Penggunaan agama sebagai topeng perjuangan politik, berhasil merebut hati dan memperdaya banyak generasi muda dengan iminng-iming bidadari surga, misi suci dan kegagahan dimedan perang plus janji digaji.
Kota Bima, KS.- Setelah Al-Qaedah, Islam State of Iraq and Suriah (ISIS) merupakan salah satu kelompok terorisme yang telah mengejutkan dunia dengan aksi-aksi brutal dan mampu menjaring pengaruh besar dari beberapa negara. Padahal, mulanya ISIS hanyalah kekuatan milisi nasional di Irak yang tidak puas dengan pemerintahan pasca Saddam Hussein yang kemudian melebarkan gerakannya ke Suriah.
Dialog Pencegahan Paham ISIS Dikalangan Pelajar dan Masyarakat
Secara De Facto, mereka menguasasi suatu wilayah di tempat tak bertuan akibat konflik berkepanjangan. Apa yang ingin ditegaskan disini, yakni ISIS adalah buah dari konflik politik domestik Irak-Suriah yang tidak ada kaitannya dengan motivasi keagamaan. Penggunaan agama sebagai topeng perjuangan politik, berhasil merebut hati dan memperdaya banyak generasi muda dengan iminng-iming bidadari surga, misi suci dan kegagahan dimedan perang plus janji digaji.
"Tidak hanya Timur Tengah dan negara-negara lain berpenduduk mayoritas Islam. Tapi, ISIS juga telah meracuni anak-anak muda Eropa dan Amerika melalui penyebaran propaganda diberbagai media teknologi mutakhir," ungkap Brigjen Pol Drs. Cherwan Chaidir, Dirut I Pencegahan BNPT saat memberikan sambutan di acara pencegahan paham ISIS, Kamis (9/7) di Hotel Mutmainah.
Sejak ISIS dideklarasi pada bulan Juni 2014 lalu lanjutnya, diperkirakan ribuan umat islam dari berbagai belaham dunia telah percaya dan bergabung dengan ISIS. Yang membuat semua pihak khawatir dengan sepak terjang ISIS tersebut, tidak lain karena mereka menjadikan anak muda senagai sasaran dan target propaganda serta rekrutmen. "Sudah banyak cerita dari berbagai dunia, bagaimana anak muda dari pelajar hingga Mahasiswa yang memilih meningalkan keluarga dan negaranya untuk bergabung dengan ISIS,"terangnya.
Dari fenomena ini katanya, semua pihak bisa membaca bahwa ada pola dan dinamika baru dari propaganda yang dikembangkan oleh gerakan ISIS. Jika dulu anak muda yang terjaring dalam kelompok terorisme, dipandang berasal dari latar belakang pendidikan yang rendah, secara ekonomi menengah kebawah."Saat ini, kalangan terpelajar kelas menengah pun menjadi sasaran dan target dari propaganda serta rekrutmen ISIS,"katanya.
Ia menerangkan, selain pola penyebaran konvensional. ISIS dikebal sebagai kelompok teroris yang memanfaatkan, media sosial sebagai media propaganda sekaligus rekrutmen keanggotaan. Sayangnya, banyak sekali anak muda yang termakan nergabung dengan ISIS melalui propaganda massif dan jejaring pertemanan di media online. "Sebagaimana yang telah kami sampaikan, bahwa kalangan kalangan terdidik pun bukan alasan untuk kebal dari pengaruh propaganda dan rekrutmen ISIS. Beberapa contohnya, bagaimana pelajar kita tiba-tiba hilang secara misterius. Diduga, mereka bergabung dengan kelompok radikal terorisme ISIS seperti dua pelajar Indonesia yang telah berada di Turki,"terangnya.
Dua pelajar Indonesia itu, yakni Yazid Ulwan Falahudin (19) dan Wijangga Bagus Panulat (20). Yazid ini, merupakan jebolan SMA di Kayseri. Diduga, dia bergabung dengan ISIS pada akhir Tahun 2013 lalu. Dia kabur dari sekolahnya dan bergabung dengan kelompok pemberontak yang menjadi cikal bakal ISIS. "Sedangkan Bagus, kakak kelas Yazid merupakan Mahasiswa Tahun pertama jurusan komputer enginering di Izmir Institute of High Technology, Kayseri Turki. Kemudian menyusul Yazid," sebutnya.
