Tindakan itu merupakan bentuk protes para sopir terhadap kebijakan Dishubkominfo yang merajia stiker disemua kaca angkot.
Puluhan sopir angkutan kota (angkot) di Kota Bima, Kamis (5/2) pagi serentak menggelar aksi mogok kerja. Tindakan itu merupakan bentuk protes para sopir terhadap kebijakan Dishubkominfo yang merazia stiker disemua kaca angkot. Aksi para sopir itu terang saja membuat penumpang kelabakan dan terlantar di Terminal Dara.
Ilustrasi Stiker Angkot
Selain itu, karena aksi mogok berlangsung hingga siang hari, para pelajar yang merupakan penumpang setiap angkot terpaksa menunggu jemputan dari keluarga mereka di depan sekolah. Ada juga yang memilih menggunakan jasa ojek serta benhur untuk pulang. Seperti terlihat di depan SMAN 2 dan MTs Negeri Raba Kota Bima.
Aksi mogok kerja sopir dilakukan secara spontanitas, merespon rajia dari Petugas Dishubkominfo yang digelar sejak dua hari terakhir. Awalnya, para sopir dari berbagai lajur ini berkumpul di Terminal Dara mulai pukul 09.30 wita. Mereka kemudian berlanjut ke Kantor Dishubkominfo Kota Bima di kawal aparat Kepolisian. Kedatangan mereka bermaksud untuk menyampaikan aspirasi, tuntutan dan keberatan terhadap kebijakan Dishubkominfo.
Seperti terpantau wartawan, puluhan angkot memadati ruas jalan dan halaman depan Kantor Dishubkominfo Kota Bima. Akibatnya, arus lalulintas sempat membuat macet jalan setempat. Untungnya, ada pihak Kepolisian yang mengatur angkot tersebut agar parkir dengan rapi sehingga tidak menggangu pengguna jalan lain.
Salah seorang perwakilan sopir, Jon mengaku tak sepakat dengan kebijakan Dishubkominfo yang mencabut semua stiker di kaca angkot. Terutama dibagian kaca depan angkot yang rata-rata dipasang stiker hitam. Sebab diakuinya, stiker hitam membantu para sopir agar tidak silau saat berkendara. Hal itu bisa mencegah potensi kecelakaan ketika berpapasan dengan kendaraan lain di siang hari.
“Coba saja kalau pakai kaca transparan, tidak saja angkot tetapi pengendara mobil pribadi juga akan merasakan hal yang sama. Bisa-bisa kita kecelakaan karena tidak ada penghalang sinar. Kalau alasannya dicabut karena faktor keamanan dan menghindari kasus pemerkosaan dalam angkot, saya rasa itu terlalu jauh karena tidak pernah terjadi di Bima,” ujarnya di depan Kantor Dishubkominfo, Kamis siang.
Sementara untuk stiker berbentuk tulisan katanya, memang hanya untuk menghias dan memperindah angkot saja. Hal itu menurutnya, juga berpengaruh terhadap animo penumpang saat memiliki angkot yang dinaiki. Terutama penumpang usia pelajar dan mahasiswa sangat tertarik menaiki angkot yang terlihat rapi dan dihias. “Tapi kita tak keberatan kalau memang diminta cabut untuk stiker tulisan. Cuman kita sudah keluarkan biaya banyak untuk memasangnya, rugi dong kita kalau tidak diganti,” tuturnya.
Lanjutnya, soal aturan lain yang ingin diterapkan Dishubkominfo, seperti memasang tulisan rute kendaraan dan nama perusahaan diakui tidak masalah dan siap mengikutinya. Justru bersama sopir lain menyambut baik karena akan semakin memudahkan penumpang.
Hingga berita ini ditulis, perwakilan sopir angkot masih melakukan negosiasi dengan Dishubukominfo. Belum diketahui apa kesepakatan yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut. (KS-13)
Ilustrasi Stiker Angkot
Selain itu, karena aksi mogok berlangsung hingga siang hari, para pelajar yang merupakan penumpang setiap angkot terpaksa menunggu jemputan dari keluarga mereka di depan sekolah. Ada juga yang memilih menggunakan jasa ojek serta benhur untuk pulang. Seperti terlihat di depan SMAN 2 dan MTs Negeri Raba Kota Bima.
Aksi mogok kerja sopir dilakukan secara spontanitas, merespon rajia dari Petugas Dishubkominfo yang digelar sejak dua hari terakhir. Awalnya, para sopir dari berbagai lajur ini berkumpul di Terminal Dara mulai pukul 09.30 wita. Mereka kemudian berlanjut ke Kantor Dishubkominfo Kota Bima di kawal aparat Kepolisian. Kedatangan mereka bermaksud untuk menyampaikan aspirasi, tuntutan dan keberatan terhadap kebijakan Dishubkominfo.
Seperti terpantau wartawan, puluhan angkot memadati ruas jalan dan halaman depan Kantor Dishubkominfo Kota Bima. Akibatnya, arus lalulintas sempat membuat macet jalan setempat. Untungnya, ada pihak Kepolisian yang mengatur angkot tersebut agar parkir dengan rapi sehingga tidak menggangu pengguna jalan lain.
Salah seorang perwakilan sopir, Jon mengaku tak sepakat dengan kebijakan Dishubkominfo yang mencabut semua stiker di kaca angkot. Terutama dibagian kaca depan angkot yang rata-rata dipasang stiker hitam. Sebab diakuinya, stiker hitam membantu para sopir agar tidak silau saat berkendara. Hal itu bisa mencegah potensi kecelakaan ketika berpapasan dengan kendaraan lain di siang hari.
“Coba saja kalau pakai kaca transparan, tidak saja angkot tetapi pengendara mobil pribadi juga akan merasakan hal yang sama. Bisa-bisa kita kecelakaan karena tidak ada penghalang sinar. Kalau alasannya dicabut karena faktor keamanan dan menghindari kasus pemerkosaan dalam angkot, saya rasa itu terlalu jauh karena tidak pernah terjadi di Bima,” ujarnya di depan Kantor Dishubkominfo, Kamis siang.
Sementara untuk stiker berbentuk tulisan katanya, memang hanya untuk menghias dan memperindah angkot saja. Hal itu menurutnya, juga berpengaruh terhadap animo penumpang saat memiliki angkot yang dinaiki. Terutama penumpang usia pelajar dan mahasiswa sangat tertarik menaiki angkot yang terlihat rapi dan dihias. “Tapi kita tak keberatan kalau memang diminta cabut untuk stiker tulisan. Cuman kita sudah keluarkan biaya banyak untuk memasangnya, rugi dong kita kalau tidak diganti,” tuturnya.
Lanjutnya, soal aturan lain yang ingin diterapkan Dishubkominfo, seperti memasang tulisan rute kendaraan dan nama perusahaan diakui tidak masalah dan siap mengikutinya. Justru bersama sopir lain menyambut baik karena akan semakin memudahkan penumpang.
Hingga berita ini ditulis, perwakilan sopir angkot masih melakukan negosiasi dengan Dishubukominfo. Belum diketahui apa kesepakatan yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut. (KS-13)
COMMENTS