Korban penganiayaan Nurdin (35) asal Desa Rompo Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima, Selasa (23/6) kemarin mendatangi Mapolres Bima Kota.
Bima, KS.- Korban penganiayaan Nurdin (35) asal Desa Rompo Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima, Selasa (23/6) kemarin mendatangi Mapolres Bima Kota. Kedatangan korban tersebut, ingin langsung melaporkan kepada Rekrim Bima Kota terkait kasus penganiayaan yang menimpa dirinya.
Kedatangan korban di Mapolres Bima Kota juga sebagai bentuk ketidakpercayaan kepada kinerja Kapolsek Langgudu, yang dinilainya lamban dalam menangkap pelaku penganiayaan. Sebab, sejak hari minggu (21/6) lalu, dirinya sudah melaporkan pelaku ke Polsek Langgudu.
”Saya sudah melaporkan beberapa pemuda yang keroyok saya, tapi belum ada reaksi dari Kapolsek dan anggotannya untuk amankan pelaku itu, makanya saya datang langsung ingin ketemu dengan Kasat Reskrim,” bebernya saat memberikan keterangan Pers di Ruang Tunggu Mapolres Bima Kota.
Korban yang juga Magister Hukum ini menyayangkan sikap dingin Kapolsek dan anggotanya dalam mengungkap kasus penganiayaan atas dirinya. Bahkan beberapa waktu lalu sempat ada gejolak antara keluarganya dan pelaku, namun dirinya menahan emosi keluarganya yang ingin melakukan penyerangan terhadap korban. Hal itu yang dikhawtirkan oleh dirinya agar tidak terjadi main hakin sendiri antara keluarganya kepada pelaku. ”Saya antisipasi keluarga saya yang sudah emosi, maka dari itu, kepolisian harus cepat bertindak untuk mengamankan dan memproses pelaku itu,” tegasnya.
Ia menceritakan kronologis awal terjadinya penganiayaan. Pada Minggu sore, dirinya bersama pemuda Desa Rompo tengah bermain Bola, namun dipertengahan permainan, tiba-tiba datang pelaku yang inesial SM masuk ke lapangan mengganggu perjalanan pertandingan. Ia pun menegur pelaku tersebut, namun tidak terima dan saat itu terjadi adu mulut antara pelaku dan korban.
Saat bersamaan, pelaku langsung memukul dirinya dan disusul pelaku lainnya yang yang berinisial Dn dan Dm. Akhirnya dia dikeroyok oleh beberapa pemuda yang juga diduga baru saja melakukan pesta minuman keras, karena saat terjadi penganiayaan ada aroma alkohol dimulut pelaku. ”Tidak puas keroyok saya dengan tangan, para pelaku juga ambil parang dan golok yang sengaja disimpan disekitar tempat kejadian,” ungkapnya.
Dirinya tidak menyangka akan mendapatkan hadiah bogem mentah dari pemuda satu desanya. Bahkan ia mengaku tidak memiliki musuh dikampungnya. Atas kejadian itu, ia mengharapkan adanya penegakkan hukum yang seadil-adilnya dalam penyelesaian kasusnya. Karena pelaku pengeroyokan atas dirinya juga merupakan pemuda yang suka membuat onar di Desa Rompo. ”Para pelaku semuanya suka melakukan perbuatan onar, polisi harus memberikan efek jera terhadap pelaku agar menyadari perbuatannya,” katanya.
Sementara itu, Kapolsek Langgudu, IPDA Juanda yang dihubungi via telepon, belum merespon. Melalui pesan singkat (SMS)-pun hingga kini belum dibalas. (KS-17)
Kedatangan korban di Mapolres Bima Kota juga sebagai bentuk ketidakpercayaan kepada kinerja Kapolsek Langgudu, yang dinilainya lamban dalam menangkap pelaku penganiayaan. Sebab, sejak hari minggu (21/6) lalu, dirinya sudah melaporkan pelaku ke Polsek Langgudu.
”Saya sudah melaporkan beberapa pemuda yang keroyok saya, tapi belum ada reaksi dari Kapolsek dan anggotannya untuk amankan pelaku itu, makanya saya datang langsung ingin ketemu dengan Kasat Reskrim,” bebernya saat memberikan keterangan Pers di Ruang Tunggu Mapolres Bima Kota.
Korban yang juga Magister Hukum ini menyayangkan sikap dingin Kapolsek dan anggotanya dalam mengungkap kasus penganiayaan atas dirinya. Bahkan beberapa waktu lalu sempat ada gejolak antara keluarganya dan pelaku, namun dirinya menahan emosi keluarganya yang ingin melakukan penyerangan terhadap korban. Hal itu yang dikhawtirkan oleh dirinya agar tidak terjadi main hakin sendiri antara keluarganya kepada pelaku. ”Saya antisipasi keluarga saya yang sudah emosi, maka dari itu, kepolisian harus cepat bertindak untuk mengamankan dan memproses pelaku itu,” tegasnya.
Ia menceritakan kronologis awal terjadinya penganiayaan. Pada Minggu sore, dirinya bersama pemuda Desa Rompo tengah bermain Bola, namun dipertengahan permainan, tiba-tiba datang pelaku yang inesial SM masuk ke lapangan mengganggu perjalanan pertandingan. Ia pun menegur pelaku tersebut, namun tidak terima dan saat itu terjadi adu mulut antara pelaku dan korban.
Saat bersamaan, pelaku langsung memukul dirinya dan disusul pelaku lainnya yang yang berinisial Dn dan Dm. Akhirnya dia dikeroyok oleh beberapa pemuda yang juga diduga baru saja melakukan pesta minuman keras, karena saat terjadi penganiayaan ada aroma alkohol dimulut pelaku. ”Tidak puas keroyok saya dengan tangan, para pelaku juga ambil parang dan golok yang sengaja disimpan disekitar tempat kejadian,” ungkapnya.
Dirinya tidak menyangka akan mendapatkan hadiah bogem mentah dari pemuda satu desanya. Bahkan ia mengaku tidak memiliki musuh dikampungnya. Atas kejadian itu, ia mengharapkan adanya penegakkan hukum yang seadil-adilnya dalam penyelesaian kasusnya. Karena pelaku pengeroyokan atas dirinya juga merupakan pemuda yang suka membuat onar di Desa Rompo. ”Para pelaku semuanya suka melakukan perbuatan onar, polisi harus memberikan efek jera terhadap pelaku agar menyadari perbuatannya,” katanya.
Sementara itu, Kapolsek Langgudu, IPDA Juanda yang dihubungi via telepon, belum merespon. Melalui pesan singkat (SMS)-pun hingga kini belum dibalas. (KS-17)
COMMENTS