Insiden kericuhan saat sidang paripurna hingga nyaris adu jotos antara Ketua Komisi III, Drs H Mustahid, H Kako, MM dengan Edi Muhlis, S.Sos
Bima, KS - Insiden kericuhan saat sidang paripurna hingga nyaris adu jotos antara Ketua Komisi III, Drs H Mustahid, H Kako, MM dengan Edi Muhlis, S.Sos Anggota Dewan duta Partai Naasdem Sabtu lalu, memperoleh perhatian sejumlah pihak. Salah satunya, Akademisi Perguruan Tinggi Swasta Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (PTS-STISIP) Bima, Drs Arif Sukirman, MH.
Drs Arif Sukirman, MH
Arif menilai, insiden itu sangat memalukan, tidak mendidik sekaligus tidak memberikan pelajaran yang baik untuk rakyat. Sebab, terjadi saat rapat paripurna persiapan masa sidang II DPRD Kabupaten Bima. Menyikapi masalah itu, 45 wakil rakyat tanpa terkecuali disarankannya agar lebih dewasa dan beretika dalam menjalankan tugas. Lebih-lebih, untuk dua politisi yang terlibat dalam insiden tersebut. Apalagi, keduanya berada dalam satu Komisi, antara Ketua dan Anggota Komisi III. Selain itu, juga sama-sama pernah menekuni profesi wartawan. "Mereka kan antara senior dan junior, baik dalam dunia politik maupun wartawan. Karena itu, saya sarankan agar lebih dewasa dan beretika dalam menjalankan tugas sebagai wakil rakyat," kata Arif Sukirman, Selasa (23/05) kemarin.
Semestinya lanjut Dae Moa (sapaan akrab), insiden itu tidak terjadi. Apalagi, terjadi saat rapat resmi dihadapan sejumlah pihak. Termasuk, pihak Eksekutif yang dicontrol dan diawasi Legislatif dalam menjalankan roda pemerintahan. Artinya, keberadaan wakil rakyat kapan dan dimanapun, lebih-lebih saat rapat mesti memberikan contoh, panutan dan pelajaran yang baik untuk siapapun. Sehingga, tidak menjadi bahan tertawaan dan perbincangan khalayak ramai.
"Kalau seperti itu yang terjadi, saya pastikan itu akan catatan buruk bagi publik dan lembaga terhormat tersebut. Apalagi berlangsung dihadapan eksekutif, wartawan dan undangan lain. Maunya saya, hal itu tidak terjadi, karena dampak negatif sangat besar," ujarnya.
Menjadi wakil rakyat yang mengemban sejumlah amanat rakyat bukanlah sesuatu yang mudah. Karena selain menjalankan tugas, menyerap aspirasi rakyat sekaligus memperjuangkan hingga membuahkan hasil, juga dituntut untuk menjadi contoh, panutan dan pedoman bagi rakyat banyak. Jadi pintanya, harus menjaga keharmonisan, solid, bersatu, dan mengedepankan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan atau golongan tertentu. "Solusinya, mereka harus saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Junior menghormati senior, begitupun sebaliknya. Tapi dengan catatan, harus pofesional dalam menjalankan tugas demi kebaikan daerah dan rakyat," harapnya. (KS-09)
Drs Arif Sukirman, MH
Arif menilai, insiden itu sangat memalukan, tidak mendidik sekaligus tidak memberikan pelajaran yang baik untuk rakyat. Sebab, terjadi saat rapat paripurna persiapan masa sidang II DPRD Kabupaten Bima. Menyikapi masalah itu, 45 wakil rakyat tanpa terkecuali disarankannya agar lebih dewasa dan beretika dalam menjalankan tugas. Lebih-lebih, untuk dua politisi yang terlibat dalam insiden tersebut. Apalagi, keduanya berada dalam satu Komisi, antara Ketua dan Anggota Komisi III. Selain itu, juga sama-sama pernah menekuni profesi wartawan. "Mereka kan antara senior dan junior, baik dalam dunia politik maupun wartawan. Karena itu, saya sarankan agar lebih dewasa dan beretika dalam menjalankan tugas sebagai wakil rakyat," kata Arif Sukirman, Selasa (23/05) kemarin.
Semestinya lanjut Dae Moa (sapaan akrab), insiden itu tidak terjadi. Apalagi, terjadi saat rapat resmi dihadapan sejumlah pihak. Termasuk, pihak Eksekutif yang dicontrol dan diawasi Legislatif dalam menjalankan roda pemerintahan. Artinya, keberadaan wakil rakyat kapan dan dimanapun, lebih-lebih saat rapat mesti memberikan contoh, panutan dan pelajaran yang baik untuk siapapun. Sehingga, tidak menjadi bahan tertawaan dan perbincangan khalayak ramai.
"Kalau seperti itu yang terjadi, saya pastikan itu akan catatan buruk bagi publik dan lembaga terhormat tersebut. Apalagi berlangsung dihadapan eksekutif, wartawan dan undangan lain. Maunya saya, hal itu tidak terjadi, karena dampak negatif sangat besar," ujarnya.
Menjadi wakil rakyat yang mengemban sejumlah amanat rakyat bukanlah sesuatu yang mudah. Karena selain menjalankan tugas, menyerap aspirasi rakyat sekaligus memperjuangkan hingga membuahkan hasil, juga dituntut untuk menjadi contoh, panutan dan pedoman bagi rakyat banyak. Jadi pintanya, harus menjaga keharmonisan, solid, bersatu, dan mengedepankan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan atau golongan tertentu. "Solusinya, mereka harus saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Junior menghormati senior, begitupun sebaliknya. Tapi dengan catatan, harus pofesional dalam menjalankan tugas demi kebaikan daerah dan rakyat," harapnya. (KS-09)
COMMENTS