Untuk mengenyam Pendidikan yang tinggi tidak saja dibutuhkan modal besar. Tetapi, lebih pada tekad, semangat, kerja keras, perjuangan dan kemauan yang tinggi.
Bima, KS.- Untuk mengenyam Pendidikan yang tinggi tidak saja dibutuhkan modal besar. Tetapi, lebih pada tekad, semangat, kerja keras, perjuangan dan kemauan yang tinggi. Demikian halnya yang dilakukan Ariyadi, pelajar kelas 2 SMP Muhamadiyah Kota Bima.
Pelajar berumur 13 Tahun itu menjajakan kue demi membantu sang Ibu membiayai hidup dan pendidikan. Profesi yang sudah 3 Tahun ia geluti itu dilakoninya setiap hari sepulang dari Sekolah. "Setiap sore hari, saya keliling kampung ke kampung demi menjajakan kue," katanya dengan polos saat ditanya wartawan Koran Stabilitas.
Keuntungan dari penjualan kue hasil buatan tangan sang ibunya itu tidak banyak. Dalam sehari, Ariyadi hanya mendapat keuntungan Rp.3 Ribu perak. Itupun, kalau jajan daganganya laris semua. Tapi kalau tidak laku, sisa jualan terpaksa dibawa pulang ke rumahnya yang berlokasi di Lingkungan Tolo Bali Kelurahan Sarae Kota Bima.
"Kalau terjual semua saya hanya dikasih uang saku Rp.3 ribu, Bagi saya, itu sudah lebih dari cukup. Lagipula, saya menjual kue ini semata-mata untuk membantu sang ibu mencari nafkah. Termasuk, biaya sekolah saya dan saudara," ujarnya.
Apalagi, dirinya hidup bersama ayah dan saudara tiri. Suka duka dalam menjalani hidup tanpa ayah kandung sudah berlangsung sejak sang ayahnya pergi meninggalkan sang ibu.Tapi itu bukan menjadi masalah, karena sudah terbiasa hidup dengan kondisi seperti itu, hidup tanpa kasih sayang ayah kandung."Saya sudah terbiasa hidup terpisah dengan ayah kandung. Rasa kangen terhadap sang ayah, sudah pasti. Saya yakin semua merasakan seperti yang rasakan," akunya polos.
Sepertinya, beragam masalah yang sudah dan sedang dialami bukan hambatan dalam menjalani hidup. Baginya, yang paling penting adalah menyelesaikan pendidikan agar dapat melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi. Meski, hanya mengandalkan hasil jerih payah sang ibu yang membuka usaha kecil (kios). "Hidup terpisah dengan ayah kandung tidak terlalu saya pikirkan. Saya lebih fokus pada pendidikan," tuturnya. (KS-09)
Pelajar berumur 13 Tahun itu menjajakan kue demi membantu sang Ibu membiayai hidup dan pendidikan. Profesi yang sudah 3 Tahun ia geluti itu dilakoninya setiap hari sepulang dari Sekolah. "Setiap sore hari, saya keliling kampung ke kampung demi menjajakan kue," katanya dengan polos saat ditanya wartawan Koran Stabilitas.
Keuntungan dari penjualan kue hasil buatan tangan sang ibunya itu tidak banyak. Dalam sehari, Ariyadi hanya mendapat keuntungan Rp.3 Ribu perak. Itupun, kalau jajan daganganya laris semua. Tapi kalau tidak laku, sisa jualan terpaksa dibawa pulang ke rumahnya yang berlokasi di Lingkungan Tolo Bali Kelurahan Sarae Kota Bima.
"Kalau terjual semua saya hanya dikasih uang saku Rp.3 ribu, Bagi saya, itu sudah lebih dari cukup. Lagipula, saya menjual kue ini semata-mata untuk membantu sang ibu mencari nafkah. Termasuk, biaya sekolah saya dan saudara," ujarnya.
Apalagi, dirinya hidup bersama ayah dan saudara tiri. Suka duka dalam menjalani hidup tanpa ayah kandung sudah berlangsung sejak sang ayahnya pergi meninggalkan sang ibu.Tapi itu bukan menjadi masalah, karena sudah terbiasa hidup dengan kondisi seperti itu, hidup tanpa kasih sayang ayah kandung."Saya sudah terbiasa hidup terpisah dengan ayah kandung. Rasa kangen terhadap sang ayah, sudah pasti. Saya yakin semua merasakan seperti yang rasakan," akunya polos.
Sepertinya, beragam masalah yang sudah dan sedang dialami bukan hambatan dalam menjalani hidup. Baginya, yang paling penting adalah menyelesaikan pendidikan agar dapat melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi. Meski, hanya mengandalkan hasil jerih payah sang ibu yang membuka usaha kecil (kios). "Hidup terpisah dengan ayah kandung tidak terlalu saya pikirkan. Saya lebih fokus pada pendidikan," tuturnya. (KS-09)
COMMENTS