Bahkan, pelaksanaanya terkesan amburadul. Pasalnya, uji coba pada SD yang satu tidak sama dengan yang lain.
Tahun 2015 ini, sepertinya tidak hanya pola Ujian Nasional (UN) yang mengalami perubahan. Tapi juga pelaksanaan Uji Coba (Try Out) sebagai persiapan menghadapi UN dan Ujian Sekolah (US). Bahkan, pelaksanaanya terkesan amburadul. Pasalnya, uji coba pada SD yang satu tidak sama dengan yang lain. Sebagian sekolah lengkap dengan nomor peserta ujian di bangku, sementara sebagiannya justeru tidak ada.
Bedanya, masing-masing sekolah pelaksana try out menggunakan pengawas dari guru sekolah itu sendiri. Selain itu, nomor ujian juga tidak ditempel pada setiap bangku siswa. "Tahun sebelumnya, pengawas try out dari luar sekolah. Misalnya, guru pada sekolah A mengawas sekolah B. Begitupun, di sekolah lain. Kali ini beda, masing-masing sekolah memanfaatkan guru yang ada dalam sekolah sendiri untuk mengawas ujian tersebut," kata salah seorang guru yang enggan namanya dikorankan.
Efeknya lanjut sumber, dikhawatirkan menimbulkan ketidakseriusan siswa dalam mengikuti uji coba tersebut. Mengingat, pengawas bukan dari sekolah lain, melainkan guru yang setiap hari bertatap muka dengan mereka. Ditambah lagi, tidak ada nomor peserta ujian yang ditempel di meja ujian. "Memang ini hanya uji coba, tapi harus disadari, ujian semacam ini merupakan tolak ukur kemampuan siswa dalam mengikuti UN dan US. Termasuk, memacu semangat siswa sebagai modal menghadapi ujian tersebut," ujarnya.
Sumber tak menampik jika metode ujian, seperti penentu kelulusan ditentukan masing-masing satuan pendidikan. Namun, perubahan itu tidak menjamin siswa 100 persen lulus. Justeru, takutnya jadi boomerang yang menghambat target pencapaian kelulusan. Maksudnya, bukan berharap persentase kelulusan menurun dibanding tahun sebelumnya. "Artinya, perubahan metode UN jangan dianggap sepele. Malah, kita yang mengabdikan diri di dunia pendidikan lebih serius. Termasuk, persiapan semacam ini harus diseriusi. Faktanya, bisa dilihat try out tidak maksimal seperti tahun sebelumnya," tandas sumber.
Kedepanya, sumber berharap perbedaan pelaksanaan try out kali ini tidak terulang di tahun berikutnya. Karena, bakal berdampak negatif pada perolehan nilai ujian siswa. Akibatnnya harapan pelajar dan orang tua siswa,termasuk dunia pendidikan pada umumnya untuk mendapat nilai sesuai standar kelulusan praktis mengecewakan. Efeknnya, tidak hanya dunia pendidikan dan orang tua siswa yang kecewa. Tapi, juga akan berpengaruh pada psikologis pelajar. "Efek negatifnya perlu kita pikirkan bersama,jangan dianggap sepele.Karenanya, saya berharap cara seperti ini tidak terulang di tahun berikutnya," pinta sumber. (KS-09)
Bedanya, masing-masing sekolah pelaksana try out menggunakan pengawas dari guru sekolah itu sendiri. Selain itu, nomor ujian juga tidak ditempel pada setiap bangku siswa. "Tahun sebelumnya, pengawas try out dari luar sekolah. Misalnya, guru pada sekolah A mengawas sekolah B. Begitupun, di sekolah lain. Kali ini beda, masing-masing sekolah memanfaatkan guru yang ada dalam sekolah sendiri untuk mengawas ujian tersebut," kata salah seorang guru yang enggan namanya dikorankan.
Efeknya lanjut sumber, dikhawatirkan menimbulkan ketidakseriusan siswa dalam mengikuti uji coba tersebut. Mengingat, pengawas bukan dari sekolah lain, melainkan guru yang setiap hari bertatap muka dengan mereka. Ditambah lagi, tidak ada nomor peserta ujian yang ditempel di meja ujian. "Memang ini hanya uji coba, tapi harus disadari, ujian semacam ini merupakan tolak ukur kemampuan siswa dalam mengikuti UN dan US. Termasuk, memacu semangat siswa sebagai modal menghadapi ujian tersebut," ujarnya.
Sumber tak menampik jika metode ujian, seperti penentu kelulusan ditentukan masing-masing satuan pendidikan. Namun, perubahan itu tidak menjamin siswa 100 persen lulus. Justeru, takutnya jadi boomerang yang menghambat target pencapaian kelulusan. Maksudnya, bukan berharap persentase kelulusan menurun dibanding tahun sebelumnya. "Artinya, perubahan metode UN jangan dianggap sepele. Malah, kita yang mengabdikan diri di dunia pendidikan lebih serius. Termasuk, persiapan semacam ini harus diseriusi. Faktanya, bisa dilihat try out tidak maksimal seperti tahun sebelumnya," tandas sumber.
Kedepanya, sumber berharap perbedaan pelaksanaan try out kali ini tidak terulang di tahun berikutnya. Karena, bakal berdampak negatif pada perolehan nilai ujian siswa. Akibatnnya harapan pelajar dan orang tua siswa,termasuk dunia pendidikan pada umumnya untuk mendapat nilai sesuai standar kelulusan praktis mengecewakan. Efeknnya, tidak hanya dunia pendidikan dan orang tua siswa yang kecewa. Tapi, juga akan berpengaruh pada psikologis pelajar. "Efek negatifnya perlu kita pikirkan bersama,jangan dianggap sepele.Karenanya, saya berharap cara seperti ini tidak terulang di tahun berikutnya," pinta sumber. (KS-09)
COMMENTS