Kegiatan ini, sangat membutuhkan kehadiran semua guru maupun siswa dari masing-masing sekolah. Sebab, ini harus siapresiasi sebagai bentuk kepedulian untuk mendiskusikan dan merumuskan strategi bagaimana mencegah, mendeteksi secara dini untuk menangkal paham radikalisme yang bisa masuk secara informal melalui pertemanan lingkungan sekolah atau secara formal dalam proses belajar mengajar."Semua guru dan siswa, perlu mendapatkan materi-materi ini. Jangan sampai, sekolah malah dijadikan ladang subur bagi penyemaian idiologi radikalisme."tuturnya. (KS-05)
Dialog Pencegahan Paham ISIS Dikalangan Pelajar dan Masyarakat
Secara De Facto, mereka menguasasi suatu wilayah di tempat tak bertuan akibat konflik berkepanjangan. Apa yang ingin ditegaskan disini, yakni ISIS adalah buah dari konflik politik domestik Irak-Suriah yang tidak ada kaitannya dengan motivasi keagamaan. Penggunaan agama sebagai topeng perjuangan politik, berhasil merebut hati dan memperdaya banyak generasi muda dengan iminng-iming bidadari surga, misi suci dan kegagahan dimedan perang plus janji digaji.
"Tidak hanya Timur Tengah dan negara-negara lain berpenduduk mayoritas Islam. Tapi, ISIS juga telah meracuni anak-anak muda Eropa dan Amerika melalui penyebaran propaganda diberbagai media teknologi mutakhir," ungkap Brigjen Pol Drs. Cherwan Chaidir, Dirut I Pencegahan BNPT saat memberikan sambutan di acara pencegahan paham ISIS, Kamis (9/7) di Hotel Mutmainah.
Sejak ISIS dideklarasi pada bulan Juni 2014 lalu lanjutnya, diperkirakan ribuan umat islam dari berbagai belaham dunia telah percaya dan bergabung dengan ISIS. Yang membuat semua pihak khawatir dengan sepak terjang ISIS tersebut, tidak lain karena mereka menjadikan anak muda senagai sasaran dan target propaganda serta rekrutmen. "Sudah banyak cerita dari berbagai dunia, bagaimana anak muda dari pelajar hingga Mahasiswa yang memilih meningalkan keluarga dan negaranya untuk bergabung dengan ISIS,"terangnya.
Dari fenomena ini katanya, semua pihak bisa membaca bahwa ada pola dan dinamika baru dari propaganda yang dikembangkan oleh gerakan ISIS. Jika dulu anak muda yang terjaring dalam kelompok terorisme, dipandang berasal dari latar belakang pendidikan yang rendah, secara ekonomi menengah kebawah."Saat ini, kalangan terpelajar kelas menengah pun menjadi sasaran dan target dari propaganda serta rekrutmen ISIS,"katanya.
Ia menerangkan, selain pola penyebaran konvensional. ISIS dikebal sebagai kelompok teroris yang memanfaatkan, media sosial sebagai media propaganda sekaligus rekrutmen keanggotaan. Sayangnya, banyak sekali anak muda yang termakan nergabung dengan ISIS melalui propaganda massif dan jejaring pertemanan di media online. "Sebagaimana yang telah kami sampaikan, bahwa kalangan kalangan terdidik pun bukan alasan untuk kebal dari pengaruh propaganda dan rekrutmen ISIS. Beberapa contohnya, bagaimana pelajar kita tiba-tiba hilang secara misterius. Diduga, mereka bergabung dengan kelompok radikal terorisme ISIS seperti dua pelajar Indonesia yang telah berada di Turki,"terangnya.
Dua pelajar Indonesia itu, yakni Yazid Ulwan Falahudin (19) dan Wijangga Bagus Panulat (20). Yazid ini, merupakan jebolan SMA di Kayseri. Diduga, dia bergabung dengan ISIS pada akhir Tahun 2013 lalu. Dia kabur dari sekolahnya dan bergabung dengan kelompok pemberontak yang menjadi cikal bakal ISIS. "Sedangkan Bagus, kakak kelas Yazid merupakan Mahasiswa Tahun pertama jurusan komputer enginering di Izmir Institute of High Technology, Kayseri Turki. Kemudian menyusul Yazid," sebutnya.
Kegiatan ini, sangat membutuhkan kehadiran semua guru maupun siswa dari masing-masing sekolah. Sebab, ini harus siapresiasi sebagai bentuk kepedulian untuk mendiskusikan dan merumuskan strategi bagaimana mencegah, mendeteksi secara dini untuk menangkal paham radikalisme yang bisa masuk secara informal melalui pertemanan lingkungan sekolah atau secara formal dalam proses belajar mengajar."Semua guru dan siswa, perlu mendapatkan materi-materi ini. Jangan sampai, sekolah malah dijadikan ladang subur bagi penyemaian idiologi radikalisme."tuturnya. (KS-05)
COMMENTS