ditemui Rabu (20/2) di ruang kerjanya memaparkan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir dan telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan produksi perikanan dan menyumbang secara signifikan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor perikanan.
Dijelaskannya, faktor dibalik keberhasilan ini berkat keberhasilan 7 perusahaan tambak udang yang dilakukan masyarakat lokal di wilayah kecamatan Lambu dan kecamatan Sape Pada areal seluas 60 hektar. Secara teknis, jika dibandingkan dengan udang jenis lainnya, karakteristik vaname sangat khas, yaitu memiliki adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, disamping laju pertumbuhannya juga relatif cukup cepat, terutama di bulan pertama dan kedua.
Hj.Nurma mengaku, keberhasilan budidaya di tingkat petani ini menjadi contoh bagi para petani tambak lainnya yang masih mengusahakan budidaya udang secara tradisional. “Prospek yang cerah, harga yang relatif stabil serta pemasaran yang mudah, inilah beberapa hal yang kemudian membuat budidaya udang vaname," imbuhnya dikutip dari Kabag Humas dan Protokol, M Chandra Kusuma, AP.
Untuk pemasaran jelasnya, dapat dilakukan dalam negeri maupun luar negeri, utamanya diserap oleh perusahaan-perusahaan besar di Jawa Timur. Selanjutnya dari perusahaan ini dilakukan ekspor ke luar negeri. Sementara waktu budidaya/pembesaran udang vaname dapat dipanen pada usia 110 hari.
Melihat perkembangan budidaya komoditas udang vename yang menguntungkan petani secara ekonomis, Kadis Perikanan dan Kelautan ini yakin ke depan pendapatan nelayan akan makin meningkat dan dirinya memastikan bahwa hasil yang diperoleh akan menjadi motivasi tersendiri bagi para pengusaha lokal.
Diakuinya, sejauh ini Dinas Perikanan telah melakukan langkah strategis dalam budidaya udang vename di Kabupaten Bima sebagai upaya peningkatan produksi pertambakan termasuk di dalamnya adalah udang dan bandeng. Maka pada akhir tahun 2014 telah dilakukan kegiatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya berupa penyusunan Rancangan detail teknis (Detail Engineering Design/DED) saluran tambak di kawasan pertambakan Waworada, Doro O’O, Laju dan Sondo. “Dengan telah dikeluarkannya DED tersebut, maka diharapkan langkah konstruksi saluran tersebut dapat secara bertahap dilaksanakan oleh KKP mulai tahun 2015 ini," terangnya. (KS-13)
Ilustrasi Udang Vaname
Betapa tidak, pasar udang yang konon memiliki rasa daging yang gurih dan berprotein tinggi ini tidak hanya digemari masyarakat dalam negeri, melainkan juga luar negeri, karena inilah kebutuhan ekspor udang vaname dari tahun ke tahun terus meningkat.
Bagaimana dengan di Kabupaten Bima? Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bima Ir. Hj. Nurma yang ditemui Rabu (20/2) di ruang kerjanya memaparkan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir dan telah memberikan hasil nyata bagi peningkatan produksi perikanan dan menyumbang secara signifikan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor perikanan.
Dijelaskannya, faktor dibalik keberhasilan ini berkat keberhasilan 7 perusahaan tambak udang yang dilakukan masyarakat lokal di wilayah kecamatan Lambu dan kecamatan Sape Pada areal seluas 60 hektar. Secara teknis, jika dibandingkan dengan udang jenis lainnya, karakteristik vaname sangat khas, yaitu memiliki adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, disamping laju pertumbuhannya juga relatif cukup cepat, terutama di bulan pertama dan kedua.
Hj.Nurma mengaku, keberhasilan budidaya di tingkat petani ini menjadi contoh bagi para petani tambak lainnya yang masih mengusahakan budidaya udang secara tradisional. “Prospek yang cerah, harga yang relatif stabil serta pemasaran yang mudah, inilah beberapa hal yang kemudian membuat budidaya udang vaname," imbuhnya dikutip dari Kabag Humas dan Protokol, M Chandra Kusuma, AP.
Untuk pemasaran jelasnya, dapat dilakukan dalam negeri maupun luar negeri, utamanya diserap oleh perusahaan-perusahaan besar di Jawa Timur. Selanjutnya dari perusahaan ini dilakukan ekspor ke luar negeri. Sementara waktu budidaya/pembesaran udang vaname dapat dipanen pada usia 110 hari.
Melihat perkembangan budidaya komoditas udang vename yang menguntungkan petani secara ekonomis, Kadis Perikanan dan Kelautan ini yakin ke depan pendapatan nelayan akan makin meningkat dan dirinya memastikan bahwa hasil yang diperoleh akan menjadi motivasi tersendiri bagi para pengusaha lokal.
Diakuinya, sejauh ini Dinas Perikanan telah melakukan langkah strategis dalam budidaya udang vename di Kabupaten Bima sebagai upaya peningkatan produksi pertambakan termasuk di dalamnya adalah udang dan bandeng. Maka pada akhir tahun 2014 telah dilakukan kegiatan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya berupa penyusunan Rancangan detail teknis (Detail Engineering Design/DED) saluran tambak di kawasan pertambakan Waworada, Doro O’O, Laju dan Sondo. “Dengan telah dikeluarkannya DED tersebut, maka diharapkan langkah konstruksi saluran tersebut dapat secara bertahap dilaksanakan oleh KKP mulai tahun 2015 ini," terangnya. (KS-13)
COMMENTS