Warga Lingkungan Tolotando Kelurahan Matakando beberapa hari kemarin dihebohkan dengan penemuan batu akik jenis Kalsedon.
Warga Lingkungan Tolotando Kelurahan Matakando beberapa hari kemarin dihebohkan dengan penemuan batu akik jenis Kalsedon. Ukurannya mencapai 30 kali 30 sentimeter. Batu itu ditemukan beberapa warga setempat di sungai tak jauh dari pemukiman. Jenis batu tersebut dipercaya warga merupakan batu berkualitas tinggi dan memiliki harga mahal.
Ilustrasi Batu Giok
Informasi itu pun menyebar begitu cepat dan diketahui sejumlah pencinta batu akik di Bima. Akibatnya, batu hasil temuan itu menjadi bahan pembicaraan warga dari mulut ke mulut. Tak sedikit yang datang karena penasaran ingin melihat langsung rupa batu Kalsedon itu. Bahkan, beberapa warga pencinta batu akik berniat membeli dari pemiliknya.
Menurut salah seorang warga, Arif Rahman (32), batu bercorak mirip giok berwarna hijau itu ditemukannya di Sungai Kantu’u yang berjarak sekitar 7 kilometer dari Lingkungan Tolotando bersama lima rekannya. “Pada Jumat malam lalu beberapa pencinta batu akik di Kota Bima datang kerumah saya dan meminta untuk dibayar Rp. 1,5 Juta. Tapi saya belum kasih karena tertarik pada batu akik tersebut,” cerita Arif saat ditemui dikediamannnya.
Diakuinya, informasi tentang Batu Kalsedon itu awalnya diketahui dari mahasiswa yang melakukan penelitian. Menurut mahaiswa, batu akik warna hijau banyak terdapat di wilayah Tolotando Kelurahan Matakando. Atas informasi itu, Ia bersama rekannya mencari batu tersebut untuk membuktikannya. Alhasil, ternyata memang benar ada dan bukan sekedar isu belaka. “Setelah kami cari di Sungai Kantu’u, ternyata batu jenis Kalsedon mirip giok dan naga swis tersebut memang ada,” akunya.
Untuk membawa batu berukuran cukup besar itu, Ia bersama rekannya membutuhkan waktu sekitar tiga jam lamanya. Lantaran berat, saling bergantian memikulnya.
Gobang, Pencinta batu akik asal Penaraga mengaku, Kalsedon memang merupakan batu kualitas tinggi. Hanya saja, perlu kehati-hatian untuk mengasahkan menjadi batu cincin karena mudah pecah. Apalagi, setelah melihat langsung batu yang ditemukan tersebut menilainya masih berusia muda. Batu serupa juga diakui banyak terdapat di Desa Karampi Kecamatan Langgudu. (KS-04)
Ilustrasi Batu Giok
Informasi itu pun menyebar begitu cepat dan diketahui sejumlah pencinta batu akik di Bima. Akibatnya, batu hasil temuan itu menjadi bahan pembicaraan warga dari mulut ke mulut. Tak sedikit yang datang karena penasaran ingin melihat langsung rupa batu Kalsedon itu. Bahkan, beberapa warga pencinta batu akik berniat membeli dari pemiliknya.
Menurut salah seorang warga, Arif Rahman (32), batu bercorak mirip giok berwarna hijau itu ditemukannya di Sungai Kantu’u yang berjarak sekitar 7 kilometer dari Lingkungan Tolotando bersama lima rekannya. “Pada Jumat malam lalu beberapa pencinta batu akik di Kota Bima datang kerumah saya dan meminta untuk dibayar Rp. 1,5 Juta. Tapi saya belum kasih karena tertarik pada batu akik tersebut,” cerita Arif saat ditemui dikediamannnya.
Diakuinya, informasi tentang Batu Kalsedon itu awalnya diketahui dari mahasiswa yang melakukan penelitian. Menurut mahaiswa, batu akik warna hijau banyak terdapat di wilayah Tolotando Kelurahan Matakando. Atas informasi itu, Ia bersama rekannya mencari batu tersebut untuk membuktikannya. Alhasil, ternyata memang benar ada dan bukan sekedar isu belaka. “Setelah kami cari di Sungai Kantu’u, ternyata batu jenis Kalsedon mirip giok dan naga swis tersebut memang ada,” akunya.
Untuk membawa batu berukuran cukup besar itu, Ia bersama rekannya membutuhkan waktu sekitar tiga jam lamanya. Lantaran berat, saling bergantian memikulnya.
Gobang, Pencinta batu akik asal Penaraga mengaku, Kalsedon memang merupakan batu kualitas tinggi. Hanya saja, perlu kehati-hatian untuk mengasahkan menjadi batu cincin karena mudah pecah. Apalagi, setelah melihat langsung batu yang ditemukan tersebut menilainya masih berusia muda. Batu serupa juga diakui banyak terdapat di Desa Karampi Kecamatan Langgudu. (KS-04)
COMMENTS