Lantaran kesal terhadap Kepala Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Rusdi ahli waris tanah yang mengklaim sebagai pemilik tanah di sekitar areal bandara setempat membakar sebuah gubuk di sekitar tower penerbangan beserta belasan orang lainnya.
Lantaran kesal terhadap Kepala Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Rusdi ahli waris tanah yang mengklaim sebagai pemilik tanah di sekitar areal bandara setempat membakar sebuah gubuk di sekitar tower penerbangan beserta belasan orang lainnya. Tak hanya itu, mereka juga berupaya untuk melakukan penyegelan. Beruntung, Anggota Polres Bima Kabupaten berhasil menghalau dan mengajak mereka diskusi.
Peristiwa pembakaran gubuk itu, terjadi sekitar pukul 10.15 Wita, Senin (20/4) lalu. Belasan keluarga pemilik tanah itu membakar gubuk karena merasa kesal karena tidak adanya pernyataan resmi dari Kepala Bandara yang sebelumnya telah bersedia beraudiensi dengan mereka. "Padahal, Kepala Bandara sudah siap untuk melakukan audensi dengan kami. Tapi saat kami datang, dia malah melarikan diri," kesal Rusdi.
Tidak hanya itu, pihakn juga ingin melakukan penyegelan terhadap Tower Bandara itu. Namun, dihalau Kepolisian. "Kami sangat kecewa sengan pihak Bandara ini. Yang dilakukan pihak Bandara, adalah pembodohan terhadap kami selaku ahli waris,"ungkapnya.
Hal ini terpaksa dilakukan katanya, karena tuntutan agar pihak Bandara segera membayar lahan yang tersisa seluas 60 Are itu belum juga direspon. Harga tanah per are itu disepakati dengan harga Rp.20 Juta. Namun pihak Bandara hanya sanggup membayar Rp.10 Juta per are. "Tentu saya selaku ahli waris tidak terima dengan hal itu," jelasnya.
Semua tindakan tersebut, dilakukan semata-mata sebagai bentuk kekecewaannya terhadap pihak Bandara. "Ini tidak bisa dibiarkan, kami akan kembali dan menagih hak kami yang belum diselesaikan," tegasnya.
Sementara Kepala Bandara Sultan Muhammad Salahudin Bima, belum berhasil dikonfirmasi. Saat ahli waris dan warga lain ngamuk Kepala Bandara, diduga berangkat ke Jakarta dengan menggunakan Pesawat Lion Air. (KS-05)
Peristiwa pembakaran gubuk itu, terjadi sekitar pukul 10.15 Wita, Senin (20/4) lalu. Belasan keluarga pemilik tanah itu membakar gubuk karena merasa kesal karena tidak adanya pernyataan resmi dari Kepala Bandara yang sebelumnya telah bersedia beraudiensi dengan mereka. "Padahal, Kepala Bandara sudah siap untuk melakukan audensi dengan kami. Tapi saat kami datang, dia malah melarikan diri," kesal Rusdi.
Tidak hanya itu, pihakn juga ingin melakukan penyegelan terhadap Tower Bandara itu. Namun, dihalau Kepolisian. "Kami sangat kecewa sengan pihak Bandara ini. Yang dilakukan pihak Bandara, adalah pembodohan terhadap kami selaku ahli waris,"ungkapnya.
Hal ini terpaksa dilakukan katanya, karena tuntutan agar pihak Bandara segera membayar lahan yang tersisa seluas 60 Are itu belum juga direspon. Harga tanah per are itu disepakati dengan harga Rp.20 Juta. Namun pihak Bandara hanya sanggup membayar Rp.10 Juta per are. "Tentu saya selaku ahli waris tidak terima dengan hal itu," jelasnya.
Semua tindakan tersebut, dilakukan semata-mata sebagai bentuk kekecewaannya terhadap pihak Bandara. "Ini tidak bisa dibiarkan, kami akan kembali dan menagih hak kami yang belum diselesaikan," tegasnya.
Sementara Kepala Bandara Sultan Muhammad Salahudin Bima, belum berhasil dikonfirmasi. Saat ahli waris dan warga lain ngamuk Kepala Bandara, diduga berangkat ke Jakarta dengan menggunakan Pesawat Lion Air. (KS-05)
COMMENTS