Hijrahnya Ali Fauzi merupakan keputusannya untuk berhenti dengan berbagai praktik terorisme karena arahan dari sang kakak Ali Imron
Bima, KS.- Bekas kombatan Afganistan, Moro, dan Ambon, Ali Fauzi, yang bertugas sebagai perakit bom (ahli bom) dalam kelompok Jamaah Mujahidin angkat bicara. Adik kandung terpidana mati kasus Terorisme Bom Bali, Ali Imron ini adalah salah satu alasan Ali Fauzi untuk berhenti merakit bom kepentingan para teroris di Indonesia. Hijrahnya Ali Fauzi merupakan keputusannya untuk berhenti dengan berbagai praktik terorisme karena arahan dari sang kakak Ali Imron yang memintanya untuk tidak menerima ajakan dari DR. Azhari dan Nurdin M. Top.
Ilustrasi
Selain arahan dari sang kakak, melihat perlakuan Densus 88 dan Kementerian Agama yang memberikan perlakuan manusia kepada para pelaku terorisme di Indonesia, membuat hati Ali Fauzi semakin kuat untuk berhenti. Termasuk disalahgunakannya alat peledak untuk kepentingan lain oleh kelompok yang mengelaim kelompok radikal. Padahal rakitan Bom yang dipelajari selama ini untuk dimanfaatkan di medan konflik seperti di timur tengah melawan soviet. Bukan untuk diledakan di hotel, di jalan raya, dan di tempat umum.
Hal tersebut membuatnya kecewa dan berbalik untuk sadar diri kembali kejalan penganut ajaran Islam sesungguhnya yaitu kedamaian. "Saya kecewa, karena pelatihan perakitan Bom rupanya tujuannya tidak lagi untuk dimanfaatkan di medan konflik, namun sudah melenceng dan mengakibatkan banyak korban tak berdosa,” ungkap bekas instruktur bom Jama'ah Islamiyah Provinsi Jawa Timur itu dengan senyum dinginnya, Kamis (9/7) di Hotel Mutmainah.
Ilustrasi
Selain arahan dari sang kakak, melihat perlakuan Densus 88 dan Kementerian Agama yang memberikan perlakuan manusia kepada para pelaku terorisme di Indonesia, membuat hati Ali Fauzi semakin kuat untuk berhenti. Termasuk disalahgunakannya alat peledak untuk kepentingan lain oleh kelompok yang mengelaim kelompok radikal. Padahal rakitan Bom yang dipelajari selama ini untuk dimanfaatkan di medan konflik seperti di timur tengah melawan soviet. Bukan untuk diledakan di hotel, di jalan raya, dan di tempat umum.
Hal tersebut membuatnya kecewa dan berbalik untuk sadar diri kembali kejalan penganut ajaran Islam sesungguhnya yaitu kedamaian. "Saya kecewa, karena pelatihan perakitan Bom rupanya tujuannya tidak lagi untuk dimanfaatkan di medan konflik, namun sudah melenceng dan mengakibatkan banyak korban tak berdosa,” ungkap bekas instruktur bom Jama'ah Islamiyah Provinsi Jawa Timur itu dengan senyum dinginnya, Kamis (9/7) di Hotel Mutmainah.
COMMENTS