H. Karim, seorang kakek tua berusia 80 Tahun Selasa (5/5) mendatangi Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima. Kedatangan warga Desa Tente Sukamaju Kecamatan Woha
H. Karim, seorang kakek tua berusia 80 Tahun Selasa (5/5) mendatangi Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima. Kedatangan warga Desa Tente Sukamaju Kecamatan Woha tersebut hendak menemui Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten, HM.Taufik, Hak, guna mengadukan masalah yang dialaminya dan keluarga. Apa sebenarnya persoalan yang tengah dihadapi kakek tua dimaksud, berikut pengakuanya pada Wartawan Koran Stabilitas.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten, HM.Taufik, Hak
Selama belasan tahun, pria paruh bayah itu menghidupi istri dan anaknya lewat usaha kios di lokasi Terminal Tente. Usaha kecil sebagai jalan mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari dimulai sejak kondisi terminal tak seperti saat ini. Mengingat, sebelumnya areal terminal itu tak tertata dengan baik dan dipenuhi sampah.”Prihatin atas banyaknya sampah pada areal terminal itu, saya bersama istri tercinta membersihkanya hanya dalam waktu dua hari,” ujar H.Karim pada Koran Stabilitas.
Sayangnya jasa sang kakek beserta keluarga yang membersihkan kotoran sampah pada areal terminal tersebut terkesan tidak dihargai oleh Pemerintah daerah. Masalahnya, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kabupaten berencana menggantikan tempat penjualan yang sebelumnya digunakan kakek itu dengan orang lain. ”Jasa saya tidak dihargai, tempat jualan saya selama belasan tahun mau digantikan dengan orang lain. Kasarnya, dishubkominfo mau mengusir saya dari tempat jualan itu, lalu menggantikanya dengan orang lain,” tuturnya.
Karim menduga, ada motif lain dibalik rencana pemerintah daerah melalui dinas itu. Sebab, orang yang ditunjuk untuk memanfaatkan tempat jualanya bukan masyarakat biasa, melainkan dari kalangan aktivis. Ditambah lagi katanya, mencuat informasi aktivis dimaksud mengancam akan melakukan aksi demonstrasi.”Saya curiga, tempat jualan saya dimanfaatkan oleh Instansi itu untuk menghentikan aksi aktivis itu. Kalau tidak salah ingat, nama aktivis itu yakni Ardiansyah,” akunya.
Menurutnya, tindakan pemerintah terkait hal itu sangat berlebihan, bahkan tidak manusiawi. Karena, mengorbankan orang lain demi kepentingan kelompok tertentu. Jadi wajar apabila dirinya menolak keras keinginan dinas dalam kaitan itu, bahkan dirinya mengaku siap pasang badan demi mempertahankan tempat jualan tersebut. ”Saya rela pasang badan demi mempertahankan tempat itu, karena selama belasan tahun saya menempati tempat itu,” tegasnya.
Sementara pihak dishubkominfo yang hendak dikonfirmasi guna perimbangan berita tidak berhasil ditemui. Begitupun, Sekda Kabupaten, Drs. HM. Taufik Hak yang ditunggu selama tiga jam lamanya oleh wartawan dan kakek itu juga belum berhasil ditemui. Karena sedang sibuk rapat dengan staf dan anggota dewan. (KS-09)
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten, HM.Taufik, Hak
Selama belasan tahun, pria paruh bayah itu menghidupi istri dan anaknya lewat usaha kios di lokasi Terminal Tente. Usaha kecil sebagai jalan mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari dimulai sejak kondisi terminal tak seperti saat ini. Mengingat, sebelumnya areal terminal itu tak tertata dengan baik dan dipenuhi sampah.”Prihatin atas banyaknya sampah pada areal terminal itu, saya bersama istri tercinta membersihkanya hanya dalam waktu dua hari,” ujar H.Karim pada Koran Stabilitas.
Sayangnya jasa sang kakek beserta keluarga yang membersihkan kotoran sampah pada areal terminal tersebut terkesan tidak dihargai oleh Pemerintah daerah. Masalahnya, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Kabupaten berencana menggantikan tempat penjualan yang sebelumnya digunakan kakek itu dengan orang lain. ”Jasa saya tidak dihargai, tempat jualan saya selama belasan tahun mau digantikan dengan orang lain. Kasarnya, dishubkominfo mau mengusir saya dari tempat jualan itu, lalu menggantikanya dengan orang lain,” tuturnya.
Karim menduga, ada motif lain dibalik rencana pemerintah daerah melalui dinas itu. Sebab, orang yang ditunjuk untuk memanfaatkan tempat jualanya bukan masyarakat biasa, melainkan dari kalangan aktivis. Ditambah lagi katanya, mencuat informasi aktivis dimaksud mengancam akan melakukan aksi demonstrasi.”Saya curiga, tempat jualan saya dimanfaatkan oleh Instansi itu untuk menghentikan aksi aktivis itu. Kalau tidak salah ingat, nama aktivis itu yakni Ardiansyah,” akunya.
Menurutnya, tindakan pemerintah terkait hal itu sangat berlebihan, bahkan tidak manusiawi. Karena, mengorbankan orang lain demi kepentingan kelompok tertentu. Jadi wajar apabila dirinya menolak keras keinginan dinas dalam kaitan itu, bahkan dirinya mengaku siap pasang badan demi mempertahankan tempat jualan tersebut. ”Saya rela pasang badan demi mempertahankan tempat itu, karena selama belasan tahun saya menempati tempat itu,” tegasnya.
Sementara pihak dishubkominfo yang hendak dikonfirmasi guna perimbangan berita tidak berhasil ditemui. Begitupun, Sekda Kabupaten, Drs. HM. Taufik Hak yang ditunggu selama tiga jam lamanya oleh wartawan dan kakek itu juga belum berhasil ditemui. Karena sedang sibuk rapat dengan staf dan anggota dewan. (KS-09)
COMMENTS