Oknum guru SMKN 2 Kota Bima, Jasman, SPd, Selasa (16/6) lalu mengamuk di sekolah setempat. Sikap tak terpuji oknum ini dipicu karena tak terima dimutasi ke SMKN 1 Kota Bima.
Kota Bima, KS.- Oknum guru SMKN 2 Kota Bima, Jasman, SPd, Selasa (16/6) lalu mengamuk di sekolah setempat. Sikap tak terpuji oknum ini dipicu karena tak terima dimutasi ke SMKN 1 Kota Bima. Awalnya Guru Olahraga ini datang secara baik-baik menghadap Kepala Sekolah untuk meminta klarifikasi.
Namun karena tak puas dengan jawaban yang diterima, Ia pun mengamuk. Tak hanya itu, oknum melampiaskan kemarahannya dengan memecahkan kaca etalase tempat penyimpanan piala.
Jasman pada wartawan mengaku, Selasa sekitar pukul 12.15 Wita bertepatan dengan pembagian raport siswa meminta klarifikasi terkait mutasi yang dialaminya. “Setiap pertanyaan saya terkait mutasi itu, Kasek selalu menjawab bukan hak dirinya untuk melakukan mutasi, tetapi hak Pemerintah Kota Bima dan Dinas terkait,” tutur Jasman mengutip jawaban Kepala SMKN 2 Kota Bima saat ditemui di kediaman orang tuanya di Rabangodu Utara, Rabu (17/6).
Ia menduga dirinya dimutasi atas usulan Kasek setempat karena motif dendam pribadi terhadapnya sehingga dibuang ke SMKN 1 Kota Bima. Pasalnya, mutasi tersebut tanpa ada alasan yang mendasar. Padahal dirinya merupakan guru olahraga berprestasi dan terbukti sejumlah piala diraih siswa setempat atas didikannya selama mengabdi.
Anehnya lanjut wasit voli NTB ini, sedikitnya ada empat orang guru malas masuk kantor dan malas mengajar tapi justru tidak diusulkan untuk dimutasi oleh Kasek. “Kalau saya malas ngajar dan tidak masuk kantor, minimal mendapat panggilan maupun pembinaan dari Kasek. Tapi itu mustahil, malah keempat oknum guru tersebut tidak pernah diurus maupun disurati,” kesalnya.
Kepala SMKN 2 Kota Bima, Syamsudin, S.Pd yang dikonfirmasi via telepon selulernya, Kamis (18/6) lalu mengaku, hanya sebatas mengusulkan nama saja. Itu pun belum tentu nama yang diusulkan tersebut direspon oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Bima. Begitupun nama yang diusulkan Dinas Dikpora belum tentu diterima Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
“Mutasi tersebut merupakan kewenangan Kepala Daerah, melalui instansi terkaitnya (BKD,red). Sementara instansi lain hanya sebatas mengusulkan saja dan pengusulan calon nama untuk dimutasi tidak ada unsur dendam pribadi tetapi sebatas penyegaran saja,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Dikpora Kota Bima, Drs. H. Alwi Yasin, M.Ap mengatakan, sebenarnya pihak sekolah mau melaporkan Jasman ke polisi karena telah melakukan pengrusakan, tetapi dinas melarang karena masih dalam satu koprs guru. “Sikap arogan yang dilakukan oknum guru tersebut dinilai buruk dan penempatan Jasman di SMKN 1 Kobi itu untuk mengisi kekosongan guru olahraga di sekolah setempat. Pasalnya, Jubair, S.Pd, Mantan Guru SMKN 1 Kobi kini sudah menjadi pengawas, sehingga Jasman lah yang mengantikan Jubair,” jelas Alwi.
