Nah, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi sekaligus menutupi kekurangan itu, tak jarang Ibu Bayangkari menekuni usaha sampingan.
Bima, KS.- Menjadi istri Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Anggota Polisi yang digaji oleh Negara tak lantas menjamin terpenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan, penghasilan gaji berikut tunjangan seolah tidak mencukupi kebutuhan hidup selama satu bulan. Belum lagi, kebutuhan tak terduga lebih-lebih biaya pendidikan. Nah, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi sekaligus menutupi kekurangan itu, tak jarang Ibu Bayangkari menekuni usaha sampingan.
Seperti halnya yang dilakukan, Eli Lesbianti salah seorang ibu bayangkari istri dari Brigader M. Fadlun. Ibu tiga orang anak itu menekuni bisnis demikian karena ingin mencari nafkah tambahan demi mencukupi kebutuhan hidup dan biaya pendidikan bagi dua orang anaknya yang kini duduk di bangku SDN."Saya tekuni bisnis ini demi tambahan biaya hidup sehari-hari. Alhamdulillah, keuntungan dari bisnis ini dapat menutupi kekurangan penghasilan suami saya," katanya kepada koran stabilitas.
Namun bisnis dengan menjual beragam model pakaian untuk anak-anak hingga dewasa bukan hanya saat momen jelang Lebaran Idul Fitri saja. Tapi jauh sebelumnya, bisnis itu sudah dilakoninya. Hanya saja, dilakukan dengan cara door to door, dari rumah ke rumah. Diakuinya, bisnis seperti itu lain seperti yang dilakukannya saat ini. Bedanya, pola bisnis yang identik dengan "todong" dengan mendatangi rumah kenalan atau kerabat tergantung barang pesanan pelanggan. Jadi tugas dirinya menyediakan apapun bentuk barang pesanan konsumen. Tentunya, setelah harga disepakati. "Kalau lemari yang dibutuhkan, ya bagaimanapun caranya saya harus penuhi. Apakah itu diperoleh dari Toko Meubel dengan komitmen persentase laba dari harga toko," ujarnya.
Dalam menjalani bisnis ini, selain membebani dirinya juga dirasa membebani konsumen. Sadar dan tidak ingin hal itu menjadi beban, biar sama-sama enak, konsumen diberi kemudahan untuk menyicil barang sesuai harga kesepakatan. Tapi jangka waktu berikut besar angsuran tergantung kemampuan konsumen, tidak ada pemaksaan. Karena dari awal rencana hingga benar-benar ditekuninya bisnis ini, untuk mempererat hubungan silaturahmi antar sesama. Terlepas, dari keuntungan yang didapat dari asil usaha. Maksudnya, selain untuk pemulihan ekonomi, bisni ini juga memiliki manfaat lain. Salah satunya, menjalin kemitraan yang baik antar satu dengan lainya.
"Kebanyakan yang nyicil, ya cukup dimaklumi kondisi ekonomi di daerah kita. Tapi alhamdulillah, sampai saat ini belum ada konsumen yang melanggar kesepakatan. Saya juga maklumi dengan keadaan ekonomi konsumen, tidak memaksa harus dibayar sesuai jangka waktu. Kalau ada ya syukur, tidak pun saya bersyukur,. INtinya, saya sangat menjaga hubungan itu,tidak ingin hubungan baik yang terjalin rusak gara-gara masalah pembayaran," tuturnya.
Disinggung soal besar modal awal dalam bisnis itu, Eli yang dikenal cerewet itu mengaku modalnya tidak besar. Katanya, modal yang paling besar adalah kepercayaan, dipercaya oleh pemilik modal, termasuk keyakinan dari pemilik toko sebagai tempat untuk memperoleh barang pesanan konsumen. Tapi imbuhnya, untuk mendapat kepercayaan itu terkadang harus melewati segala bentuk ujian. Meski, ujian itu bukan dari pemilik modal. "Modal awal saya semangat, tekad, keberanian dan kepercayaan serta ketekunan. Modal berupa uang hanya cukup untuk membeli satu hingga lima jenis barang pesanan. Selebihnya, modal kepercayaan yang memberi kemudahan untuk saya memenuhi kebutuhan konsumen tanpa bayaran awal.Tapi saya teramat takut kehilangan kepercayaan, makanya saya jaga betul kepercayaan yang diberikan," pungkasnya.
Tanpa bermaksud menyinggung Isntitusi Kepolisian, ia memilih bisnis sampingan karena merasa penghasilan suaminya sebagai polisi belum mampu mencukupi segala macam kebutuhan. Selain itu, ia juga memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menjalankan bisnis semacam ini. Motivasi terbesarnyan demi perubahan taraf hidup, agar mengalami perubahan hidup seperti orang-orang sukses lainya. Terutama, untuk modal persiapan pendidikan dan masa depan tiga orang anaknya."Saya rasa, semua orang memiliki keinginan untuk merubah nasibnya. Bagi saya itu adalah motivasi, ditambah lagi persiapan untuk anak-anak yang tentunya membutuhkan biaya besar. Sejatinya, semua itu motivasi bagi saya untuk mencapai perubahan, yang terpenting halal dan tidak membebani orang," terangnya.
