Melainkan, air minum isi ulang (galon). Celakanya, dalam jangka waktu tiga hari bakteri itu kemudian berubah menjadi ulat.
Kota Bima, KS.- Ancaman gangguan kesehatan tidak hanya terdapat pada makanan basi dan berformalin. Tapi juga ada pada salah satu kebutuhan pokok yakni air minum. Namun, bukan pada air minum kemasan dari produk industri seperti yang biasa dijual di pasaran. Melainkan, air minum isi ulang (galon). Celakanya, dalam jangka waktu tiga hari bakteri itu kemudian berubah menjadi ulat.
Terungkapnya hal itu setelah salah seorang konsumen menyimpan dua galon air itu ditempat lembab. Tujuannya, untuk memastikan kecurigaan dan keraguan terhadap kualitas air tersebut. Benar saja, setelah tiga hari disimpan ditempat yang tidak terkena cahaya matahari, bakteri itu berubah menjadi ulat. "Awalnya, saya kira zat kapur karena warnanya putih. Tapi setelah tiga hari disimpan, bakteri dalam air itu berubah jadi ulat," kata Endang, Ibu Rumah Tangga (IRT) yang juga konsumen salah satu usaha air minum di Kota Bima tersebut.
Selain bakteri yang kemudian berubah menjadi ulat kecil, dalam air dimaksud juga seolah terdapat kandungan bahan perekat (lem). Karena setelah dikonsumsi, terasa lengket di lidah. "Habis minum air itu, lidah saya terasa lengket. Takut mengganggu kesehatan, saya dan keluarga memutuskan untuk tidak mengkosumsi lagi air tersebut," ujarnya.
Untuk mengatisipasi akibat buruk terhadap kesehatan, Ia meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Bima melalui instansi terkait untuk segera mungkin mengambil sikap. Karena, dikhawatirkan menyebabkan gangguan kesehaatan bagi konsumen yang mengkosumsi air tersebut. Lebih-lebih kesehatan bagi anak-anak. Menurutnya, ini persoalan yang paling urgen karena menyangkut masalah kesehatan. Jadi, teramat perlu disikapi secara tepat dan cepat.
"Saya sangat berharap pemerintah turun langsung sekaligus mengambil sampel air disejumlah usaha air minum isi ulang. Lakukan uji laborotarium untuk mengetahui bakteri pada air tersebut. Tapi, apapun hasilnya mesti dipublikasikan agar masyarakat tahu soal itu," pintanya. (KS-09)
Terungkapnya hal itu setelah salah seorang konsumen menyimpan dua galon air itu ditempat lembab. Tujuannya, untuk memastikan kecurigaan dan keraguan terhadap kualitas air tersebut. Benar saja, setelah tiga hari disimpan ditempat yang tidak terkena cahaya matahari, bakteri itu berubah menjadi ulat. "Awalnya, saya kira zat kapur karena warnanya putih. Tapi setelah tiga hari disimpan, bakteri dalam air itu berubah jadi ulat," kata Endang, Ibu Rumah Tangga (IRT) yang juga konsumen salah satu usaha air minum di Kota Bima tersebut.
Selain bakteri yang kemudian berubah menjadi ulat kecil, dalam air dimaksud juga seolah terdapat kandungan bahan perekat (lem). Karena setelah dikonsumsi, terasa lengket di lidah. "Habis minum air itu, lidah saya terasa lengket. Takut mengganggu kesehatan, saya dan keluarga memutuskan untuk tidak mengkosumsi lagi air tersebut," ujarnya.
Untuk mengatisipasi akibat buruk terhadap kesehatan, Ia meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Bima melalui instansi terkait untuk segera mungkin mengambil sikap. Karena, dikhawatirkan menyebabkan gangguan kesehaatan bagi konsumen yang mengkosumsi air tersebut. Lebih-lebih kesehatan bagi anak-anak. Menurutnya, ini persoalan yang paling urgen karena menyangkut masalah kesehatan. Jadi, teramat perlu disikapi secara tepat dan cepat.
"Saya sangat berharap pemerintah turun langsung sekaligus mengambil sampel air disejumlah usaha air minum isi ulang. Lakukan uji laborotarium untuk mengetahui bakteri pada air tersebut. Tapi, apapun hasilnya mesti dipublikasikan agar masyarakat tahu soal itu," pintanya. (KS-09)
COMMENTS