Banjir pegunungan akibat hujan besar yang mengguyur Kota Bima beberapa hari lalu menyebabkan Dam Keli Kelurahan Ntobo Kecamatan Raba Kota Bima tertimbun lumpur
Banjir pegunungan akibat hujan besar yang mengguyur Kota Bima beberapa hari lalu menyebabkan Dam Keli Kelurahan Ntobo Kecamatan Raba Kota Bima tertimbun lumpur. Tak hanya itu, banjir juga hampir membuat sayap bagian utara Dam hampir ambruk. Akibat kondisi, Dam tak bisa lagi mengairi persawahan di lima kelurahan karena tersumbat.
Ilustrasi Banjir
Untuk membantu para petani agar sawah mereka tetap terairi Dam, Jum’at (3/4) lalu Lurah Penanae, Iskandar, S.Sos memimpin gotong royong bersama puluhan warga dari kelurahan Rite dan Penanae. Gotong royong itu merupakan rutinitas tiga kali sebulan. Tujuannya untuk mengantisipasi banjir susulan dan membersihkan Dam dari lumpur agar tidak tersumbat.
Pasalnya, kondisi tersumbatnya parit Dam yang mengairi persawahan dapat mengakibatkan petani gagal panen karena padi kekurangan air. “Air Dam ini mengairi lahan pertanian di Kelurahan Ntobo, Rite, Penanae, Penatoi, Matakando dan Santi ini. Keberadan dam ini membuat petani merasa terbantu, karena mereka dapat memetik panennya tiga kali setahun,” kata Lurah pada wartawan, Sabtu (4/4) lalu.
Iskandar memperkirakan, dam setempat mampu mengairi sawah seluas 112 Hektar (Ha) di kelurahan Rite dan Penanae. Ditambah lagi persawahan di wilayah Penatoi, Matakando dan Santi. Lurah berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Bima segera mencairkan anggaran perbaikan parit Dam Keli dari proposal yang diajukan petani. Pasalnya, sungai dari arah utara Dam dapat mengakibatkan dam jebol sehingga sungai akan dipindahkan 10 Meter dari sungai sebelumnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Kelompok Tani Ngahi Rawi Pahu, Abubakar Umar. Diakuinya, persawahan di Rite seluas 42 Ha juga terdapat tanah pribadi milik Hj. Mariah, orang tuanya Walikota Bima, HM. Qurais H. Abidin seluas 4 Ha. “Untuk itu, kiranya walikota Bima dapat segera mungkin mengoptimalkan permohonan rakyatnya bagi kebutuhan para petani,” harapnya.
Lanjut Abubakar, keberadaan Dam Keli tidak luput dari dukungan mata air di sekitarnya. Seperti mata air Oi Seli (Lingkungan Busu) dan Oi Talaga (Lingkungan Ntobo). Sehingga walaupun pada musim kemarau air di dam ini tidak pernah kering selalu dialiri air dari dua mata air tersebut. “Rasa solidaritas masyarakat disini sangat tinggi untuk terlibat aktif dalam kegiatan gotong royong, sehingga tanpa komandopun mereka langsung ambil bagian,” tambahnya. (KS-04)
Ilustrasi Banjir
Untuk membantu para petani agar sawah mereka tetap terairi Dam, Jum’at (3/4) lalu Lurah Penanae, Iskandar, S.Sos memimpin gotong royong bersama puluhan warga dari kelurahan Rite dan Penanae. Gotong royong itu merupakan rutinitas tiga kali sebulan. Tujuannya untuk mengantisipasi banjir susulan dan membersihkan Dam dari lumpur agar tidak tersumbat.
Pasalnya, kondisi tersumbatnya parit Dam yang mengairi persawahan dapat mengakibatkan petani gagal panen karena padi kekurangan air. “Air Dam ini mengairi lahan pertanian di Kelurahan Ntobo, Rite, Penanae, Penatoi, Matakando dan Santi ini. Keberadan dam ini membuat petani merasa terbantu, karena mereka dapat memetik panennya tiga kali setahun,” kata Lurah pada wartawan, Sabtu (4/4) lalu.
Iskandar memperkirakan, dam setempat mampu mengairi sawah seluas 112 Hektar (Ha) di kelurahan Rite dan Penanae. Ditambah lagi persawahan di wilayah Penatoi, Matakando dan Santi. Lurah berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Bima segera mencairkan anggaran perbaikan parit Dam Keli dari proposal yang diajukan petani. Pasalnya, sungai dari arah utara Dam dapat mengakibatkan dam jebol sehingga sungai akan dipindahkan 10 Meter dari sungai sebelumnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Kelompok Tani Ngahi Rawi Pahu, Abubakar Umar. Diakuinya, persawahan di Rite seluas 42 Ha juga terdapat tanah pribadi milik Hj. Mariah, orang tuanya Walikota Bima, HM. Qurais H. Abidin seluas 4 Ha. “Untuk itu, kiranya walikota Bima dapat segera mungkin mengoptimalkan permohonan rakyatnya bagi kebutuhan para petani,” harapnya.
Lanjut Abubakar, keberadaan Dam Keli tidak luput dari dukungan mata air di sekitarnya. Seperti mata air Oi Seli (Lingkungan Busu) dan Oi Talaga (Lingkungan Ntobo). Sehingga walaupun pada musim kemarau air di dam ini tidak pernah kering selalu dialiri air dari dua mata air tersebut. “Rasa solidaritas masyarakat disini sangat tinggi untuk terlibat aktif dalam kegiatan gotong royong, sehingga tanpa komandopun mereka langsung ambil bagian,” tambahnya. (KS-04)
COMMENTS