Terakhir, ia berpesan untuk tidak merasa malu dan berkecil hati dalam mencari nafkah. Apapun, tantangan yang dihadapi merupakan motivasi dan jalan untuk meraih perubahan demi pencapaian kesuksesan. Dalam hidup, tidak ada yang didapat secara cuma-cuma, dibutuhkan perjuangan, kerja keras, usaha disertai do,a. Kecuali, tidak berniat untuk merubah nasib dan tak berpikir tentang masa depan anak-anak hasil dari pernikahan. (KS-09)
Seperti halnya yang dilakukan, Eli Lesbianti salah seorang ibu bayangkari istri dari Brigader M. Fadlun. Ibu tiga orang anak itu menekuni bisnis demikian karena ingin mencari nafkah tambahan demi mencukupi kebutuhan hidup dan biaya pendidikan bagi dua orang anaknya yang kini duduk di bangku SDN."Saya tekuni bisnis ini demi tambahan biaya hidup sehari-hari. Alhamdulillah, keuntungan dari bisnis ini dapat menutupi kekurangan penghasilan suami saya," katanya kepada koran stabilitas.
Namun bisnis dengan menjual beragam model pakaian untuk anak-anak hingga dewasa bukan hanya saat momen jelang Lebaran Idul Fitri saja. Tapi jauh sebelumnya, bisnis itu sudah dilakoninya. Hanya saja, dilakukan dengan cara door to door, dari rumah ke rumah. Diakuinya, bisnis seperti itu lain seperti yang dilakukannya saat ini. Bedanya, pola bisnis yang identik dengan "todong" dengan mendatangi rumah kenalan atau kerabat tergantung barang pesanan pelanggan. Jadi tugas dirinya menyediakan apapun bentuk barang pesanan konsumen. Tentunya, setelah harga disepakati. "Kalau lemari yang dibutuhkan, ya bagaimanapun caranya saya harus penuhi. Apakah itu diperoleh dari Toko Meubel dengan komitmen persentase laba dari harga toko," ujarnya.
Dalam menjalani bisnis ini, selain membebani dirinya juga dirasa membebani konsumen. Sadar dan tidak ingin hal itu menjadi beban, biar sama-sama enak, konsumen diberi kemudahan untuk menyicil barang sesuai harga kesepakatan. Tapi jangka waktu berikut besar angsuran tergantung kemampuan konsumen, tidak ada pemaksaan. Karena dari awal rencana hingga benar-benar ditekuninya bisnis ini, untuk mempererat hubungan silaturahmi antar sesama. Terlepas, dari keuntungan yang didapat dari asil usaha. Maksudnya, selain untuk pemulihan ekonomi, bisni ini juga memiliki manfaat lain. Salah satunya, menjalin kemitraan yang baik antar satu dengan lainya.
"Kebanyakan yang nyicil, ya cukup dimaklumi kondisi ekonomi di daerah kita. Tapi alhamdulillah, sampai saat ini belum ada konsumen yang melanggar kesepakatan. Saya juga maklumi dengan keadaan ekonomi konsumen, tidak memaksa harus dibayar sesuai jangka waktu. Kalau ada ya syukur, tidak pun saya bersyukur,. INtinya, saya sangat menjaga hubungan itu,tidak ingin hubungan baik yang terjalin rusak gara-gara masalah pembayaran," tuturnya.
Disinggung soal besar modal awal dalam bisnis itu, Eli yang dikenal cerewet itu mengaku modalnya tidak besar. Katanya, modal yang paling besar adalah kepercayaan, dipercaya oleh pemilik modal, termasuk keyakinan dari pemilik toko sebagai tempat untuk memperoleh barang pesanan konsumen. Tapi imbuhnya, untuk mendapat kepercayaan itu terkadang harus melewati segala bentuk ujian. Meski, ujian itu bukan dari pemilik modal. "Modal awal saya semangat, tekad, keberanian dan kepercayaan serta ketekunan. Modal berupa uang hanya cukup untuk membeli satu hingga lima jenis barang pesanan. Selebihnya, modal kepercayaan yang memberi kemudahan untuk saya memenuhi kebutuhan konsumen tanpa bayaran awal.Tapi saya teramat takut kehilangan kepercayaan, makanya saya jaga betul kepercayaan yang diberikan," pungkasnya.
Tanpa bermaksud menyinggung Isntitusi Kepolisian, ia memilih bisnis sampingan karena merasa penghasilan suaminya sebagai polisi belum mampu mencukupi segala macam kebutuhan. Selain itu, ia juga memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menjalankan bisnis semacam ini. Motivasi terbesarnyan demi perubahan taraf hidup, agar mengalami perubahan hidup seperti orang-orang sukses lainya. Terutama, untuk modal persiapan pendidikan dan masa depan tiga orang anaknya."Saya rasa, semua orang memiliki keinginan untuk merubah nasibnya. Bagi saya itu adalah motivasi, ditambah lagi persiapan untuk anak-anak yang tentunya membutuhkan biaya besar. Sejatinya, semua itu motivasi bagi saya untuk mencapai perubahan, yang terpenting halal dan tidak membebani orang," terangnya.
Terakhir, ia berpesan untuk tidak merasa malu dan berkecil hati dalam mencari nafkah. Apapun, tantangan yang dihadapi merupakan motivasi dan jalan untuk meraih perubahan demi pencapaian kesuksesan. Dalam hidup, tidak ada yang didapat secara cuma-cuma, dibutuhkan perjuangan, kerja keras, usaha disertai do,a. Kecuali, tidak berniat untuk merubah nasib dan tak berpikir tentang masa depan anak-anak hasil dari pernikahan. (KS-09)
COMMENTS