Terkait tindakan premansime yang dilakukan Jasman, pihaknya akan melakukan pemanggilan untuk meminta klarifikasi alasan Jasman sehingga melakukan pengrusakan. Kadis berpesan, agar setiap PNS yang dimutasi tidak selalu risau. Hal itu, dilakukan untuk penyegaran saja dan itu sudah menjadi resiko bagi seorang PNS mau ditempatkan dimanapun harus siap. “Kalau tidak menerima segala resiko itu, lebih baik bangun sekolah atau instansi sendiri saja biar tidak diurus,” tegasnya. (KS-04)
Namun karena tak puas dengan jawaban yang diterima, Ia pun mengamuk. Tak hanya itu, oknum melampiaskan kemarahannya dengan memecahkan kaca etalase tempat penyimpanan piala.
Jasman pada wartawan mengaku, Selasa sekitar pukul 12.15 Wita bertepatan dengan pembagian raport siswa meminta klarifikasi terkait mutasi yang dialaminya. “Setiap pertanyaan saya terkait mutasi itu, Kasek selalu menjawab bukan hak dirinya untuk melakukan mutasi, tetapi hak Pemerintah Kota Bima dan Dinas terkait,” tutur Jasman mengutip jawaban Kepala SMKN 2 Kota Bima saat ditemui di kediaman orang tuanya di Rabangodu Utara, Rabu (17/6).
Ia menduga dirinya dimutasi atas usulan Kasek setempat karena motif dendam pribadi terhadapnya sehingga dibuang ke SMKN 1 Kota Bima. Pasalnya, mutasi tersebut tanpa ada alasan yang mendasar. Padahal dirinya merupakan guru olahraga berprestasi dan terbukti sejumlah piala diraih siswa setempat atas didikannya selama mengabdi.
Anehnya lanjut wasit voli NTB ini, sedikitnya ada empat orang guru malas masuk kantor dan malas mengajar tapi justru tidak diusulkan untuk dimutasi oleh Kasek. “Kalau saya malas ngajar dan tidak masuk kantor, minimal mendapat panggilan maupun pembinaan dari Kasek. Tapi itu mustahil, malah keempat oknum guru tersebut tidak pernah diurus maupun disurati,” kesalnya.
Kepala SMKN 2 Kota Bima, Syamsudin, S.Pd yang dikonfirmasi via telepon selulernya, Kamis (18/6) lalu mengaku, hanya sebatas mengusulkan nama saja. Itu pun belum tentu nama yang diusulkan tersebut direspon oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Bima. Begitupun nama yang diusulkan Dinas Dikpora belum tentu diterima Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
“Mutasi tersebut merupakan kewenangan Kepala Daerah, melalui instansi terkaitnya (BKD,red). Sementara instansi lain hanya sebatas mengusulkan saja dan pengusulan calon nama untuk dimutasi tidak ada unsur dendam pribadi tetapi sebatas penyegaran saja,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Dikpora Kota Bima, Drs. H. Alwi Yasin, M.Ap mengatakan, sebenarnya pihak sekolah mau melaporkan Jasman ke polisi karena telah melakukan pengrusakan, tetapi dinas melarang karena masih dalam satu koprs guru. “Sikap arogan yang dilakukan oknum guru tersebut dinilai buruk dan penempatan Jasman di SMKN 1 Kobi itu untuk mengisi kekosongan guru olahraga di sekolah setempat. Pasalnya, Jubair, S.Pd, Mantan Guru SMKN 1 Kobi kini sudah menjadi pengawas, sehingga Jasman lah yang mengantikan Jubair,” jelas Alwi.
Terkait tindakan premansime yang dilakukan Jasman, pihaknya akan melakukan pemanggilan untuk meminta klarifikasi alasan Jasman sehingga melakukan pengrusakan. Kadis berpesan, agar setiap PNS yang dimutasi tidak selalu risau. Hal itu, dilakukan untuk penyegaran saja dan itu sudah menjadi resiko bagi seorang PNS mau ditempatkan dimanapun harus siap. “Kalau tidak menerima segala resiko itu, lebih baik bangun sekolah atau instansi sendiri saja biar tidak diurus,” tegasnya. (KS-04)
COMMENTS